Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA BAKSO IKAN SEBELAH (Psettodes erumei) KOMBINASI DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam): KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA BAKSO IKAN SEBELAH (Psettodes erumei) KOMBINASI DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam) Witman, Steven; Devry, Devry Pramesti; Gultom, Nikodemus; Subangkit, Arsad Tirta; Kristanti, Dita; Setiaboma, Woro; Herminiati, Ainia; Hapsari, Elsi Dwi
Jurnal Agroindustri Vol. 14 No. 2 (2024): November 2024
Publisher : BPFP Faperta UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jagroindustri.14.2.167-179

Abstract

Psettodes erumei yang dikenal di Indonesia sebagai ikan sebelah memiliki sumber protein yang tinggi, namun seratnya terbatas. Moringa oleifera Lam adalah tanaman yang kaya serat pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi potensi ikan sebelah dalam bakso dengan perlakuan dan tanpa perlakuan tambahan Moringa oleifera Lam serta korelasi fisikokimia dengan perlakuan bakso ikan. Perlakuan yang dilakukan yaitu bakso ikan tanpa tambahan daun kelor dan tambahan daun kelor kukus 10%. Hubungan korelasi antara parameter-parameter fisikokimia antar perlakuan bakso ikan dianalisa dengan menggunakan principal component analysis (PCA) dan hierarchical clustering analysis (HCA). Hasil penelitian menunjukkan ikan sebelah segar berbobot 737,32 ± 257,39 g dan memiliki kadar air 78,69 ± 0,13% bb, protein 83,95 ± 7,49 % bk, serta lemak 2,49 ± 0,13% bk. Kadar air bakso ikan (79,32 ± 0,24%) lebih tinggi dibandingkan bakso ikan daun kelor 10 % (78,72 ± 0,24%), meskipun kadar protein keduanya tidak berbeda nyata (tanpa daun kelor 54,96 ± 0,74% dan daun kelor 55,28 ± 1,62%). Lightness bakso ikan daun kelor 10% (43,42 ± 0,30) paling rendah dan cenderung kehijauan. Gumminess dan chewiness dari ikan sebelah turun setelah dibuat menjadi bakso ikan, dan bakso ikan daun kelor 10% memiliki nilai paling rendah (gumminess 1672,31 ± 21,72 dan chewiness 1427,67 ± 58,77). Panelis lebih menyukai bakso ikan tanpa tambahan daun kelor. PCA menunjukkan bahwa kadar air, abu, yellowness, dan kekenyalan berkorelasi positif dari dua perlakuan bakso, namun berkorelasi negatif dengan kadar protein. HCA mempresentasikan adanya korelasi positif antara perlakuan bakso pada tekstur, protein, dan lemak.
KARAKTERISASI SIFAT KIMIA DAN FISIK FRUIT LEATHER PISANG KEPOK PUTIH (Musa acuminate sp) PADA BERBAGAI SUHU PENGERINGAN Setiaboma, Woro
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v3i1.3486

Abstract

Fruit leather adalah cemilan dari buah yang dikeringkan dengan tekstur kenyal dan berasa buah.  Pisang kepok putih (Musa acuminate sp ) merupakan pisang yang kurang populer karena memiliki rasa masam selain itu pisang merupakan produk pascapanen yang tidak tanahan lama. Fruit leather merupakan cara untuk meningkatkan nilai tambahan pada pisang kepok putih.  Pada pembuatan fruit leather pengeringan menentukan sifat fisik dan kimia dari produk. Produk yang diharapkan dari fruit leather memiliki tekstur yang plastik sehingga tujuan dari penelitian ini ialah bagaimana karakteristik sifat fisik dan kimia fruit leather pisang kepok putih pada berbagai variasi serta diperoleh fruit leather terbaik berdasarkan variasi pengeringan.Penelitian ini dilakukan dengan variasi suhu pengeringan.  pisang kepok putih yang telah matang dikukus selama 8 menit, kemudian dikecilkan ukuran dengan blender selama 2-3 menit dan diperoleh bubur buah. Bubur buah dicampukan dengan karagenan 0,3% dengan air panas kemudian dicampur selama 2 menit selanjutnya bubur buah dikeringkan pada suhu 50, 60, 70 dan 80oC selama 12 jam dan diperoleh fruit leater. Fruit leather dianalisa sifat kimia yaitu kadar air, kadar abu dan aktivitas air. Fruit leather juga dianalisa sifat fisik yaitu kekenyalan dan warna.Sifat fisik fruit leather pada kadar air tertinggi pada suhu 50oC dan terrendah pada suhu 80oC. Nilai Aw berkisar antara 0,54-64 yang masih masuk dalam batas aman mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Nilai F yang menunjukan kekuatan tarikan tertinggi pada suhu pengeringan 80C (12,75N) dan terendah pada suhu 50oC (6,95). Berdasarkan hasil kadar air, Aw, nilai tarikan dan warna, suhu 60oC memiliki nilai yang baik.