Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Karakteristik sisik ikan nila merah sebagai bahan baku kolagen : Characteristics of red tilapia fish scales as raw materials for the collagen industry Pertiwi, Rizsa Mustika; Nurilmala, Mala; Nurjanah, Nurjanah; Nurhayati, Tati
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 28 No. 6 (2025): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 28(6)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v28i6.50129

Abstract

Hasil samping perikanan berupa sisik, tulang dan kepala dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku kolagen dalam industri kolagen. Tujuan penelitian, yaitu menentukan karakteristik sisik ikan nila merah sebagai bahan baku kolagen. Sisik ikan dikeringkan dengan penjemuran sinar matahari selama 2 hari, sisik kering dikarakterisasi dan ekstraksi kolagen. Analisis meliputi perhitungan proporsi ikan, penentuan komposisi kimia, profil asam amino, dan cemaran logam berat sisik ikan nila merah. Proporsi ikan nila merah terdiri atas sisik 3,73±0,01%; kepala 24,91±0,03%; insang 4,32±0,01%; tulang 19,19±0,02%; daging dan kulit 33,00±0,04%; serta jeroan 14,85±0,01%. Komposisi kimia sisik ikan nila merah, yaitu kadar air (14,35±0,09), abu (36,51±0,47%), lemak (0,02±0,00%), protein (47,69±0,37%), karbohidrat (1,46±0,01%). Profil asam amino sebagai penciri kolagen, yaitu asam amino glisina (101.488,45±305,71 mg/g), prolina (60,531.03±170,96 mg/g), dan alanina (41.427,985±111,66 mg/g). Cemaran logam berat arsen, cadmium, dan merkuri tidak terdeteksi, sedangkan timbel terdeteksi 0,24 mg/kg. Rendemen kolagen sisik ikan nila merah 14,70±3,25%. Sisik ikan nila merah berpotensi sumber bahan baku kolagen.
Characterization and Effect of Processing on Parvalbumin Content in Indonesian Shortfin Eel (Anguilla Bicolor-bicolor) Mahardika, Vania; Nurilmala, Mala; Nurjanah, Nurjanah; Pertiwi, Rizsa Mustika; Nugraha, Roni
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 18, No 3 (2023): December 2023
Publisher : :Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resources, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.851

Abstract

Indonesian shortfin eel (Anguilla bicolor bicolor) is a high economic value fish and a high nutritional content. However, their utilization can be limited because of hypersensitivity cases in individuals allergic to fish. This study aimed to determine the characteristics of the fish major allergenic protein, parvalbumin in different parts of the eel fillet and the effects of boiling technique on the content of this protein. The samples were boiled with 100 mL of water in an Erlenmeyer flask at 95°C for 10 min. The eel fillet was divided into three parts: the front, middle, and rear part of the body. Protein profiles from each part were identified using sodium dodecyl sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis and Bradford assays. Parvalbumin was further purified by ammonium sulfate precipitation. The concentration of protein in the different parts of the eel was not significantly different, whereas the processing treatments (meat with water (F1 extract) and meat without water (F2 extract)) affected protein concentration. Eel meat contained proteins with molecular weights ranging from 10 to 186 kDa. Parvalbumins are highly water-soluble, as their content was reduced in the fillet, but were observed at a high concentration in the water after boiling. Parvalbumins of eel were purified by ammonium sulfate 70-90% with high purity. Interestingly, two different bands were observed in SDS-PAGE, suggesting the presence of a protein variant. The molecular weight of parvalbumin obtained from purification ranged from 10 to 11 kDa, similar to that of other fish.
Purifikasi dan karakterisasi parvalbumin patin dan gurami: Purification and characterization of catfish and gourami parvalbumin Nugraha, Roni; Safitri, Novemi Gita; Nurilmala, Mala; Pertiwi, Rizsa Mustika
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 27 No. 12 (2024): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 27(12)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v27i12.52147

Abstract

Parvalbumin merupakan protein penyebab utama alergi ikan. Namun, penderita alergi ikan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap jenis ikan yang berbeda. Oleh karena itu, purifikasi dan karakterisasi parvalbumin pada berbagai spesies ikan penting untuk dilakukan sebagai upaya pengembangan teknologi deteksi alergi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan saturasi ammonium sulfat terbaik untuk purifikasi parvalbumin dan mengkarakterisasinya secara in silico. Parvalbumin dari ikan patin dan gurami mentah dan hasil pemasakan dimurnikan dan dikarakterisasi. Parvalbumin dimurnikan dengan metode presipitasi amonium sulfat (20-90% saturasi), kemudian diidentifikasi menggunakan metode SDS-PAGE. Sifat alergenisitas parvalbumin dari gurami dan patin dianalisis secara in silico. Identifikasi profil protein menunjukkan adanya 2 pita yang merepresentasikan parvalbumin dengan bobot molekul 11 dan 14 kDa. Pemurnian menggunakan amonium sulfat belum menghasilkan parvalbumin yang murni karena masih ditemukan adanya pita-pita protein lain yang cukup tebal. Namun, amonium sulfat dengan saturasi 80-90% menghasilkan profil yang terbaik pada proses pemurnian parvalbumin dari ikan mentah dan 90-100% untuk ikan yang dimasak. Hasil analisis bioinformatika menunjukkan adanya 7 sekuen parvalbumin untuk ikan patin, tetapi tidak ditemukan adanya sekuen parvalbumin untuk ikan gurami. Sekuen parvalbumin ikan patin dengan kode XP_026772003.1 memiliki kemiripan yang tinggi dengan parvalbumin dari spesies lain misalnya salmon dan tilapia yang terbukti alergenik. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam karakterisasi parvalbumin lebih lanjut untuk mendukung adanya diagnosis yang lebih baik.