Parwitha, Ida Ayu Andri
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sintesis O-(Isoleusil) Parasetamol dan Uji Aktivitas Analgesik terhadap Mencit (Mus musculus) dengan Metode Hot Plate Parwitha, Ida Ayu Andri; Siswodihardjo, Siswandono
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 7, No 2 (2020): Oktober
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jfst.v7i2.2676

Abstract

Parasetamol merupakan obat analgesik lini pertama yang digunakan dalam tata laksana nyeri. Penggunaan obat tersebut dalam jangka waktu panjang dengan dosis besar berpotensi memunculkan efek samping hepatotoksik. Guna meminimalkan efek samping dan meningkatkan aktivitas analgesik dari Parasetamol maka dilakukan modifikasi struktur –OH pada gugus parasetamol. Tujuan dari penelitian ini adalah mensintesis senyawa O-(isoleusil)parasetamol melalui reaksi Schotten Baumann antara Parasetamol dan Isoleusil klorida. Senyawa sintesis tersebut diuji aktivitas analgesiknya pada Mencit. Pemurnian senyawa hasil sintesis melalui proses rekristalisasi menggunakan campuran pelarut etanol:air (1:2) dan diperoleh senyawa berbentuk serbuk berbau menyengat dengan rendemen hasil 32%. Setelah senyawa terbukti murni maka dilanjutkan dengan identifikasi struktur senyawa menggunakan spektrofotometer inframerah dan spektrometer 1H-NMR. Hasil uji menunjukkan bahwa senyawa hasil síntesis sesuai yang diharapkan. Pengujian aktivitas analgesik senyawa dilaksanakan pada Mencit (Mus musculus) dengan metode hot plate. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12,5; 25; 50; 100; 200 mg/kg BB diberikan secara intraperitoneal dan parasetamol dengan dosis sama sebagai senyawa pembanding. Hasil penelitian menunjukkan nilai ED50 O-(isoleusil) parasetamol 50 mg/kg BB dan ED50 parasetamol adalah 66 mg/kg BB. Berdasarkan nilai ED50 dapat disimpulkan bahwa O-(isoleusil)parasetamol memiliki aktivitas analgesik yang lebih tinggi dibanding parasetamol. Hasil uji statistik Tukey HSD menunjukkan bahwa aktivitas analgesik parasetamol dan O-(isoleusil)parasetamol tidak berbeda bermakna.
Efektivitas Terapi Tocilizumab Terhadap Mortalitas Pasien COVID-19 Derajat Berat di Rumah Sakit “X” Surabaya: studi observasional Djunaidy, Vania Denise; Parwitha, Ida Ayu Andri; Dinillah, Intan Sari Yati; Prawesti, Galuh Nawang; Lestyaningtyas, Nika
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan (Journal of Pharmacy Science and Practice) Vol 11, No 1 (2024): February
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan (Journal of Pharmacy Science and Practice)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jfst.v11i1.5378

Abstract

Tocilizumab merupakan agen inhibitor IL-6 yang direkomendasikan untuk terapi pasien COVID-19 derajat berat hingga kritis. Beberapa penelitian menunjukan hasil yang bervariasi terkait waktu pemberian tocilizumab yang optimal. Peningkatan kadar sitokin yang terjadi pada fase awal COVID-19 memunculkan hipotesis bahwa pemberian tocilizumab lebih awal dapat menurunkan resiko mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian tocilizumab dalam waktu 72 jam setelah dirawat di rumah sakit dalam menurunkan angka mortalitas pasien COVID-19 derajat berat yang dirawat di rumah sakit X di Surabaya. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional retrospektif pada pasien COVID-19 derajat berat. Subyek dipilih dengan menyamakan karakteristik demografi menggunakan metode propensity score matching untuk kelompok kontrol. Analisis hasil luaran mortalitas dianalisis menggunakan multivariable logistic regression. Sebanyak 98 pasien COVID-19 derajat berat diikutsertakan dalam penelitian, 49 subyek (50%) mendapatkan terapi tocilizumab dan 49 subyek tidak mendapatkan tocilizumab. Dari 49 subyek yang mendapat terapi tocilizumab, sebanyak 30 subyek mendapatkan terapi tocilizumab dalam waktu 72 jam setelah masuk rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tocilizumab dapat menurunkan angka mortalitas yang tidak signifikan (aOR: 0,79; 95% CI: 0,305 - 2,049; p: 0,629). Penurunan angka mortalitas yang lebih besar teramati pada subyek yang mendapatkan tocilizumab lebih awal (aOR: 0,77; 95% CI: 0,42 – 1,85). Pemberian tocilizumab dalam waktu 72 jam pada pasien COVID-19 derajat berat dapat menurunkan resiko mortalitas yang tidak signifikan.
Sintesis O-(Isoleusil) Parasetamol dan Uji Aktivitas Analgesik terhadap Mencit (Mus musculus) dengan Metode Hot Plate Parwitha, Ida Ayu Andri; Siswodihardjo, Siswandono
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan (Journal of Pharmacy Science and Practice) Vol. 7 No. 2 (2020): Oktober
Publisher : Faculty of Pharmacy, Widya Mandala Surabaya Catholic University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jfst.v7i2.2676

Abstract

Parasetamol merupakan obat analgesik lini pertama yang digunakan dalam tata laksana nyeri. Penggunaan obat tersebut dalam jangka waktu panjang dengan dosis besar berpotensi memunculkan efek samping hepatotoksik. Guna meminimalkan efek samping dan meningkatkan aktivitas analgesik dari Parasetamol maka dilakukan modifikasi struktur –OH pada gugus parasetamol. Tujuan dari penelitian ini adalah mensintesis senyawa O-(isoleusil)parasetamol melalui reaksi Schotten Baumann antara Parasetamol dan Isoleusil klorida. Senyawa sintesis tersebut diuji aktivitas analgesiknya pada Mencit. Pemurnian senyawa hasil sintesis melalui proses rekristalisasi menggunakan campuran pelarut etanol:air (1:2) dan diperoleh senyawa berbentuk serbuk berbau menyengat dengan rendemen hasil 32%. Setelah senyawa terbukti murni maka dilanjutkan dengan identifikasi struktur senyawa menggunakan spektrofotometer inframerah dan spektrometer 1H-NMR. Hasil uji menunjukkan bahwa senyawa hasil síntesis sesuai yang diharapkan. Pengujian aktivitas analgesik senyawa dilaksanakan pada Mencit (Mus musculus) dengan metode hot plate. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12,5; 25; 50; 100; 200 mg/kg BB diberikan secara intraperitoneal dan parasetamol dengan dosis sama sebagai senyawa pembanding. Hasil penelitian menunjukkan nilai ED50 O-(isoleusil) parasetamol 50 mg/kg BB dan ED50 parasetamol adalah 66 mg/kg BB. Berdasarkan nilai ED50 dapat disimpulkan bahwa O-(isoleusil)parasetamol memiliki aktivitas analgesik yang lebih tinggi dibanding parasetamol. Hasil uji statistik Tukey HSD menunjukkan bahwa aktivitas analgesik parasetamol dan O-(isoleusil)parasetamol tidak berbeda bermakna.
Efektivitas Terapi Tocilizumab Terhadap Mortalitas Pasien COVID-19 Derajat Berat di Rumah Sakit “X” Surabaya: studi observasional Djunaidy, Vania Denise; Parwitha, Ida Ayu Andri; Dinillah, Intan Sari Yati; Prawesti, Galuh Nawang; Lestyaningtyas, Nika
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan (Journal of Pharmacy Science and Practice) Vol. 11 No. 1 (2024): February
Publisher : Faculty of Pharmacy, Widya Mandala Surabaya Catholic University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jfst.v11i1.5378

Abstract

Tocilizumab merupakan agen inhibitor IL-6 yang direkomendasikan untuk terapi pasien COVID-19 derajat berat hingga kritis. Beberapa penelitian menunjukan hasil yang bervariasi terkait waktu pemberian tocilizumab yang optimal. Peningkatan kadar sitokin yang terjadi pada fase awal COVID-19 memunculkan hipotesis bahwa pemberian tocilizumab lebih awal dapat menurunkan resiko mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian tocilizumab dalam waktu 72 jam setelah dirawat di rumah sakit dalam menurunkan angka mortalitas pasien COVID-19 derajat berat yang dirawat di rumah sakit X di Surabaya. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional retrospektif pada pasien COVID-19 derajat berat. Subyek dipilih dengan menyamakan karakteristik demografi menggunakan metode propensity score matching untuk kelompok kontrol. Analisis hasil luaran mortalitas dianalisis menggunakan multivariable logistic regression. Sebanyak 98 pasien COVID-19 derajat berat diikutsertakan dalam penelitian, 49 subyek (50%) mendapatkan terapi tocilizumab dan 49 subyek tidak mendapatkan tocilizumab. Dari 49 subyek yang mendapat terapi tocilizumab, sebanyak 30 subyek mendapatkan terapi tocilizumab dalam waktu 72 jam setelah masuk rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tocilizumab dapat menurunkan angka mortalitas yang tidak signifikan (aOR: 0,79; 95% CI: 0,305 - 2,049; p: 0,629). Penurunan angka mortalitas yang lebih besar teramati pada subyek yang mendapatkan tocilizumab lebih awal (aOR: 0,77; 95% CI: 0,42 – 1,85). Pemberian tocilizumab dalam waktu 72 jam pada pasien COVID-19 derajat berat dapat menurunkan resiko mortalitas yang tidak signifikan.