Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tackling Offshore Oil Spills to Achieve Maritime Security in Indonesia Bulandari, Desty; Widodo; Yulianto, Bayu Asih
International Journal of Law and Society Vol 1 No 1 (2022): International Journal of Law and Society (IJLS)
Publisher : NAJAHA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59683/ijls.v1i1.5

Abstract

The increasing need for and investment in energy production from offshore oil and gas sources in Southeast Asian countries, including Indonesia, increases the risk of offshore oil spills. This research aims to describe Indonesia's maritime security regarding offshore oil spills. This research is qualitative with findings without statistical testing and collecting data sources through literature study. Data is analyzed through data condensation, data presentation, and drawing and verifying conclusions. The results of this study state that maritime security in the environmental sector, especially from pollution, is classified as the closest part to the marine safety dimension which aims to protect the marine environment and the blue economy which, among other things, is related to resource utilization. Oil spills can cause enormous economic losses and endanger ecological systems and community health. The shortcomings in handling the 2009 Montara case show that Indonesia's maritime security regarding offshore oil spills could have been more optimal.  
Komparasi Kelembagaan Coast Guard di Empat Negara: Analisis Praktik Baik Untuk Indonesian Coast Guard [Comparison of Coast Guard Institutions in Four Countries: Analysis of Good Practices For The Indonesian Coast Guard] Bulandari, Desty
Jurnal Politica Vol 16, No 1 (2025): Jurnal Politica Mei 2025
Publisher : Sekretariat Jenderal DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jp.v16i1.5106

Abstract

Maritime security is a critical element for countries with sea access, including Indonesia, which has vast and strategically important waters. However, Indonesia faces challenges due to overlapping authorities in maritime law enforcement, leading to inefficiencies in addressing threats such as illegal fishing, smuggling, and piracy. This study aims to compare the coast guard institutions in four countries: Australia, South Korea, People’s Republic of China (PRC), and Singapore, to identify good practices applicable to Indonesia. A comparative method is employed to examine the institutional structures to the functions of the coast guard in each of these countries. The findings reveal that each country adopts different approaches. Australia prioritizes a multi-agency approach with collaboration between civilian and military agencies, while South Korea emphasizes specific task allocation and clear coordination in law enforcement. PRC highlights the importance of integrating maritime law enforcement agencies under a unified command with strong political support and a robust legal framework. Singapore, on the other hand, applies a Whole-of-Government approach, where all institutions related to maritime security work together synergistically to maintain maritime security. Based on this analysis, it is recommended that Indonesia establish a clear institutional framework through legislation to enhance the effectiveness of maritime security governance.AbstrakKeamanan maritim merupakan elemen penting bagi negara-negara dengan akses laut, termasuk Indonesia, yang memiliki wilayah perairan luas dan strategis. Namun, Indonesia menghadapi tantangan akibat tumpang tindih kewenangan dalam penegakan hukum maritim, yang menyebabkan inefisiensi dalam menangani ancaman seperti penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, dan pembajakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kelembagaan coast guard di empat negara: Australia, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan Singapura, guna mengidentifikasi praktik baik yang dapat diterapkan di Indonesia. Metode komparatif digunakan untuk menelaah struktur hingga fungsi coast guard di masing-masing negara tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda dalam pengelolaan coast guard mereka. Australia mengutamakan pendekatan multi-agensi dengan kolaborasi antara lembaga sipil dan militer, sementara Korea Selatan menekankan pembagian tugas yang spesifik dan koordinasi yang jelas dalam penegakan hukum. RRT menunjukkan pentingnya integrasi lembaga penegakan hukum maritim di bawah satu komando dengan dukungan politik yang kuat dan kerangka hukum yang kokoh. Singapura, di sisi lain, menerapkan pendekatan Whole-of-Government, di mana semua lembaga yang terkait dengan keamanan laut bekerja sama secara sinergis untuk Indonesia menetapkan kerangka kelembagaan yang jelas melalui peraturan perundang-undangan.
Komparasi Kelembagaan Coast Guard di Empat Negara: Analisis Praktik Baik Untuk Indonesian Coast Guard [Comparison of Coast Guard Institutions in Four Countries: Analysis of Good Practices For The Indonesian Coast Guard] Bulandari, Desty
Jurnal Politica Vol 16, No 1 (2025): Jurnal Politica Mei 2025
Publisher : Sekretariat Jenderal DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jp.v16i1.5106

Abstract

Maritime security is a critical element for countries with sea access, including Indonesia, which has vast and strategically important waters. However, Indonesia faces challenges due to overlapping authorities in maritime law enforcement, leading to inefficiencies in addressing threats such as illegal fishing, smuggling, and piracy. This study aims to compare the coast guard institutions in four countries: Australia, South Korea, People’s Republic of China (PRC), and Singapore, to identify good practices applicable to Indonesia. A comparative method is employed to examine the institutional structures to the functions of the coast guard in each of these countries. The findings reveal that each country adopts different approaches. Australia prioritizes a multi-agency approach with collaboration between civilian and military agencies, while South Korea emphasizes specific task allocation and clear coordination in law enforcement. PRC highlights the importance of integrating maritime law enforcement agencies under a unified command with strong political support and a robust legal framework. Singapore, on the other hand, applies a Whole-of-Government approach, where all institutions related to maritime security work together synergistically to maintain maritime security. Based on this analysis, it is recommended that Indonesia establish a clear institutional framework through legislation to enhance the effectiveness of maritime security governance. Abstrak Keamanan maritim merupakan elemen penting bagi negara-negara dengan akses laut, termasuk Indonesia, yang memiliki wilayah perairan luas dan strategis. Namun, Indonesia menghadapi tantangan akibat tumpang tindih kewenangan dalam penegakan hukum maritim, yang menyebabkan inefisiensi dalam menangani ancaman seperti penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, dan pembajakan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kelembagaan coast guard di empat negara: Australia, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan Singapura, guna mengidentifikasi praktik baik yang dapat diterapkan di Indonesia. Metode komparatif digunakan untuk menelaah struktur hingga fungsi coast guard di masing-masing negara tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda dalam pengelolaan coast guard mereka. Australia mengutamakan pendekatan multi-agensi dengan kolaborasi antara lembaga sipil dan militer, sementara Korea Selatan menekankan pembagian tugas yang spesifik dan koordinasi yang jelas dalam penegakan hukum. RRT menunjukkan pentingnya integrasi lembaga penegakan hukum maritim di bawah satu komando dengan dukungan politik yang kuat dan kerangka hukum yang kokoh. Singapura, di sisi lain, menerapkan pendekatan Whole-of-Government, di mana semua lembaga yang terkait dengan keamanan laut bekerja sama secara sinergis untuk Indonesia menetapkan kerangka kelembagaan yang jelas melalui peraturan perundang-undangan.