Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SAFETY INTEGRITY LEVEL ASSESSMENT AT URANIUM EVAPORATOR AND DEPOSITION VESSEL IN NON NUCLEAR REACTOR INSTALLATIONS Oktavianto, Putra; Kundari, Anis Noor; Saputra, Ade; Abdurrosyid, Imam; Sholikhah, Munisatun; Saputra, Andri
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 29, No 1 (2023): APRIL, 2023
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/urania.2023.29.1.6986

Abstract

The operation of non-reactor nuclear installations that use nuclear material in the process must be ensured safely during the process. One of the assessments of the safety level of the protection system that has been owned by the installation is using the Safety Integrity Level (SIL) which assesses the safety level of the protection system based on the value of the risk reduction factor that the protection system can achieve. The uranium evaporator and deposition vessel at the Experimental Fuel Element Installation (EFEI) is one of the installations that uses nuclear material in the process so it is necessary to assess the SIL of these 2 vessels. The piping and instrumentation diagram (P&ID) is used to determine the SIL value and Safety Instrumented System (SIS) component are installed in evaporator and deposition vessel. Maintenance data and OREDA (Offshore Reliability Data) are used to determine the failure rate. After knowing and determining the installed SIS components, then determining the architecture vote of the Safety Instrumented Function (SIF) based on the P&ID diagram, so that it can be known that the installed SIS uses vote 1oo1, 1oo2, 1oo3, or the appropriate vote. The installed SIF architecture vote will determine the equation used to calculate the Probability Failure on Demand (PFD). The total PFD obtained is adjusted to the SIL table to find out what SIL level the installed protection system is at. The value of the safety level of the protection system with SIL assessment in the evaporator vessel obtained 2 protection systems with SIL values of level 2 all and in the deposition vessel obtained 2 protection systems with SIL values of level 1 and level 2. The SIL value in the evaporator and deposition vessel analyzed has not reached level 3 or 4, so it is necessary to add SIF to the SIS protection system to increase the SIL value until the SIL value is obtained between level 3 or 4 because safety in the operation of non-reactor nuclear installations is absolute.Keywords: Non-Reactor Nuclear Installations, PFD, SIF, SIL, SIS
ANALISIS KESELAMATAN UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN PADA PROSES EVAPORASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL DENGAN METODE HAZOPS Oktavianto, Putra; Kundari, Noor Anis; Saputra, Ade; Abdurrosyid, Imam; Saputra, Andri
GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir Volume 26 Nomor 1, 2023
Publisher : Website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/gnd.2023.6844

Abstract

Instalasi elemen bakar eksperimental (IEBE) DPFK – BRIN telah menerapkan standar keselamatan sebagai acuan keselamatannya yang dalam penerapannya menggunakan Hazard Identification Risk Assesment Determining Control (HIRADC). Metode HIRADC mempunyai beberapa kekurangan sehingga dalam penerapannya masih belum maksimal. Sebagai pelengkap dari metode HIRADC, maka dalam penelitian ini akan dilakukan analisis risiko menggunakan metode lain yaitu Hazard and Operability Study (HAZOPS). Pada proses evaporasi larutan uranil nitrat yang akan diidentifikasi potensi bahayanya adalah tangki evaporator E-601. Metode HAZOPS dilakukan berdasarkan diagram proses dan instrumentasi (P&ID) yang ada untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin terjadi selama proses evaporasi dilakukan. Metode HAZOPS dilakukan dengan menentukan titik kajian (node) dan parameter, menganalisis penyimpangan atau potensi bahaya dari setiap node, melakukan analisis kemungkinan penyebab penyimpangan dan konsekuensinya, menentukan skala likelihood serta menentukan tingkat risiko dan membuat rekomendasi. Dari penilaian yang telah dilakukan, didapatkan 6 node dan kemudian menghasilkan 11 penyimpangan yang disebabkan oleh 13 kerusakan atau kegagalan peralatan. Penilaian risiko terhadap 13 kerusakan menghasilkan 1 potensi risiko bahaya rendah dan 12 potensi risiko bahaya sedang. Kategori risiko bahaya rendah dapat diatasi dengan penanganan rutin seperti melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi alat secara berkala. Untuk kategori risiko bahaya sedang, selain memerlukan rekomendasi seperti bahaya rendah, juga diperlukan rekomendasi lain dalam mengatasi penyimpangan yang mungkin terjadi sesuai dengan jenis penyimpangannya. Dari hasil analisis keselamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan juga bahwa HAZOPS dapat melengkapi HIRADC untuk memastikan keselamatan terjaga saat dilakukan proses.
PELUANG PENGEMBANGAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE PADA RADIOTERAPI DI INDONESIA Amda, Julfa Muhammad; Saputra, Ade; Waskita, Arya Adhiyaksa; Rianto, Sugeng; Abdurrosyid, Imam
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6 No 4 (2023): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi radioterapi berkembang dengan pesat seiring dengan pemanfaatan artificial intelligence pada setiap tahapan-tahapan radioterapi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan kesuksesan dalam melaksanakan radioterapi. Indonesia merupakan negara yang sangat berpeluang untuk mengembangkan radioterapi untuk mengurangi risiko kematian masyarakat yang diakibatkan oleh kanker. Pada artikel ini disampaikan penelitian-penelitian terkait pendekatan artificial intelligence yang diintegrasikan pada tahapan diagnostik, pengkonturan, perencanaan, treatment, quality assurance, dan prediksi hasil pada radioterapi. Sehingga penelitian-penelitian tersebut dapat dikembangkan dan diimplementasikan pada fasilitas radioterapi di Indonesia. Kata kunci: artificial intelligence, radioterapi, segmentasi, treatment planning system DOI : 10.35990/mk.v6n4.p430-441