Dewajani Purnomosari
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Bax Expression of Throphoblast Cells did not Differ between Early and Late Onset Preeclampsia: Ekspresi Bax Sel Trofoblas tidak Berbeda antara Preeklamsia Awitan Dini dan Lanjut Made Ariyana; Diah R. Hadiati; Irwan T. Rachman; Dewajani Purnomosari
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 9 No. 3 July 2021
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32771/inajog.v9i3.1430

Abstract

Objective: To compare Bax protein expression in throphoblast cells of early and late onset PE. Methods: A cross sectional study involving 36 cases of early onset PE and 36 cases of late onset PE was conducted. Bax protein expression was evaluated from sample of placental tissue collected from the study population and calculated using H-Score. Data on age, number of parity, gestational age, body mass index was collected from the medical records. Expression of Bax was compared using Mann-Whitney test. Results: There was no difference in the clinical characteristics (age, number of parity, BMI, SBP, DBP, and MAP) between the two groups. There was no difference in the expression of Bax protein between the early and late onset PE (mean H-score early vs. late onset PE: 1.48 vs 1.46, p=0.814, Mann Whitney U test). Clinical characteristics of the study population also did not correlate with the Bax expression (R for number of parity: 0.052, age: 0.009, gestational age: -0.014, BMI: 0.063, all p values were >0.05, linear regresion). Conclusion: There is no difference in the expression of Bax protein of throphoblast cells between early and late onset PE. Keyword: apoptosis, BAX, early onset, late onset, preeclampsia Abstrak Tujuan: Untuk membandingkan ekspresi protein Bax dalam sel trofoblas pada preeklamsia (PE) onset dini dan lambat. Metode: Sebuah studi potong lintang yang melibatkan 36 kasus PE onset dini dan 36 kasus PE onset lambat dilakukan. Ekspresi protein Bax dievaluasi dari sampel jaringan plasenta yang dikumpulkan dari populasi studi dan dihitung menggunakan skor-H. Data usia, jumlah paritas, usia kehamilan, indeks massa tubuh dikumpulkan dari rekam medis. Ekspresi Bax dibandingkan menggunakan uji Mann-Whitney. Results: Tidak terdapat perbedaan pada karakteristik klinis (usia, jumlah paritas, IMT, TDS, TDD, dan MAP) antara kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan dalam ekspresi protein Bax antara PE onset dini dan lambat (rata-rata H-skor PE onset dini dan lambat: 1.48 vs 1.46, p = 0.814, uji Mann Whitney U). Karakteristik klinis populasi studi juga tidak berkorelasi dengan ekspresi Bax (R untuk jumlah paritas: 0,052, usia: 0,009, usia kehamilan: -0,014, BMI: 0,063, nilai p dari semua variable tersebut adalah sebesar >0,05, dengan menggunakan regresi linier). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan dalam ekspresi protein Bax pada sel trofoblas antara PE onset dini dan lambat. Kata kunci: apoptosis, BAX, onset dini, onset lambat, preeklamsia
Ekpresi Sirt1 pada Karsinoma Payudara Tikus yang Diinduksi Dimethylbenz (α) Anthracene dan Hubungannya dengan Derajat Histologis, Ukuran Tumor serta Ekpresi PCNA Novrita Padauleng; Dewajani Purnomosari; Sri Herwiyanti; Harjadi Harjadi; Irianiwati Irianiwati; Sitarina Widyarini
Unram Medical Journal Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v5i2.192

Abstract

Latar belakang: Karsinoma payudara terjadi melalui proses kompleks yang melibatkan mutasi serta modifikasi epigenetik. Kontribusi Sirt1 pada modifikasi epigenetik terjadi melalui aktivitas deasetilasi Sirt1 terhadap beberapa gen penekan maupun pemicu pertumbuhan karsinoma, sehingga transkripsi gen-gen tersebut menjadi inaktif. Penelitian ini bertujuan membandingkan ekspresi Sirt1 pada karsinoma payudara tikus yang diinduksi DMBA dengan kelenjar normal, serta melihat ada tidaknya hubungan antara ekspresi Sirt1 dengan derajat histologis, ukuran tumor, dan ekspresi PCNA.Metode: Sebanyak 30 ekor tikus Sprague dawley betina, dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pakan, kontrol vehicle (minyak jagung), dan karsinoma payudara (induksi DMBA). Analisis jaringan payudara menggunakan teknik imunohistokimia untuk protein Sirt1 dan PCNA, serta pengecatan hematoksilin eosin untuk derajat histologis.Hasil: Ekspresi Sirt1 pada karsinoma payudara tikus lebih tinggi secara bermakna dibandingkan ekspresinya di kelenjar payudara normal (26,12 vs 0,05; p=0,004). Ekspresi Sirt1 positif lebih banyak dijumpai pada karsinoma payudara dengan derajat histologis buruk (56,2%), dan tidak dijumpai pada karsinoma payudara dengan derajat histologis baik. Uji statistik menunjukkan hubungan yang sangat bermakna antara ekspresi Sirt1 dengan ukuran tumor (textitp=0,009;r=0,877) dan ekspresi PCNA (p=0,000; r=0,790).Kesimpulan: Protein Sirt1 pada penelitian ini cenderung sebagai pemicu pertumbuhan karsinomapayudara, dan ekspresi Sirt1 positif lebih banyak dijumpai pada karsinoma payudara dengan derajathistologis buruk. Peningkatan ekspresi Sirt1 disertai dengan peningkatan ukuran tumor dan ekspresiPCNA.