Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BANGKIT DARI BADAI: TRANSFORMASI INDUSTRI WISATA KULINER KOPI DAN KOMUNITAS PETANI DI ACEH TENGAH PASCA PANDEMI Usrah, Cut Rizka Al; Kembaren, Emmia Tambarta
Journal of Islamic Tourism Halal Food Islamic Traveling and Creative Economy Vol 4 No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam - Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/ar-rehla.v4i1.9092

Abstract

Abstrak: Potensi dan popularitas wisata kuliner kopi, khususnya kopi Arabika Gayo, telah meraih pengakuan baik secara lokal maupun internasional karena keunikan aroma dan citarasanya. Namun, dampak luas pandemi COVID-19 terhadap sektor pariwisata di Indonesia telah memberikan tantangan serius, termasuk bagi industri wisata kuliner kopi di Aceh Tengah. Penurunan kunjungan wisatawan telah mengganggu berbagai aspek bisnisnya. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi dampak tersebut dan menemukan solusi yang tepat guna menghidupkan kembali industri ini. Melalui metode penelitian yang melibatkan observasi, wawancara mendalam, dan FGD, upaya dilakukan untuk mengoptimalkan potensi wisata kuliner kopi di wilayah tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembatasan jam operasional bisnis kuliner kopi merupakan salah satu dampak terbesar dari pandemi COVID-19 di Aceh Tengah, menyebabkan penurunan pendapatan dan kesulitan dalam ekspor. Meskipun demikian, potensi pariwisata di daerah tersebut tetap tinggi meskipun terjadi penurunan jumlah wisatawan akibat adanya pembatasan aktivitas. Kata Kunci: Pariwisata Kuliner Kopi; Arabika Gayo; Dampak COVID-1; Strategi pemulihan. Abstract: The potential and popularity of coffee culinary tourism, particularly Arabica Gayo coffee, have garnered recognition both locally and internationally for its unique aroma and flavor profile. However, the widespread impact of the COVID-19 pandemic on the tourism sector in Indonesia has posed serious challenges, including to the coffee culinary tourism industry in Central Aceh. Decreased tourist visits have disrupted various aspects of the business. Hence, research is conducted to identify these impacts and find suitable solutions to revitalize this industry. Through research methods involving observation, in-depth interviews, and group discussions, efforts are made to optimize the potential of coffee culinary tourism in the region. The analysis reveals that operational hour restrictions on coffee culinary businesses are among the major impacts of the COVID-19 pandemic in Central Aceh, resulting in revenue decline and export difficulties. Nevertheless, the tourism potential in the area remains high despite the decrease in tourist numbers due to activity restrictions. Keywords: Coffee Culinary Tourism; Arabica Gayo; COVID-19 Impact; Recovery strategies
EKSPLOITASI PEKERJA PADA INDUSTRI BATIK RUMAHAN Habib, Muhammad Alhada Fuadilah; Usrah, Cut Rizka Al; Fatkhullah, Mukhammad; Nisa, Kanita Khoirun; Budita, Ayla Karina
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 10 No. 2 (2021): Empati Edisi Desember 2021
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v10i2.23541

Abstract

Abstract. Batik industry is one of the leading industries in Indonesia. Since UNESCO declared batik as one of the cultural treasures and identity of the Indonesian nation, batik production has increased in line with increasing market demand. One of the rapidly growing batik industries in Indonesia is the batik industry located in Lawean Village, Solo, Central Java. The industry uses a putting out system where batik workers do their work in their respective house production. Through this system, business owners no longer need to compile an environmental impact analysis, provide social security for workers, pay overtime, work space, and work equipment. However, this putting out system creates many problems, from environmental pollution, deprivation of social rights for workers, to exploitation of workers by business owners. This study aims to reveal forms of injustice to workers in the home batik industry, Lawean, Solo, Central Java through a constructivism (critical) approach. Primary data obtained through in-depth interviews on 14 research subjects and also supported by secondary data from previous studies. Determination of informants is done by using the snowball technique. The theory used in this study is the theory of power relations by Michael Foucault. The dominance of power that leads to injustice (exploitation), cannot be separated from the presence of persuasive power (the owner of the batik business who controls the workers) in the midst of the Lawean Batik Industry. This dominance of power occurs because of the inequality of intelligence and mastery of information technology between batik business owners and workers. Batik business owners have access/network to sell batik products both domestically and abroad, while workers do not have access/network to sell batik they produce directly. On the other hand, the "ewuh-pakewuh" culture that is embraced by the Lewean community further exacerbates this domination.Keywords: batik, home industry, exploitation, power relationAbstrak. Industri batik menjadi salah satu industri unggulan dalam perekonomian Indonesia. Sejak diakuinya batik sebagai salah satu kekayaan budaya dan identitas Bangsa Indonesia oleh UNESCO, produksi batik terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan batik. Salah satu industri batik yang berkembang pesat di Indonesia adalah industri batik yang berada di Desa Lawean, Solo, Jawa Tengah. Industri batik di lokasi tersebut, secara umum menggunakan sistem putting out di mana para pekerja batik mengerjakan pekerjaannya di rumah masing-masing. Dengan penerapan sistem ini, para pengusaha batik tidak perlu lagi menyiapkan amdal, jaminan sosial bagi para pekerja, uang lembur, ruang untuk bekerja, serta peralatan untuk bekerja. Penerapan sistem putting out ini, ternyata menimbulkan banyak sekali masalah, mulai dari pencemaran lingkungan, terampasnya hak-hak sosial bagi para pekerja sampai pada eksploitasi para pekerja oleh pengusaha batik.Studi ini merupakan studi konstruktivisme (kritis) untuk mengungkap bentuk-bentuk ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja di industri batik rumahan, Lawean, Solo, Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview) terhadap 14 orang subyek penelitian dan didukung pula oleh data skunder dari penelitian terdahulu. Teknik penentuan informan menggunakan teknik snowball. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori relasi kekuasaan dari Michael Foucault. Terjadinya prakter dominasi kekuasaan yang berujung pada terjadinya ketidakadilan (eksploitasi), tidak terlepas dari hadirnya kekuasaan yang bersifat persuatif (juragan batik menguasai pembatik) di tengah-tengah Industri Batik Lawean. Praktek dominasi kekuasaan ini terjadi karena adanya ketimpangan intelegensi (kecerdasan) dan ketimpangan penguasaan teknologi informasi antara juragan batik dengan pembatik. Juragan batik memiliki akses/jaringan untuk menjual produk batik ke konsumen dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan para pekerja pembatik merasa tidak mampu menjual barang hasil produksi ke pasar. Budaya sungkan/ewuh-pakewuh yang dianut oleh masyarakat Lewean semakin memperparah praktek dominasi kekuasaan ini.Kata Kunci: Batik, Industri Rumahan, Eksploitasi, Relasi Kuasa
JULO-JULO DALAM KONTEKS PERTUKARAN SOSIAL Rohani, Siti; Fauzi, Fauzi; Putra R, Rahmadsyah; Usrah, Cut Rizka Al
SOSEBI: Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial Ekonomi dan Bisnis Islam Vol 1 No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/sosebi.v1i1.4913

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pertukaran sosial dalam kegiatan Julo-Julo serta fungsi pertukaran sosial dalam ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni teori resiprositas. Dari hasil yang diperoleh Julo-Julo dalam konteks pertukaran sosial di Desa Merah Pupuk, Kecamatan Atu Lintang, Kabupaten Aceh Tengah yaitu Julo-Julo bahan-bahan pokok untuk acara pernikahan dan hajatan merupakan Julo-Julo bahan-bahan pokok yang dikumpulkan oleh ketua pengurus Julo-Julo ketika anggota Julo-Julo menggelar sebuah acara pernikahan dan hajatan. Menggunakan metode Julo-Julo bahan-bahan pokok yaitu sesuai dengan kriteria, di mana kriteria tersebut adalah anggota Julo-Julo yang paling membutuhkan yaitu untuk memenuhi kebutuhan secara materil. Bentuk pertukaran yang ada pada masyarakat yaitu resiprositas sebanding dan resiprositas umum. Fungsi pertukaran dalam Julo-Julo bagi masyarakat di Desa Merah Pupuk yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada ketika menggelar acara pernikahan dan hajatan seperti keterbatasan modal uang, keterbatasan tenaga kerja rewang (orang yang membantu) dan keterbatasan sarana dan prasarana. Kata Kunci: resiprositas; julo-julo; pertukaran sosial. Abstract: This study aims to determine the form of social exchange in Julo-Julo activities and the function of social exchange in the economy. This research was conducted using a qualitative approach with a phenomenological method. Data collection techniques were carried out through observation, interviews, and documentation. The theory used in this research is reciprocity theory. From the results obtained by Julo-Julo in the context of social exchange in Merah Pupuk Village, Atu Lintang District, Central Aceh Regency, namely Julo-Julo, basic ingredients for weddings and celebrations, Julo-Julo, basic ingredients collected by the chairman of the julo management. -julo when members of Julo-Julo hold a wedding and celebration. Using the Julo-Julo method, the basic ingredients are in accordance with the criteria, where the criteria are the Julo-Julo members who need the most, namely to meet material needs. The forms of exchange that exist in society are proportional reciprocity and general reciprocity. The function of exchange in Julo-Julo for the community in Merah Pupuk Village is to overcome the obstacles that exist when holding weddings and celebrations such as limited financial capital, limited rewang (people who help) and limited facilities and infrastructure. Keywords: reciprocity, julo-julo; social exchange.