Albhar, Yuanita
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Produksi Ruang pada Makam Kembang Kuning sebagai Tempat Lokalisasi Waria Surabaya Riswari, Aninditya Ardhana; Albhar, Yuanita; Triana, Dina Rizki; Adabbiyah, Nadiyatul; Lestari, Suci Dwi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 10, No 1 (2024): Juli
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v10i1.50902

Abstract

Sebuah wilayah bernama Kembang Kuning di Surabaya mulanya dikenal sebagai daerah sakral karena di dalamnya terdapat Masjid dan Pondok Pesantren yang dibangun oleh Sunan Ampel. Di sisi lain, Kembang Kuning turut dikenal sebagai wilayah pemakaman bagi pemeluk agama Kristen dan Katolik. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat anggapan “negatif” ketika menyebut nama Kembang Kuning, yang kini disebut sebagai salah satu tempat prostitusi bagi kalangan waria. Untuk itu, penelitian ini disusun dengan tujuan menganalisis produksi ruang pada makam Kembang Kuning sebagai tempat lokalisasi waria Surabaya. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif yang dibarengi dengan penggunaan teori ruang atau space yang disampaikan oleh Lefebvre. Peneliti turut melakukan wawancara dengan waria dan masyarakat sekitar Kembang Kuning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran Kembang Kuning sebagai sebuah wilayah telah menghasilkan “ruang” baru yang berbeda. Artinya, terjadi pergeseran makna akibat proses produksi-reproduksi, di mana sebelumnya Kembang Kuning dianggap sebagai wilayah sakral, tetapi kini dikenal sebagai daerah kumuh dan tempat prostitusi. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa representasi ruang atas Kembang Kuning telah berbeda dari masa ke masa. Tentu hal ini dilandasi oleh realita kemasyarakatan dan gejala sosial yang timbul, yang turut membentuk wilayah tersebut sebagai sebuah ruang yang tidak hampa hingga mewujudkan pemaknaan baru yang tidak sama. An area called Kembang Kuning in Surabaya was originally known as a sacred area because it contained a mosque and Islamic boarding school built by Sunan Ampel. Kembang Kuning is also known as a burial area for Christians and Catholics. However, as time went by, there was a "negative" perception of the area, which is now said to be a place of prostitution for transgender people. This research was prepared with the aim of analyzing the production of space at the Kembang Kuning tomb as a place for the localization of transgender women in Surabaya. The research method used is qualitative combined with the use of space theory presented by Lefebvre. Researchers also conducted interviews with shemale and the community around Kembang Kuning. The research results show that the presence of Kembang Kuning as an area has produced a new "space" related to the shift in meaning due to the production-reproduction process, where previously Kembang Kuning, which was known as a sacred area, is now referred to as a slum area and place of prostitution. Therefore, it can be concluded that the spatial representation of Kembang Kuning has been different from time to time. Of course, this is based on social realities and emerging social phenomena, which help shape the region as a space that is not empty and creates new, different meaningKeywords: kembang kuning, funerals, prostitution, shemale.