Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PSIKO-HOMILETIKA: MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA TEOLOGI DALAM BERKHOTBAH Markes, Karlitu Dias; Wijaya, Hengky
BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4 No 2 (2023)
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI SETIA SIAU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.167

Abstract

Penelitian ini didasarkan pada tinjauan psiko-Homiletik untuk menghasilkan sebuah formulasi pembelajaran homiletik yang bermuara pada terbangunnya kepercayaan diri bagi mahasiswa sebagai pengkhotbah pemula dengan pendekatan psikologis. Konsep ini didasarkan pada sebuah kerangka berfikir bahwa tujuan utama dari pembelajaran Homiletik mencakup kemampuan teoritis mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip menyusun materi khotbah yang berlandaskan firman Tuhan serta mampu untuk menyajikan materi tersebut dengan penuh kepercayaan diri, yang pada akhirnya mewujudkan sebuah khotbah yang efektif dan berkualitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan Literatur review yakni elaborasi beberapa literatur yang berhubungan dengan pokok kajian tentang konsep Homiletik dan Kepercayaan diri dalam berkhotbah. Hasilnya ialah ditemukannya sebuah rumusan psiko-homiletik yang mencakup aspek spiritual, psikis, dan fisik yang secara simultan membangun kepercayaan diri seseorang dalam berkhotbah.
Identification of Forest City Multi-Policy Using the MULTIPOL: A Study In The New Indonesian Capital, East Kalimantan Wijaya, Hengky; Kusmana, Cecep; Rusdiana, Omo; Rushayati, Siti Badriyah
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 14 No 4 (2024): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.14.4.866

Abstract

The policy-planned development in the new Indonesia Capital City (IKN) area must be accompanied by good planning to ensure the continued availability of forestry ecosystem services, especially forestry areas. These ecosystem services are strongly influenced by their ecological functions. Humans depend on essential ecosystem services to satisfy their inherent needs and enhance or preserve their quality of life. Natural resources are being overused to satisfy these demands, endangering biodiversity and putting more strain on ecosystems. Therefore, a multi-policy approach describes and visualizes the relationships between multi-aspect policies that provide and benefit from forestry ecosystem services. The method used in compiling this paper is multi-policy, part of the prospective analysis method. This method will map and create a model, the best policy scenario that can be applied to achieve the goal of a forest city in the new nation's capital. The results show that the presidential regulation implementation scenario is the best policy choice for the forest city model in the new state capital.
Analisa Hukum dan Tata Kelola Lingkungan di Ibu Kota Nusantara: Pendekatan Hybrid terhadap Kebijakan Pelepasan Hutan Negara Wijaya, Hengky; Kusmana, Cecep; Rusdiana, Ommo; Rushayati, Siti Badriyah
Bina Hukum Lingkungan Vol. 9 No. 3 (2025): Bina Hukum Lingkungan, Volume 9, Nomor 3, Juni 2025
Publisher : Asosiasi Pembina Hukum Lingkungan Indonesia (PHLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24970/bhl.v9i3.470

Abstract

ABSTRAK Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 menimbulkan urgensi kajian hukum yang tidak dapat diabaikan. Kebijakan pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan IKN menghadirkan dua permasalahan hukum mendasar. Pertama, terdapat disharmoni antara peraturan tata ruang dan peraturan kehutanan yang membuka peluang konflik tenurial serta ketidakpastian hukum dalam penggunaan lahan. Kedua, hak konstitusional masyarakat adat dan kewajiban negara melindungi lingkungan hidup sering kali terpinggirkan oleh kepentingan investasi dan percepatan pembangunan. Kedua isu ini menegaskan perlunya telaah yang menempatkan hukum bukan sekadar instrumen administratif, tetapi sebagai fondasi normatif pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan terhadap regulasi serta pengujian empiris melalui analisis prospektif (MICMAC) dan Bayesian Belief Network (BBN). Dengan mengaitkan data kuantitatif dengan kerangka hukum, penelitian ini menilai konsistensi negara dalam menegakkan prinsip hukum tata ruang, hukum kehutanan, dan hukum agraria. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa dukungan politik berperan besar dalam efektivitas implementasi regulasi, sementara lemahnya komitmen politik mengakibatkan meningkatnya konflik lahan dan degradasi ekosistem. Kesimpulan penelitian ini menegaskan bahwa pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan IKN merupakan arena uji supremasi hukum di Indonesia. Harmonisasi regulasi, penguatan kelembagaan penegakan hukum, dan jaminan partisipasi publik adalah syarat mutlak bagi tercapainya pembangunan yang sah secara hukum dan berkelanjutan. Dengan demikian, penelitian ini berkontribusi mempertegas bahwa permasalahan hukum dalam pelepasan kawasan hutan tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab negara untuk menegakkan prinsip negara hukum (rechtsstaat) secara konsisten.. Keywords: prospective analysis; hukum kehutanan dan tata ruang; ibu kota nusantara; konflik tenurial dan hak masyarakat adat; asas negara hukum. ABSTRACTThe relocation of the National Capital City (IKN) to East Kalimantan as stipulated in Law Number 3 of 2022 raises the urgency of legal studies that cannot be ignored. The policy of releasing forest areas for the development of the IKN presents two fundamental legal problems. First, there is a disharmony between spatial planning regulations and forestry regulations which opens up opportunities for tenure conflicts and legal uncertainty in land use. Second, indigenous peoples' constitutional rights and the state's obligation to protect the environment are often marginalized by investment interests and accelerating development. These two issues emphasize the need for a review that places law not just as an administrative instrument, but as a normative foundation for sustainable development. This study uses a normative juridical method with an approach to regulation and empirical testing through prospective analysis (MICMAC) and Bayesian Belief Network (BBN). By associating quantitative data with the legal framework, this study assesses the country's consistency in enforcing the principles of spatial law, forestry law, and agrarian law. The results of the discussion showed that political support plays a major role in the effectiveness of regulatory implementation, while weak political commitment results in increased land conflicts and ecosystem degradation. The conclusion of this study confirms that the release of forest areas for the development of the IKN is an arena for testing the rule of law in Indonesia. Harmonization of regulations, strengthening law enforcement institutions, and guaranteeing public participation are absolute requirements for the achievement of legally and sustainable development. Thus, this study contributes to emphasizing that legal problems in the release of forest areas cannot be separated from the state's responsibility to consistently uphold the principle of the state of law (rechtsstaat).Keywords: prospective analysis; forestry law and spatial planning; nusantara capital city; tenure conflict and indigenous peoples' rights; principle of the state of law.
Pengaturan Pidana Korporasi Terhadap Produksi Obat Yang Tidak Memenuhi Standar Persyaratan Keamanan Di Indonesia Widyaningrum*, Tuti; Wijaya, Hengky
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 8, No 4 (2023): Agustus, Social Religious, History of low, Social Econmic and Humanities
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v8i4.26617

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaturan pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi di Indonesia atas permasalahan peredaran obat yang diproduksi tidak sesuai standar persyaratan keamanan sehingga mengakibatkan konsumen mengalami gagal ginjal dan bentuk perlindungan hukum bagi konsumen atas adanya produk tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif dengan pendekatan Undang-Undang dan pendekatan konseptual. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa di Indonesia peraturan mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi di Indonesia atas peredaran obat yang tidak sesuai standar persyaratan keamanan sudah diatur dalam Undang-Undang Pidana Khusus, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Peraturan Pemerintah. Sedangkan perlindungan hukum terhadap konsumen selaku korban atas kasus tersebut yaitu dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu perlindungan hukum Preventif dan perlindungan hukum represif. Namun dengan fakta yang ada bahwa pemasalahan ini menjadi hal yang terulang, maka disarankan pemerintah untuk memperkuat fungsi BPOM dalam melakukan pengawasan serta adanya urgensi untuk pembentukan regulasi khusus yang mengatur terkait peredaran obat di masyarakat yang salah-satu muatannya mengenai sanksi terhadap pelaku baik perorangan maupun dalam bentuk korporasi.
Analisa Hukum dan Tata Kelola Lingkungan di Ibu Kota Nusantara: Pendekatan Hybrid terhadap Kebijakan Pelepasan Hutan Negara Wijaya, Hengky; Kusmana, Cecep; Rusdiana, Ommo; Rushayati, Siti Badriyah
Bina Hukum Lingkungan Vol. 9 No. 3 (2025): Bina Hukum Lingkungan, Volume 9, Nomor 3, Juni 2025
Publisher : Asosiasi Pembina Hukum Lingkungan Indonesia (PHLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24970/bhl.v9i3.470

Abstract

ABSTRAK Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 menimbulkan urgensi kajian hukum yang tidak dapat diabaikan. Kebijakan pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan IKN menghadirkan dua permasalahan hukum mendasar. Pertama, terdapat disharmoni antara peraturan tata ruang dan peraturan kehutanan yang membuka peluang konflik tenurial serta ketidakpastian hukum dalam penggunaan lahan. Kedua, hak konstitusional masyarakat adat dan kewajiban negara melindungi lingkungan hidup sering kali terpinggirkan oleh kepentingan investasi dan percepatan pembangunan. Kedua isu ini menegaskan perlunya telaah yang menempatkan hukum bukan sekadar instrumen administratif, tetapi sebagai fondasi normatif pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan terhadap regulasi serta pengujian empiris melalui analisis prospektif (MICMAC) dan Bayesian Belief Network (BBN). Dengan mengaitkan data kuantitatif dengan kerangka hukum, penelitian ini menilai konsistensi negara dalam menegakkan prinsip hukum tata ruang, hukum kehutanan, dan hukum agraria. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa dukungan politik berperan besar dalam efektivitas implementasi regulasi, sementara lemahnya komitmen politik mengakibatkan meningkatnya konflik lahan dan degradasi ekosistem. Kesimpulan penelitian ini menegaskan bahwa pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan IKN merupakan arena uji supremasi hukum di Indonesia. Harmonisasi regulasi, penguatan kelembagaan penegakan hukum, dan jaminan partisipasi publik adalah syarat mutlak bagi tercapainya pembangunan yang sah secara hukum dan berkelanjutan. Dengan demikian, penelitian ini berkontribusi mempertegas bahwa permasalahan hukum dalam pelepasan kawasan hutan tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab negara untuk menegakkan prinsip negara hukum (rechtsstaat) secara konsisten.. Keywords: prospective analysis; hukum kehutanan dan tata ruang; ibu kota nusantara; konflik tenurial dan hak masyarakat adat; asas negara hukum. ABSTRACTThe relocation of the National Capital City (IKN) to East Kalimantan as stipulated in Law Number 3 of 2022 raises the urgency of legal studies that cannot be ignored. The policy of releasing forest areas for the development of the IKN presents two fundamental legal problems. First, there is a disharmony between spatial planning regulations and forestry regulations which opens up opportunities for tenure conflicts and legal uncertainty in land use. Second, indigenous peoples' constitutional rights and the state's obligation to protect the environment are often marginalized by investment interests and accelerating development. These two issues emphasize the need for a review that places law not just as an administrative instrument, but as a normative foundation for sustainable development. This study uses a normative juridical method with an approach to regulation and empirical testing through prospective analysis (MICMAC) and Bayesian Belief Network (BBN). By associating quantitative data with the legal framework, this study assesses the country's consistency in enforcing the principles of spatial law, forestry law, and agrarian law. The results of the discussion showed that political support plays a major role in the effectiveness of regulatory implementation, while weak political commitment results in increased land conflicts and ecosystem degradation. The conclusion of this study confirms that the release of forest areas for the development of the IKN is an arena for testing the rule of law in Indonesia. Harmonization of regulations, strengthening law enforcement institutions, and guaranteeing public participation are absolute requirements for the achievement of legally and sustainable development. Thus, this study contributes to emphasizing that legal problems in the release of forest areas cannot be separated from the state's responsibility to consistently uphold the principle of the state of law (rechtsstaat).Keywords: prospective analysis; forestry law and spatial planning; nusantara capital city; tenure conflict and indigenous peoples' rights; principle of the state of law.