Pada era sekarang ini tidak sedikit pesantren yang meningkatkan semangat entrepreneurship dengan berharap bisa melaksanakan pentransformasian social pada santri dan lingkungan masyarakat. Selain dibekali ilmu agama santri juga dipercaya mampu menghadapi tantangan zaman, bahkan santri juga bisa untuk membuka lapangan pekerjaan serta menjadi santripreneur yang sukses, dengan diberikan pendidikan kewirausahaan kepada santri. fenomena menarik yaitu aktivitas pemberdayaan santri dalam berwirausaha, biasanya yang lebih menonjol dari pondok pesantren adalah aktivitas pendidikan agama dan dakwah. Namun Pondok Pesantren Sirojut Tholibin Sutojayan Blitar memfokuskan pada aktivitas ekonomi atau bisnis yang cukup maju dan terkenal bahkan menjadi model pesantren yang mandiri dan berhasil melibatkan partisipasi santri melalui kewirausahaan di dalam pondok pesantren. Metode yang digunakan adalah jenis pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitiannya Strategi yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam mengembangkan pendidikan kewirausahaan dilakukan dengan melalui: (a) Pendidikan kewirausahaan didesain menjadi pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), yakni materi dan model pendidikan yang disampaikan disesuaikan dengan kondisi para santri. (b) Materi, model, strategi pembelajaran dalam pendidikan kewirausahaan disesuaikan dengan kondisi para santri (c) pesantren memposisikan diri sebagai fasilitator, mereka memfasilitasi dan mendukung ide pengembangan dan pengelolaan yang berasal dari para santri (d) Para santri dilibatkan (student engagement) dalam setiap aspek manajemen pendidikan kewirausahaan, yakni meliputi tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Implementasi pendidikan kewirausahaan berbasis nilai-nilai Islam di Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Blitar dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut: (a) pelaksanaan visi, misi, dan program berdasarkan kemanfaatan bagi seluruh elemen yang terlibat, santri, pesantren dan mitra atau klien (b) menggunakan metode peer tutoral, menjadikan para santri senior sebagai mentor pendidikan kewirausahaan (c) menumbuhkan kepedulian dan pemberdayaan terhadap bawahan dengan keadilan dengan memperhatikan masalah kebutuhan bawahan baik yang berkaitan dengan aspek materi maupun psikologis dalam tugas dan keikhlasan.