p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Texere
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Studi Penyisihan Zat Warna Reaktif Dalam Air Menggunakan Bottom Ash Batu Bara Menggunakan Cara Batch Handoko, Budy
Texere Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i2.71

Abstract

Sisa pembakaran batu bara dari ketel uap (boiler) yang berupa bottom ash dapat menyebabkan masalah pencemaran lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan karakteristiknya, bottom ash merupakan abu yang berbentuk granula dan memiliki kadar karbon yang tinggi. Maka limbah padat ini memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben limbah cair dari industri tekstil. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan studi pemanfaatan bottom ash sisa pembakaran batu bara untuk mengolah limbah zat warna reaktif. Pada percobaan pendahuluan dilakukan pengujian penyisihan warna menggunakan bottom ash yang diproses aktivasi secara kimia (menggunakan HCl, NaOH dan H2O2) dan secara fisika (dipanaskan pada suhu 600°C – 900°C), juga penyisihan warna menggunakan bottom ash tanpa aktivasi. Dari hasil pengujian diketahui bahwa bottom ash tanpa aktivasi memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dengan bottom ash yang diaktivasi secara kimia atau fisika. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa bottom ash yang tidak diaktivasi memiliki potensi yang baik dalam menyisihkan warna pada larutan zat warna reaktif.
PENYISIHAN COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) DAN WARNA PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR IKM BATIK MENGGUNAKAN ALAT ELEKTROKOAGULASI Octianne Djamaludin; Budy Handoko; Wulan Safrihartini; Eka Oktariani; Lestari Wardani
Texere Vol 20, No 1 (2022): Texere Volume 20 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v20i1.04

Abstract

Industri Kecil Menengah (IKM) batik merupakan salah satu industri yang terus berkembang di Indonesia. Sentra-sentra IKM batik di Pekalongan, Solo, Jogjakarta sentra IKM yang lebih kecil seperti Bandung, Purwakarta maupun Bekasi juga terus berproduksi terus berproduksi meskipun masa pandemik ini. Pada satu sisi, hal ini menguntungkan bagi perekonomian daerah namun limbah cair yang terbentuk pada saat produksi batik sangat berpotensi merusak lingkungan. Pada umumnya IKM Batik tidak memiliki sarana instalasi pengolahan limbah cair yang baik. Penelitian pengolahan limbah cair batik telah banyak dilakukan, seperti metoda adsorpsi, koagulasi, oksidasi dan biologi. Salah satu metode yang berhasil mengolah limbah cair batik dengan baik adalah metoda koagulasi menggunakan elektrokoagulan yang tidak memerlukan penambahan bahan kimia. Namun, pada umumnya penelitian tersebut belum sampai pada skala yang lebih besar dengan volume limbah di bawah 5 liter. Penelitian ini menggunakan limbah cair yang mempunyai karakteristik melebihi baku mutu limbah cair industri tekstil yaitu COD 1.485 mg/l, warna yang sangat pekat, dan pH 9. Alat elektrokoagulan ini dilengkapi arus listrik hingga 20  ampere, jarak elektroda  1  cm dan waktu tinggal hingga 30 menit. Hasil penelitian ini adalah alat elektrokoagulasi dengan kapasitas 6 – 10 liter untuk mengatasi limbah yang dihasilkan oleh IKM Batik. Alat elektrokoagulasi tersebut mampu menurunkan kadar COD sebesar 51,9%, pH menjadi 7, dan penurunan warna hingga 76,70%.