Sistem irigasi di Indonesia yang sangat penting untuk ketahanan pangan seringkali mengalami kerusakan akibat penggunaan metode konstruksi tradisional yang kurang efisien. Salah satu tantangan utama adalah saluran irigasi yang melintasi jalan raya, yaitu struktur yang memungkinkan aliran air untuk melewati atau bersilangan dengan jalur lalu lintas, yang sering menjadi titik kritis dalam mempertahankan umur dan efisiensi saluran irigasi. Penelitian ini membandingkan metode Precast Box Culvert dan beton Cast in Site dalam konstruksi saluran irigasi, dengan mempertimbangkan aspek metode pelaksanaan, biaya, dan waktu. Metode Precast Box Culvert lebih unggul dalam hal kecepatan dan efisiensi karena penggunaan elemen pracetak yang mempercepat waktu pemasangan, terutama di lokasi crossing jalan yang membutuhkan pengerjaan cepat untuk meminimalkan gangguan lalu lintas, meskipun biaya materialnya lebih tinggi. Sebaliknya, metode Cast in Site lebih fleksibel untuk penyesuaian di lapangan dan lebih hemat biaya, namun memerlukan waktu pengerjaan yang lebih lama, yang menjadi tantangan pada lokasi crossing jalan dengan volume lalu lintas yang tinggi. Studi kasus modernisasi saluran irigasi Rentang, Indramayu, menunjukkan bahwa Precast Box Culvert lebih cocok untuk proyek dengan jadwal yang ketat dan membutuhkan kualitas tinggi, khususnya pada crossing jalan yang kompleks, sementara Cast in Site lebih sesuai untuk proyek skala kecil hingga menengah dengan keterbatasan akses logistik dan tingkat kepadatan lalu lintas yang rendah.