Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

IDENTIFIKASI MODEL SPASIAL HUNIAN BERKONSEP CO LIVING Maghfirah, Nurul; Poerbo, Heru W
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 7 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur ARCADE Juni 2023
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Users who live in urban areas find it increasingly difficult to find affordable housing and places to work. The absence of integrated infrastructure facilities in one area has resulted in an additional commuting duration which has an impact on its users. Urban communities do not have much time for social interaction because they spend much time on the road. The impact is that urban communities become lonely in the real world because they rarely interact physically. Most social interactions are carried out through cyberspace, not through spaces for real interaction. Therefore, co living exists to build an integrated ecosystem between spaces for its users. Co living is thought to be suitable for the millennial generation because of the flexibility of its rooms and still having areas of privacy. However, there are no standard co living model criteria so research is needed to identify co living spatial models. This study aims to identify spatial patterns of co living dwellings. The research method was carried out using a qualitative method through precedent studies to obtain indicator criteria for co living. The co living spatial model has spatial patterns that focus on seven variables. From these variables, it is obtained that all ages can use co-living users, private spaces are connected to shared areas or public areas, other supporting concepts support co living concepts, materials adapt to supporting concepts, can be in the form of new buildings or adaptive reuse as well as spatial views placing openings in frequently used rooms.Keyword: Co-Living, Affordability, Social interactionsAbstrak: Pengguna yang tinggal di perkotaan semakin sulit mendapatkan hunian dan tempat bekerja yang terjangkau.  Belum adanya sarana prasarana yang terintegrasi dalam satu kawasan mengakibatkan penambahan durasi commuting yang berdampak pada penggunanya. Masyarakat perkotaan tidak memiliki banyak waktu untuk berinteraksi sosial karena menghabiskan banyak waktu di jalan. Dampaknya masyarakat perkotaan menjadi kesepian di dunia nyata sebab jarang berinteraksi secara fisik. Kebanyakan interaksi sosial dilakukan melalui dunia maya bukan melalui ruang-ruang untuk berinterksi secara nyata. Oleh sebab itu, co living hadir untuk membangun ekosistem yang terintegrasi antar ruang untuk penggunanya. Co living diperkirakan cocok untuk generasi milenial karena kefleksibilitasan ruang-ruangnya dan tetap memiliki area privasi. Namun, saat ini belum ada standar  kriteria model co living sehingga dibutuhkan penelitian untuk mengidentifikasi model spasial co living. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola spasial hunian co living. Metode penelitian dilakukan dengan metode kualitatatif melalui studi preseden untuk mendapatkan indikator kriteria dari co living. Model spasial co living memiliki pola ruang yang berfokus pada tujuh variabel. Dari variabel tersebut didapatkan pengguna co living dapat digunakan segala umur, ruang privat terhubung dengan area bersama atau area publik, konsep co living  didukung oleh konsep penunjang lainnya, material menyesuaikan konsep penunjang, dapat berupa bangunan baru maupun adaptive reuse serta view spasial meletakkan bukaan pada ruangan yang sering digunakan.Kata Kunci: Co living, Keterjangkauan, Interaksi sosial