Pendahuluan: Dermatofitosis (tinea) biasanya ditandai lesi anular atau serpiginosa dengan skuama di tepi. Pada sebagian kasus, infeksi ini dapat memicu erupsi inflamasi sekunder di lokasi jauh dari fokus primer, disebut reaksi id. Salah satu manifestasi jarang sebagai respons imun sekunder adalah vaskulitis leukositoklastik, yaitu peradangan pembuluh darah kecil dengan ciri histopatologis deposit fibrin, kerusakan dinding vaskular, dan debris inti. Kasus: Laki-laki 47 tahun datang dengan bercak dan bintik kemerahan di kedua tungkai bawah sejak satu tahun. Pemeriksaan menunjukkan papul-plak eritematosa hingga hiperpigmentasi multipel, sebagian anular dengan tepi meninggi, dan skuama. Pemeriksaan mikroskopik jamur dari lesi representatif di pedis dekstra memperlihatkan hifa dan artrospora yang sesuai dengan tinea korporis, sedangkan hasil dari pedis sinistra negatif. Setelah empat minggu terapi antijamur, infeksi sembuh, tetapi muncul lesi anular baru pada lutut dan kaki bilateral disertai palpable purpura. Biopsi kulit menunjukkan vaskulitis leukositoklastik. Diskusi: Reaksi id awalnya dipertimbangkan karena memenuhi kriteria diagnosis untuk reaksi id, tetapi lesi tidak menghilang walaupun tinea korporis sembuh. Diagnosis vaskulitis leukositoklastik anular ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologi. Pasien mendapat kortikosteroid sistemik tapering hingga tercapai remisi. Kesimpulan: Kasus ini menyoroti presentasi jarang vaskulitis leukositoklastik anular yang menyerupai reaksi id pada tinea korporis. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas hubungan antara tinea, reaksi id, dan vaskulitis, serta menentukan terapi optimal.