Ni Wayan Astini .
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng, Bali dan Potensinya Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah) ., Ni Wayan Astini; ., Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2127

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sejarah Penempatan Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng, (2) Bentuk reliefBima Swarga pada kuburan Desa PakramanBuleleng (3) Nilai Potensi relief Bima Swarga, dari segi perspektif pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Penelitian pemanfaatan relief Bima Swarga kuburan Desa Pakraman Buleleng sebagai sumber pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah,menggunakan pendekatan sosial yaitu: (1) Teknik penentuan informan; (2) Teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan; (3) analisis data. Berdasarkan temuan dilapangan menunjukkan bahwa pembangunan relief Bima Swarga kuburan Desa Pakraman Buleleng di bangun atau didirikan pada tahun 90-an pada masa jabatan Drs.I Ketut Ginantra sebagai Bupati Buleleng. Awalnya sebagai syarat membangun Taman kota yaitu lomba kebersihan Lomba Adi Pura. Bangunan relief Bima Swargakuburan Desa PakramanBuleleng memiliki ide cerita yang sangat lekat bagi kehidupan sekitarnya. Karena itu bilabangunan relief Bima SwargadesaPakraman Bulelengjuga memiliki nilai- nilai yang dapat dipelajari siswa karena mempunyai: (1) Nilai edukatif; (2) Nilai pengetahuan; (3) Nilai artistik; (4) Nilai budaya, dan; (5) Nilai rekreatif. Dalam memanfaatkan bentuk bangunan relief Bima Swargakuburan Desa PakramanBuleleng sebagai sumber belajar guru dapat menggunakan metoda karya wisata. Metoda karya wisata merupakan cara yang dapat dilakukan oleh guru dengan mengajak siswa ke objek tertentu untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran sekolah. Pada kegiatan karya wisata di lokasi bangunan relief tersebut, siswa dapat melakukan observasi langsung terhadap panelrelief kuburan, kemudian saling berdiskusi dengan sesama teman dan guru.Siswa dapat menemukan nilai-nilai yang ada dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengumpulkan data, mengasosiasi data yang didapat dengan kehidupan manusia di masa kini dan mengkomunikasikan hasil temuan temuan dengan teman sesama siswa atau dengan guru. Selain itu siswa dapat memperoleh pengalaman nyata dan akan tumbuh motivasi belajar sejarah lebih aktif karena ternyata belajar sejarah tidak hanya dapat dilakukan dalam kelas tetapi juga di luar kelas sehingga tidak yang dapat membosankan.Kata Kunci : Sejarah, Nilai bangunan, Pemanfaatan Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng. This study aimed to determine (1) History of Bima Swarga Placement Relief Tombs Pakraman Buleleng, (2) Form of Bima Swarga reliefs on the grave Pakraman Buleleng (3) The potential value of Bima Swarga relief, in terms of the perspective of character education in learning history. Research utilization Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng as a source of character education in learning history, social approach, namely: (1) determination technique informant, (2) the data collection techniques (observation, interviews, document study) and, (3) data analysis .Based on the findings in the field suggests that the development of Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng built or established in the 90's during the Drs office. I Ketut Ginantra as Regent of Buleleng. Initially as a condition of building a city park that is race hygiene Adi Competition temple. Building Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng has an idea for a story that very closely surrounding life. Because it was a relief when building the village of Bima Swarga Pakraman Buleleng also have values that can be learned because the student has: (1) educational value; (2) The value of knowledge, (3) artistic value, (4) cultural value, and (5 ) recreational value. In utilizing the building form of Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng as a learning resource teachers can use the method of the field trip. Method field trip is a way to do by teachers to invite students to a particular object to study something related to school subjects. On the field trip activities in such reliefs building site, students can perform direct observation of the relief panels graves, then were in discussions with their peers and teachers. Students can find the values that exist to make observations, ask questions, collect data, associating the data obtained with human life in the present and communicate the results of the findings with fellow students or the teacher. In addition students can gain real experience and will grow more active motivation to learn history because it was studying the history not only be done in the classroom but also outside the classroom so as not to dull. keyword : History, Building Value, Utilization Relief Bima Swarga Grave Village Pakraman Buleleng.
PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) ., Ni Wayan Astini; ., Drs. I Ketut Margi, M.Si; ., Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i2.3809

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) sejarah berdirinya Pura Dukuh Santrian di Dusun Pekandelan, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (2) struktur dan fungsi Pura Dukuh Santrian di Dusun Pekandelan, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (3) artefak-artefak yang terdapat di Pura Dukuh Santrian Dusun Pekandelan, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (dokumentasi, observasi, wawancara); (3) kritik sumber; (4) teknik validitas data; (5) analisis data dan (6) teknik penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah berdirinya Pura Dukuh Santrian di Desa Bedulu ini berkaitan erat dengan piagem Dukuh Gamongan. Keberadaan Pura Dukuh Santrian diperkirakan ada pada abad ke 8 Masehi. Struktur Pura Dukuh Santrian terdapat tiga halaman yaitu jaba sisi atau nista mandala, jaba tengah atau madya mandala dan jeroan atau mandala utama. Struktur pada pelinggih Pura Dukuh Santrian menggunakan konsep susunan alam yang terdiri dari tiga bagian yakni : Bhur loka, Bhuwah loka, dan Swah loka. Selain itu pelinggih juga memiliki struktur mengacu pada konsep Triangga. Fungsi Pura Dukuh Santrian secara umum dapat dibagi menjadi empat, (1) fungsi religius; (2) fungsi history; (3) fungsi pendidikan; (4) fungsi sosial; (5) fungsi budaya. Adapun aspek-aspek yang dimiliki Pura Dukuh Santrian sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan, yaitu: (1) sejarah dan (2) artefak antara lain; (1) beliung persegi; (2) kapak lonjong; (3) kapak perimbas; (4) kapak genggam; (5) menhir; (6) batu lumpang; (7) mata tombak dan (8) permata. Kata Kunci : Sejarah, Struktur dan Fungsi, Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan This study aims to determine, (1) history of the Temple Dukuh Santrian in Pekandelan Hamlet, Village Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (2) structure and function of the Temple Dukuh Santrian in Pekandelan Hamlet, Village Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (3) artifacts found in the Temple Dukuh Santrian Pekandelan Hamlet, Village Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali which can be utilized as a source of learning history culture in high school. This study used a qualitative approach is : (1) determination techniques informant; (2) data collection techniques (documentation, observation, interviews); (3) source criticism; (4) technical validity of the data, (5) data analysis and (6) writing techniques. Result showed that the history of the Temple Dukuh Santrian in the village Bedulu is closely related to piagem Dukuh Gamongan. Structure of the Temple there are three pages that jaba sisi or nista mandala, jaba tengah or madya mandala and jeroan or mandala utama. Structure of the Temple Dukuh Santrian shrine using the concept of the natural order which consists of three parts : Bhur loka, Bhuwah loka and Swah loka. In addition it also has a shrine structure refers to the concept Triangga. Temple Dukuh Santrian function in general can be devided into four, (1) religious function; (2) the function of education; (3) social functions; (4) cultural functions. As for the aspects that owned the Temple Dukuh Santrian as a source of learning cultural history, namely : (1) square pickaxe; (2) hatchet shaped; (3) perimbas ax; (4) ax handheld; (5) menhirs; (6) stone mortar; (7) spear and (8) gems. keyword : History, Structure and Function, Cultural History of Learning Resources
Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng, Bali dan Potensinya Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah) Ni Wayan Astini .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2127

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sejarah Penempatan Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng, (2) Bentuk reliefBima Swarga pada kuburan Desa PakramanBuleleng (3) Nilai Potensi relief Bima Swarga, dari segi perspektif pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Penelitian pemanfaatan relief Bima Swarga kuburan Desa Pakraman Buleleng sebagai sumber pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah,menggunakan pendekatan sosial yaitu: (1) Teknik penentuan informan; (2) Teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan; (3) analisis data. Berdasarkan temuan dilapangan menunjukkan bahwa pembangunan relief Bima Swarga kuburan Desa Pakraman Buleleng di bangun atau didirikan pada tahun 90-an pada masa jabatan Drs.I Ketut Ginantra sebagai Bupati Buleleng. Awalnya sebagai syarat membangun Taman kota yaitu lomba kebersihan Lomba Adi Pura. Bangunan relief Bima Swargakuburan Desa PakramanBuleleng memiliki ide cerita yang sangat lekat bagi kehidupan sekitarnya. Karena itu bilabangunan relief Bima SwargadesaPakraman Bulelengjuga memiliki nilai- nilai yang dapat dipelajari siswa karena mempunyai: (1) Nilai edukatif; (2) Nilai pengetahuan; (3) Nilai artistik; (4) Nilai budaya, dan; (5) Nilai rekreatif. Dalam memanfaatkan bentuk bangunan relief Bima Swargakuburan Desa PakramanBuleleng sebagai sumber belajar guru dapat menggunakan metoda karya wisata. Metoda karya wisata merupakan cara yang dapat dilakukan oleh guru dengan mengajak siswa ke objek tertentu untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran sekolah. Pada kegiatan karya wisata di lokasi bangunan relief tersebut, siswa dapat melakukan observasi langsung terhadap panelrelief kuburan, kemudian saling berdiskusi dengan sesama teman dan guru.Siswa dapat menemukan nilai-nilai yang ada dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengumpulkan data, mengasosiasi data yang didapat dengan kehidupan manusia di masa kini dan mengkomunikasikan hasil temuan temuan dengan teman sesama siswa atau dengan guru. Selain itu siswa dapat memperoleh pengalaman nyata dan akan tumbuh motivasi belajar sejarah lebih aktif karena ternyata belajar sejarah tidak hanya dapat dilakukan dalam kelas tetapi juga di luar kelas sehingga tidak yang dapat membosankan.Kata Kunci : Sejarah, Nilai bangunan, Pemanfaatan Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng. This study aimed to determine (1) History of Bima Swarga Placement Relief Tombs Pakraman Buleleng, (2) Form of Bima Swarga reliefs on the grave Pakraman Buleleng (3) The potential value of Bima Swarga relief, in terms of the perspective of character education in learning history. Research utilization Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng as a source of character education in learning history, social approach, namely: (1) determination technique informant, (2) the data collection techniques (observation, interviews, document study) and, (3) data analysis .Based on the findings in the field suggests that the development of Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng built or established in the 90's during the Drs office. I Ketut Ginantra as Regent of Buleleng. Initially as a condition of building a city park that is race hygiene Adi Competition temple. Building Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng has an idea for a story that very closely surrounding life. Because it was a relief when building the village of Bima Swarga Pakraman Buleleng also have values that can be learned because the student has: (1) educational value; (2) The value of knowledge, (3) artistic value, (4) cultural value, and (5 ) recreational value. In utilizing the building form of Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng as a learning resource teachers can use the method of the field trip. Method field trip is a way to do by teachers to invite students to a particular object to study something related to school subjects. On the field trip activities in such reliefs building site, students can perform direct observation of the relief panels graves, then were in discussions with their peers and teachers. Students can find the values that exist to make observations, ask questions, collect data, associating the data obtained with human life in the present and communicate the results of the findings with fellow students or the teacher. In addition students can gain real experience and will grow more active motivation to learn history because it was studying the history not only be done in the classroom but also outside the classroom so as not to dull. keyword : History, Building Value, Utilization Relief Bima Swarga Grave Village Pakraman Buleleng.
PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) Ni Wayan Astini .; Drs. I Ketut Margi, M.Si .; Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i2.3809

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) sejarah berdirinya Pura Dukuh Santrian di Dusun Pekandelan, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (2) struktur dan fungsi Pura Dukuh Santrian di Dusun Pekandelan, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (3) artefak-artefak yang terdapat di Pura Dukuh Santrian Dusun Pekandelan, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (dokumentasi, observasi, wawancara); (3) kritik sumber; (4) teknik validitas data; (5) analisis data dan (6) teknik penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah berdirinya Pura Dukuh Santrian di Desa Bedulu ini berkaitan erat dengan piagem Dukuh Gamongan. Keberadaan Pura Dukuh Santrian diperkirakan ada pada abad ke 8 Masehi. Struktur Pura Dukuh Santrian terdapat tiga halaman yaitu jaba sisi atau nista mandala, jaba tengah atau madya mandala dan jeroan atau mandala utama. Struktur pada pelinggih Pura Dukuh Santrian menggunakan konsep susunan alam yang terdiri dari tiga bagian yakni : Bhur loka, Bhuwah loka, dan Swah loka. Selain itu pelinggih juga memiliki struktur mengacu pada konsep Triangga. Fungsi Pura Dukuh Santrian secara umum dapat dibagi menjadi empat, (1) fungsi religius; (2) fungsi history; (3) fungsi pendidikan; (4) fungsi sosial; (5) fungsi budaya. Adapun aspek-aspek yang dimiliki Pura Dukuh Santrian sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan, yaitu: (1) sejarah dan (2) artefak antara lain; (1) beliung persegi; (2) kapak lonjong; (3) kapak perimbas; (4) kapak genggam; (5) menhir; (6) batu lumpang; (7) mata tombak dan (8) permata. Kata Kunci : Sejarah, Struktur dan Fungsi, Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan This study aims to determine, (1) history of the Temple Dukuh Santrian in Pekandelan Hamlet, Village Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (2) structure and function of the Temple Dukuh Santrian in Pekandelan Hamlet, Village Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali, (3) artifacts found in the Temple Dukuh Santrian Pekandelan Hamlet, Village Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali which can be utilized as a source of learning history culture in high school. This study used a qualitative approach is : (1) determination techniques informant; (2) data collection techniques (documentation, observation, interviews); (3) source criticism; (4) technical validity of the data, (5) data analysis and (6) writing techniques. Result showed that the history of the Temple Dukuh Santrian in the village Bedulu is closely related to piagem Dukuh Gamongan. Structure of the Temple there are three pages that jaba sisi or nista mandala, jaba tengah or madya mandala and jeroan or mandala utama. Structure of the Temple Dukuh Santrian shrine using the concept of the natural order which consists of three parts : Bhur loka, Bhuwah loka and Swah loka. In addition it also has a shrine structure refers to the concept Triangga. Temple Dukuh Santrian function in general can be devided into four, (1) religious function; (2) the function of education; (3) social functions; (4) cultural functions. As for the aspects that owned the Temple Dukuh Santrian as a source of learning cultural history, namely : (1) square pickaxe; (2) hatchet shaped; (3) perimbas ax; (4) ax handheld; (5) menhirs; (6) stone mortar; (7) spear and (8) gems. keyword : History, Structure and Function, Cultural History of Learning Resources