Khasanah, Mahfidhatul
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN JANE DAMMEN MCAULIFFE TENTANG HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR Khasanah, Mahfidhatul
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 6 No. 2 December 2020
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v6i2.24059

Abstract

AbstrakMufasir dan kaum Muslim pada umumnya menempatkan tafsir sebagai rujukan untuk memahami al-Qur’an, namun bagi McAuliffe penafsiran yang ada justru mengontrol adanya makna al-Qur’an. McAuliffe berpandangan bahwa keduanya tidak bisa dipersamakan dan disejajarka sebagai jalan untuk memahami al-Qur’an. Sehingga, pandangan satu tidak bisa untuk digeneralisirkan dalam mewakili pandangan umum Tujuan dari artikel ini adalah berusaha untuk menggambarkan pandangan Jane Dammen McAuliffe terhadap hubungan al-Qur’an dan tafsir. Untuk mengkaji lebih jauh pemikiran Jane Dammen McAuliffe metode yang penulis gunakan adalah library research dengan pendekatan konten analisisi. Adapun hasil dari artikel ini adalah: Pertama, McAuliffe menjelaskan bahwa tafsir al-Qur’an selama ini mengontrol makna al-Qur’an. Kedua, al-Qur’an secara morfologis tidak berubah, ia hidup secara semantik. Sedangkan, tafsir dianggap sebagai konfigurasi hermeneutis tertentu.Kata Kunci: Epistemologi, Janne Dammen McAuliffe, Hubungan Al-Qur’an dan TafsirCommentatory and Muslims generally place tafsir as a reference to understanding the Qur'an, but for McAuliffe the existing interpretation actually controls the meaning of the Qur'an. McAuliffe was of the view that the two could not be equated and paralleled as a way to understand the Qur'an. Thus, one's view cannot be generalized in representing the general view. The purpose of this article is to attempt to illustrate Jane Dammen McAuliffe's views on the qur'an's relationship and exegesis. To further examine jane Dammen McAuliffe's thinking method the method that the author uses is library research with an analytical content approach. Adapun hasil dari artikel ini adalah: Pertama, McAuliffe menjelaskan bahwa tafsir al-Qur’an selama ini mengontrol makna al-Qur’an. Kedua, al-Qur’an secara morfologis tidak berubah, ia hidup secara semantik. Sedangkan, tafsir dianggap sebagai konfigurasi hermeneutis tertentu.Keywords: Epistemologi, Janne Dammen McAuliffe, Relation of Al-Qur’an and Commentary
EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN JANE DAMMEN MCAULIFFE TENTANG HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR Khasanah, Mahfidhatul
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin | Vol. 6 No. 2 December 2020
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v6i2.24059

Abstract

AbstrakMufasir dan kaum Muslim pada umumnya menempatkan tafsir sebagai rujukan untuk memahami al-Qur’an, namun bagi McAuliffe penafsiran yang ada justru mengontrol adanya makna al-Qur’an. McAuliffe berpandangan bahwa keduanya tidak bisa dipersamakan dan disejajarka sebagai jalan untuk memahami al-Qur’an. Sehingga, pandangan satu tidak bisa untuk digeneralisirkan dalam mewakili pandangan umum Tujuan dari artikel ini adalah berusaha untuk menggambarkan pandangan Jane Dammen McAuliffe terhadap hubungan al-Qur’an dan tafsir. Untuk mengkaji lebih jauh pemikiran Jane Dammen McAuliffe metode yang penulis gunakan adalah library research dengan pendekatan konten analisisi. Adapun hasil dari artikel ini adalah: Pertama, McAuliffe menjelaskan bahwa tafsir al-Qur’an selama ini mengontrol makna al-Qur’an. Kedua, al-Qur’an secara morfologis tidak berubah, ia hidup secara semantik. Sedangkan, tafsir dianggap sebagai konfigurasi hermeneutis tertentu.Kata Kunci: Epistemologi, Janne Dammen McAuliffe, Hubungan Al-Qur’an dan TafsirCommentatory and Muslims generally place tafsir as a reference to understanding the Qur'an, but for McAuliffe the existing interpretation actually controls the meaning of the Qur'an. McAuliffe was of the view that the two could not be equated and paralleled as a way to understand the Qur'an. Thus, one's view cannot be generalized in representing the general view. The purpose of this article is to attempt to illustrate Jane Dammen McAuliffe's views on the qur'an's relationship and exegesis. To further examine jane Dammen McAuliffe's thinking method the method that the author uses is library research with an analytical content approach. Adapun hasil dari artikel ini adalah: Pertama, McAuliffe menjelaskan bahwa tafsir al-Qur’an selama ini mengontrol makna al-Qur’an. Kedua, al-Qur’an secara morfologis tidak berubah, ia hidup secara semantik. Sedangkan, tafsir dianggap sebagai konfigurasi hermeneutis tertentu.Keywords: Epistemologi, Janne Dammen McAuliffe, Relation of Al-Qur’an and Commentary
Pendidikan Seks Bagi Anak: Pendekatan Hermeneutika Ma’na cum Maghza terhadap QS. Al-Nūr: 58-59 Khasanah, Mahfidhatul; Umami, Alfi Ifadatul
Jurnal Moderasi Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jm.2021.12.01

Abstract

Sexual violence and casual sex that has recently been rife in Indonesia cannot be separated from the low understanding of sex from an early age. This is supported by Indonesian culture that places sex as taboo and something not to be discussed with children. This article is an attempt to uncover textual justifications from the Qur'an regarding sex education for children. The method used in this study is the hermeneutic approach of ma'na-cum-maghza which will be applied to QS. Al-Nur: 58-59. The result of this study is that sex education for children is mandatory, as reflected in QS. An-Nur: 58-59. After further analysis, the foundation on sex education is also found in QS. An-Nur: 27 and the several hadiths of the Prophet as presented in this paper. Understanding sex education for children does not mean teaching sex to children, but educating them about their existence as biological beings. This is expected to be used as one of the preventive efforts in terms of preventing children from sexual violence.Kekerasan seksual dan seks bebas yang belakangan marak di Indonesia tidak terlepas dari rendahnya pemahaman terhadap seks sejak usia dini. Hal ini didukung oleh budaya Indonesia yang menempatkan seks sebagai hal yang tabu dan tidak dibicarakan di depan anak-anak, sehingga pendidikan seks terhadap kepada mereka minim. Artikel ini adalah upaya mengungkap justifikasi tekstual dari Al-Qur’an terkait pendidikan seks bagi anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutika ma’na-cum-maghza yang akan diaplikasikan terhadapa QS. Al-Nur: 58-59. Hasil dari penelitian ini adalah pendidikan seks terhadap anak wajib untuk diberikan, sebagaimana terefleksikan dalam QS. An-Nur: 58-59. Setelah melakukan analisis lebih lanjut, landasan tentang sex education juga ditemukan dalam QS. An-Nur: 27 dan hadis-hadis Nabi yang penulis cantumkan. Pemahaman tentang pendidikan seks terhadap anak bukan berarti mengajarkan seks kepada anak, namun memberikan edukasi kepada mereka tentang eksisitensi diri mereka sebagai makhluk biologis. Hal ini diharapkan dapat dijadikan salah satu upaya preventif dalam hal menghindarkan anak dari kekerasan seksual.