Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Prinsip-Prinsip Dasar Metodologis dan Metode Pembelajaran PAI Muhamad Ghifari Nugraha; Mu’alfi Fahrul Fanani; Muslih, Ahmad; Rahmad Yoga Nugroho
Journal of International Multidisciplinary Research Vol. 2 No. 5 (2024): Mei 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/jimr470

Abstract

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Salah satunya ialah mengenai metodologi pengajaran pembelajaran. Sebagai seorang pendidik muslim sudah seharusnya mengetahui tentang metodologi pengajaran pendidikan dalam Islam. Pendidikan ke-islaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mengajarkan ajaran agama Islam dan nilai-nilainya menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Untuk itu, hendaknya diterapkan metodologi pengajaran Pendidikan Agama Islam yang tepat dan baik dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan Islam sebagaimana apa yang diharapkan.
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 BEKASI Muslih, Ahmad; Handayani, Sri Setya
Cendikia: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol. 2 No. 11 (2024): Cendikia: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Publisher : Cendikia: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.572349/cendikia.v2i11.3771

Abstract

Kemandirian belajar perlu dimiliki oleh siswa supaya mereka memiliki tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauannya sendiri. Seseorang akan belajar bukan karena tuntutan dari pihak mana pun melainkan karena kesadaran bahwa belajar diperlukan untuk perubahan dalam dirinya ke arah yang lebih baik. Namun dalam keseharian siswa kerap kehilangan kemandirian belajarnya saat dihadapkan pada kesulitan dalam kegiatan belajar. Peneliti melakukan penelitian ini guna mengetahui dan menguji pengaruh dari motivasi belajar dan efikasi diri terhadap kemandirian belajar siswa, baik secara parsial maupun simultan.
Hukum Menjama’ Sholat karena Resepsi Manten, Karnaval dan Kebanjiran Muslih, Ahmad
JURNAL PAI: Jurnal Kajian Pendidikan Agama Islam Vol 3 No 2 (2024)
Publisher : Prodi Pendidikan Agama Islam IAINU Kebumen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33507/pai.v3i2.2502

Abstract

This study aims to examine the ruling on combining prayers (jamak) in the context of wedding receptions, carnivals, and floods based on the views of classical and contemporary scholars. The method used is a literature review with qualitative descriptive analysis of fiqh literature, the Qur'an, hadith, and fatwas from scholars of various schools of thought. Jamak prayer refers to the combination of two different prayers performed in one time, such as Dhuhr with Asr or Maghrib with Isha. Generally, activities like wedding receptions and carnivals do not meet the masyaqqah (hardship) criteria that allow for combining prayers, according to the majority of scholars, thus excluding them from rukhshah (concessions). However, scholars such as Ibn Sirrin, al-Qaffal, Abu Ishaq al-Marwazi, and Imam al-Nawawi permit combining prayers due to extreme busyness, provided it does not become habitual. Additionally, scholars like Imam Ahmad, Ibn Taymiyyah, and Sheikh Ibn Uthaymeen allow jamak prayer during emergencies, such as floods.
PERAN PESANTREN AL-BUKHORI PONOROGO DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT MUSLIM PEDESAAN MELALUI PENCAK SILAT NAHDLATUL ULAMA' PAGAR NUSA GASMI Muslih, Ahmad
Journal of Community Development and Disaster Management Vol 3 No 2 (2021): JCD: Journal of Community Development and Disaster Management
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.86 KB) | DOI: 10.37680/jcd.v3i2.1032

Abstract

Abstrak Fenomena perubahan sosial-keagamaan yang terjadi di dukuh Pilang, desa Tulung, kecamatan Sampung kabupaten Ponorogo karena adanya peran pesantren Al-Bukhori Ponorogo dalam meningkatkan religiusitas dan spirirualitas masyarakat muslim melalui pencak silat NU Pagar Nusa Gasmi. Perubahan tersebut tidak merubah kondisi fisik di lingkungan sekitar tetapi karena ada keterkaitan kegiatan-kegiatan Pencak Silat NU Pagar Nusa GASMI dengan masyarakat muslim yang berpengaruh terhadap kehidupan religiusitas dan spiritualitas yang secara langsung atau tidak langsung membawa dampak tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Analisis penelitian menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens yang menjelaskan konsep agen dan struktur, ruang dan waktu serta hubungan struktur dengan praktik sosial. Metodologi peneltian menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data menggunakan observasi yakni mengamati kondisi lingkungan sekitar pesantren Al-Bukhori Ponorogo dan berbagai praktik sosial-keagamaan agen yang berkaitan dengan konteks penelitian, wawancara terhadap informan utama dan tambahan serta berbagai dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat tiga orang agen dari masyarakat di dukuh Pilang yang mengawali perubahan dengan kesadaran diskursifnya. Perannya dalam perubahan sosial dengan sosialisasi, pemberian materi dan berkoordinasi. Struktur berasal dari masyarakat tersebut beserta praktik sosial-keagamaan sesuai kesadaran praktis dan diskursifnya, peran Pemda Ponorogo dan pemerintah desa Tulung melalui kebijakan strukturalnya. Hubungan antara agen dengan struktur terjadi melalui skema dominasi (penguasaan agen terhadap struktur), signifikansi (ajakan agen pada struktur) dan legitimasi (pembenaran atas upaya agen oleh struktur). Kata kunci: peran pesantren, pagar nusa gasmi, religiusitas, strukturisasi perubahan sosial. Abstract The phenomenon of socio-religious change that occurred in Pilang hamlet, Tulung village, Sampung sub-district, Ponorogo district was due to the role of the Al-Bukhori Ponorogo Islamic boarding school in increasing the religiosity and spirituality of the Muslim community through the NU Pagar Nusa Gasmi pencak silat. These changes do not change the physical conditions in the surrounding environment, but because there is a connection between NU Pagar Nusa GASMI's Pencak Silat activities with the Muslim community which has an effect on religious life and spirituality which directly or indirectly brings its own impact in social life. The research analysis uses Anthony Giddens' structuration theory which explains the concept of agency and structure, space and time and the relationship of structure to social practice. The research methodology uses a descriptive qualitative approach and data collection uses observation, namely observing environmental conditions around the Al-Bukhori Ponorogo Islamic boarding school and various socio-religious practices of agents related to the research context, interviews with key and additional informants and various documentations. Based on the results of data analysis, it shows that there are three agents from the community in Pilang hamlet who initiated the change with their discursive awareness. Its role in social change is by socializing, providing materials and coordinating. The structure comes from the community along with socio-religious practices according to their practical and discursive awareness, the role of the Ponorogo Regional Government and the Tulung village government through their structural policies. The relationship between the agent and the structure occurs through the scheme of domination (the agent's control over the structure), significance (the agent's invitation to the structure) and legitimacy (justification for the agent's efforts by the structure). Keywords: the role of pesantren, the fence of Nusa Gasmi, religiosity, structuring social change.