Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Komparatif Perspektif KHI dan Fiqih Imam Syafi’i tentang Hukum Ihdad bagi Perempuan Ulum, Hairul
Qolamuna : Jurnal Studi Islam Vol. 4 No. 1 (2018): Juli 2018
Publisher : STIS MIFTAHUL ULUM LUMAJANG PRESS (STISMU PRESS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract The article discusses the comparison of Ihdad provision between KHI and Imam Syafi’i. KHI states that Ihdad must be done during ‘iddah for wives left by their husband due to death as a symbol of grief and avoiding slender. These wives, according to Imam Syafi’i, must do Ihdad in case they are adults, children, kafir dzimmis, or slaves. The distinctive is also found in the law consequence that should be accepted during Ihdad. In KHI there is no law that sets things forbidden during Ihdah in details as Imam Syafi’i’s fiqh provision. Keywords : KHI, Fiqh, Ihdad Law.
Analisis Komparatif Perspektif KHI dan Fiqih Imam Syafi’i tentang Hukum Ihdad bagi Perempuan Zamroni, Muhammad; Ulum, Hairul
Qolamuna : Jurnal Studi Islam Vol. 7 No. 1 (2021): Juli 2021
Publisher : STIS MIFTAHUL ULUM LUMAJANG PRESS (STISMU PRESS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/qolamuna.v7i1.1620

Abstract

The article discusses the comparison of Ihdad provision between KHI and Imam Syafi’i. KHI states that Ihdadmust be done during ‘iddah for wives left by theirhusband due to death as a symbol of grief and avoidingslender. These wives, according to Imam Syafi’i, must doIhdad in case they are adults, children, kafir dzimmis, orslaves. The distinctive is also found in the lawconsequence that should be accepted during Ihdad. InKHI there is no law that sets things forbidden duringIhdah in details as Imam Syafi’i’s fiqh provision. Keywords : KHI, Fiqh, Ihdad Law.
Konseling Kultural: Studi Kiai Pandalungan sebagai Cultural Broker Subahri, Bambang; Ulum, Hairul
Jurnal Penyuluhan Agama Jurnal Penyuluhan Agama | Vol. 12 No. 1, 2025
Publisher : Islamic Extension Guidance Study Program (BPI) of the Faculty of Da'wah and Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jpa.v0i0.45585

Abstract

Abstract: cultural counseling plays an important role in multicultural societies such as Pandalungan who live in the Tapal Kuda area of East Java, which is a blend of Madurese and Javanese cultures with a strong influence of Islamic values. In this context, the kiai plays a role as a cultural broker who bridges religious values and local culture in helping the community face various social problems. This study aims to understand how kiai in Pandalungan carry out this role in culture-based counseling. Using a qualitative approach through a case study method, this study collected data through participatory observation, in-depth interviews with kiai and the community, and document analysis related to cultural counseling practices. The results of the study show that kiai use various strategies in counseling, such as communication based on local wisdom, a pesantren approach that emphasizes religious values, and mediation based on customs and social norms that apply in the community. The role of kiai in counseling not only functions as a provider of religious advice, but also as a mediator in resolving social conflicts and building harmony between individuals and groups in the Pandalungan community. These findings confirm that cultural counseling carried out by kiai contributes significantly to maintaining social stability and overcoming the challenges of community life. The implications of this research indicate the need to strengthen the role of kiai in culture-based counseling and the development of a more systematic counseling model so that it can be adapted in various local community contexts.Abstrak: konseling kultural memiliki peran penting dalam masyarakat multikultural seperti Pandalungan yang tinggal di daerah Tapal Kuda Jawa Timur, merupakan perpaduan budaya Madura dan Jawa dengan pengaruh kuat nilai-nilai Islam. Dalam konteks ini, kiai berperan sebagai cultural broker yang menjembatani nilai-nilai agama dan budaya lokal dalam membantu masyarakat menghadapi berbagai permasalahan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kiai di Pandalungan menjalankan peran tersebut dalam konseling berbasis budaya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus, penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan kiai dan masyarakat, serta analisis dokumen terkait praktik konseling kultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kiai menggunakan berbagai strategi dalam konseling, seperti komunikasi berbasis kearifan lokal, pendekatan pesantren yang menekankan nilai-nilai religius, serta mediasi berbasis adat dan norma sosial yang berlaku di komunitas. Peran kiai dalam konseling tidak hanya berfungsi sebagai pemberi nasihat keagamaan, tetapi juga sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik sosial dan membangun harmoni antari ndividu maupun kelompok dalam masyarakat Pandalungan. Temuan ini menegaskan bahwa konseling kultural yang dilakukan oleh kiai berkontribusi signifikan dalam menjaga stabilitas sosial dan mengatasi tantangan kehidupan komunitas. Implikasi penelitian ini menunjukkan perlunya penguatan peran kiai dalam konseling berbasis budaya serta pengembangan model konseling yang lebih sistematis agar dapat diadaptasi dalam berbagai konteks masyarakat lokal.
Konseling Kultural: Studi Kiai Pandalungan sebagai Cultural Broker Subahri, Bambang; Ulum, Hairul
Jurnal Penyuluhan Agama Jurnal Penyuluhan Agama | Vol. 12 No. 1, 2025
Publisher : Islamic Extension Guidance Study Program (BPI) of the Faculty of Da'wah and Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/0vb83g29

Abstract

Abstract: cultural counseling plays an important role in multicultural societies such as Pandalungan who live in the Tapal Kuda area of ​​East Java, which is a blend of Madurese and Javanese cultures with a strong influence of Islamic values. In this context, the kiai plays a role as a cultural broker who bridges religious values ​​and local culture in helping the community face various social problems. This study aims to understand how kiai in Pandalungan carry out this role in culture-based counseling. Using a qualitative approach through a case study method, this study collected data through participatory observation, in-depth interviews with kiai and the community, and document analysis related to cultural counseling practices. The results of the study show that kiai use various strategies in counseling, such as communication based on local wisdom, a pesantren approach that emphasizes religious values, and mediation based on customs and social norms that apply in the community. The role of kiai in counseling not only functions as a provider of religious advice, but also as a mediator in resolving social conflicts and building harmony between individuals and groups in the Pandalungan community. These findings confirm that cultural counseling carried out by kiai contributes significantly to maintaining social stability and overcoming the challenges of community life. The implications of this research indicate the need to strengthen the role of kiai in culture-based counseling and the development of a more systematic counseling model so that it can be adapted in various local community contexts. Abstrak: konseling kultural memiliki peran penting dalam masyarakat multikultural seperti Pandalungan yang tinggal di daerah Tapal Kuda Jawa Timur, merupakan perpaduan budaya Madura dan Jawa dengan pengaruh kuat nilai-nilai Islam. Dalam konteks ini, kiai berperan sebagai cultural broker yang menjembatani nilai-nilai agama dan budaya lokal dalam membantu masyarakat menghadapi berbagai permasalahan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kiai di Pandalungan menjalankan peran tersebut dalam konseling berbasis budaya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus, penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan kiai dan masyarakat, serta analisis dokumen terkait praktik konseling kultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kiai menggunakan berbagai strategi dalam konseling, seperti komunikasi berbasis kearifan lokal, pendekatan pesantren yang menekankan nilai-nilai religius, serta mediasi berbasis adat dan norma sosial yang berlaku di komunitas. Peran kiai dalam konseling tidak hanya berfungsi sebagai pemberi nasihat keagamaan, tetapi juga sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik sosial dan membangun harmoni antari ndividu maupun kelompok dalam masyarakat Pandalungan. Temuan ini menegaskan bahwa konseling kultural yang dilakukan oleh kiai berkontribusi signifikan dalam menjaga stabilitas sosial dan mengatasi tantangan kehidupan komunitas. Implikasi penelitian ini menunjukkan perlunya penguatan peran kiai dalam konseling berbasis budaya serta pengembangan model konseling yang lebih sistematis agar dapat diadaptasi dalam berbagai konteks masyarakat lokal. Abstrak: konseling kultural memiliki peran penting dalam masyarakat multikultural seperti Pandalungan yang tinggal di daerah Tapal Kuda Jawa Timur, merupakan perpaduan budaya Madura dan Jawa dengan pengaruh kuat nilai-nilai Islam. Dalam konteks ini, kiai berperan sebagai cultural broker yang menjembatani nilai-nilai agama dan budaya lokal dalam membantu masyarakat menghadapi berbagai permasalahan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kiai di Pandalungan menjalankan peran tersebut dalam konseling berbasis budaya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus, penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan kiai dan masyarakat, serta analisis dokumen terkait praktik konseling kultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kiai menggunakan berbagai strategi dalam konseling, seperti komunikasi berbasis kearifan lokal, pendekatan pesantren yang menekankan nilai-nilai religius, serta mediasi berbasis adat dan norma sosial yang berlaku di komunitas. Peran kiai dalam konseling tidak hanya berfungsi sebagai pemberi nasihat keagamaan, tetapi juga sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik sosial dan membangun harmoni antari ndividu maupun kelompok dalam masyarakat Pandalungan. Temuan ini menegaskan bahwa konseling kultural yang dilakukan oleh kiai berkontribusi signifikan dalam menjaga stabilitas sosial dan mengatasi tantangan kehidupan komunitas. Implikasi penelitian ini menunjukkan perlunya penguatan peran kiai dalam konseling berbasis budaya serta pengembangan model konseling yang lebih sistematis agar dapat diadaptasi dalam berbagai konteks masyarakat lokal.  
Komunikasi Orang Tua Peserta Didik Dan Guru Dalam Meningkatkan Pembelajaran Pada Masa Pandemi Di Sman 3 Lumajang Ulum, Hairul; Zainal
SIRAJUDDIN : Jurnal Penelitian dan Kajian Pendidikan Islam Vol 1 No 1 (2021): Sirajuddin Desember 2021
Publisher : P3M STAI MIFTAHUL ULUM LUMAJANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/sirajuddin.v1i1.1017

Abstract

Salah satu kunci sukses terlaksananya proses pembelajaran pada saatpandemi covid-19 adalah komunikasi intensif antara guru dan orang tuasiswa. Sebab tanpa adanya komunikasi akan terjadi kendala karena siswasekolah dasar masih perlu bimbingan guru dan juga orang tua. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komunikasi guru dan orang tuasiswa dalam optimalisasi pembelajaran pada masa pandemi di SMAN 3Lumajang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatiffenomenologis. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakanmetode wawancara.Untuk menguji keabsahaan data yang diperoleh,peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Hasilpenelitian ini adalah:1) Komunikasi guru dan orang tua siswa di SMAN 3Lumajang pada masa pandemi covid 19 dalam melaksanakan proses belajarmengajar menggunakan program guru sambang yakni menyambangi rumah-rumah siswa guna melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu komunikasiantara guru dan orang tua siswa adalah membentuk grup whatsapp untuksetiap kelas.2) Kendala atau tantangan yang dihadapi guru dan orang tuasaat pandemic covid-19 adalah keterbatasan dalam menggunakanhandphone, bertambahnya pengeluaran dikarenakan harus membeli kuota,dan ketersediaan jaringan/singal internet.