Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Surgical Site Infection (SSI) Pada Pasien Laparotomi Emergensi Yuwono .
JAMBI MEDICAL JOURNAL "Jurnal Kedokteran dan Kesehatan" Vol. 1 No. 1 (2013): JAMBI MEDICAL JOURNAL Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.945 KB) | DOI: 10.22437/jmj.v1i1.2693

Abstract

ABSTRAK Surgical Site Infection (SSI) is a major complication of surgery which can increase morbidity,  mortality and cost of hospitality. Incidence of SSI at a healthcare provider/facility reflected a service quality of that institution. WHO reported prevalence of SSI was around 5% to 34%. Elective or emergency laparotomy is one of major surgery in a hospital. Some factors could be influence incidence of SSI were degree of contamination (kind of surgery), ASA (American Society of Anesthesiologists) score, DM (Diabetes Mellitus) co morbidity, temperature of patients, number of leukosit and duration of surgery. We aimed to explore incidence of SSI and contributing factors of emergency laparotomy patients from RSUP MH Palembang. This research was observational analytic with cross-sectional design. We found incidence of SSI 56,67% consist of incisional superficial SSI 70,6%,  incisional SSI 23,5% and organ SSI 5,9%. SSI occurred at third day until seventh day after surgery and mostly at fifth day (52,9%). Pathogen dominant in these cases were Escherichia coli 31,25%. Statistical analytic with confidence interval 95% revealed risks of ASA score (p 0.004, OR 2,4), patient’s temperature (p 0.008, OR 10,2), diabetes mellitus co morbidity (p 0.492, OR 1,87), kind of surgery (p 1.0 OR 1,36), number of leukosit (p 0.29, OR 4,80) and duration of surgery (p 0.123, OR 0,25). Conclusion: Incidence of SSI at  RSUP MH Palembang about two times compare to world average incidence of SSI. ASA score, temperature and diabetes mellitus co morbidity influenced SSI incidence. Key Words: Emergency laparotomy, risk factors, SSI
PEMBUATAN ALUR PELAYARAN KAPAL TAMBANG PADA SUNGAI MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER (STUDI KASUS: SUNGAI MAHAKAM) ., Yuwono; Handoko, Eko Yuli; Islami , Ahmad Ayyash
GEOID Vol. 14 No. 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i2.1615

Abstract

Pulau Kalimantan sebagai salah satu daerah penghasil batu bara terbesar di indonesia membutuhkan media transportasi yang dapat mendistribusikan hasil tambang batu bara. Media transportasi yang digunakan di Kalimantan salah satunya adalah Sungai Mahakam. Alur pelayaran harus dibuat untuk melewati Sungai Mahakam dengan aman, sehingga perlu dilakukan survei batimetri. Data batimetri yang didapat dari hasil survei akan dibuat alur pelayarannya dengan spesifikasi Standar Nasional Indonesia. Data yang digunakan adalah data batimetri dari PT.Seascape Surveys Indonesia. Data batimetri dikoreksi dengan pasang surut, Sound Velocity Profiler, gradien dan patch test. Kedalaman dari data batimetri mempunyai referensi terhadap EGM96 saat pengambilan data, lalu di transformasikan menjadi EGM08. Peta batimetri mempunyai referensi terhadap Lowest Low Water Level. Dari analisa peta batimetri Sungai Mahakam, dibuat alur pelayaran kapal Katingan dan kapal Straits Pheonix. Untuk kapal Katingan dibuat alur yang aman dengan spesifikasi kedalaman lebih dari 3,593 m dan spesifikasi lebar lebih dari 55,2m. Untuk kapal Straits Phoenix dibuat alur pelayaran dengan spesifikasi kedalaman lebih dari 5,128 m dan spesifikasi lebar lebih dari 112,7m. Berdasarkan peta batimetri yang dibuat, tidak terdapat alur yang aman untuk dilalui oleh kapal Katingan dan kapal Straits Phoenix.
ANALISA KRONOLOGIS PERMASALAHAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN DONGGALA DAN KABUPATEN MAMUJU UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARTOMETRIK DAN GEOSPASIAL ., Yuwono; Budisusanto, Yanto; Firdaus, Zahratu
GEOID Vol. 15 No. 1 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v15i1.1630

Abstract

Sejak implementasi otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan yang paling terbaru UU No. 23 Tahun 2014, batas antar daerah menjadi perhatian yang sangat penting. Dalam era otonomi daerah, banyak sekali perkembangan daerah baik desa, kabupaten/kota maupun provinsi yang mengadakan pemekaran. Akibat dari adanya pemekaran yaitu adaya perebutan lahan atau sengketa lahan. Satu diantaranya yaitu batas wilayah antara Kabupaten Donggala dan Kabupaten Mamuju Utara. Konflik batas daerah Kabupaten Donggala dan Kabupaten Mamuju Utara ini muncul sebagai akibat dari adanya kebijakan penataan batas daerah berdasarkan Kepmendagri No. 52 Tahun 1991 terutama setelah pemasangan Tugu / Patok Batas pada kawasan perbatasan antara Kabupaten Donggala dengan Kabupaten Mamuju Utara yang kurang melibatkan masyarakat setempat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa permasalahan batas wilayah yang terjadi pada Kabupaten Donggala dan Kabupaten Mamuju Utara berdasarkan data historis kedua Kabupaten tersebut serta mengimplementasikan Permendagri No. 76 Tahun 2012 tentang Penegasan Batas Daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kartometrik serta kajian literatur terkait berbagai aspek menggunakan perangkat lunak SIG. Hasil analisa diketahui bahwa daerah yang diklaim atau Desa Ngovi lebih memilih untuk berada pada Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, namun jika dilihat dari segi hukum yang berlaku, daerah klaim tersebut tetap berada pada wilayah Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat. Luas wilayah yang diperebutkan sebesar 4696.469 ha, dimana wilayah tersebut terdapat penduduk dan bangunan pemerintah.