Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Estimasi Arus Geostropik di Perairan Indonesia Bagian Timur dengan Menggunakan Satelit Altimetri Handoko, Eko Yuli; Syariz, Muhammad Aldila; Mahdyah, Arina
Jurnal Kelautan Vol 17, No 2: Agustus (2024)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v17i2.21511

Abstract

ABSTRAKLetak Indonesia yang berada di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadi jalur utama transportasi massa air dari Pasifik menuju Hindia juga menjadi tempat bercampurnya massa air dengan karakteristik yang berbeda. Pergerakan arus dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melewati perairan Indonesia Timur dikenal dengan Indonesian Trough Flow. Arus geostropik yang merupakan komponen penting dari sirkulasi samudera penting di perairan Indonesia bagian timur yang meliputi Laut Banda, Laut Arafura, Laut Timor, Laut Halmahera, dan Laut Sulawesi. Satelit Altimetri adalah teknik penginderaan jauh untuk memantau ketinggian permukaan laut, telah menawarkan wawasan penting ke dalam interaksi antara arus geostropik dan penentuan cuaca karena adanya interaksi laut dengan atmosfer. Tujuan dari penelitian  ini adalah untuk mengevaluasi sirkulasi geostropik di perairan Indonesia Timur dengan menggunakan data satelit altimetri Jason-3 dan Sentinel-3 selama 2016-2021. Penentuan arus geostropik dilakukan dengan metode numerikal menggunakan persamaan Stewart yang memanfaatkan nilai Dynamic Ocean Topography dari data altimetri sehingga diperoleh komponen arus zonal dan arus meridional. Dari perhitungan korelasi antara Dynamic Ocean Topography dan Indeks Multivariate ENSO (MEI) Index diperoleh koefisien -0,8176 (memiliki hubungan sangat kuat tetapi berkebalikan) sedangkan untuk arus zonal dengan indeks angin muson diperoleh -0,2312 untuk Australian Monsoon Index dan 0,4472 untuk Western North Pasific Monsoon Index.Kata Kunci: Arus geostropik, Dynamic Ocean Topography, Satelit AltimetriABSTRACTThe location of Indonesia, which is between the Pacific and Indian Ocean, is the only route for air mass transportation from the Pacific to the Indian Ocean. It is also a place where water masses with different characteristics mix. The movement of currents from the Pacific Ocean to the Indian Ocean through East Indonesian waters is known as the Indonesian Trough Flow. Geotropic currents which are an important component of important ocean circulation in eastern Indonesian waters which include the Banda Sea, Arafura Sea, Timor Sea, Halmahera Sea and Celebes Sea. Satellite altimetry, a remote sensing technique for monitoring sea level elevation, has offered important insights into the interaction between geotropic currents and weather due to the interaction of the ocean with the atmosphere. The purpose of this work is to investigate and evaluate the geotropic circulation in East Indonesian waters using data from the Jason-3 and Sentinel-3 altimetry satellites during 2016-2021. The handling of geostrophic currents is carried out by a numerical method using the Stewart equation which utilizes Dynamic Ocean Topography values from altimetry data so that the components of zonal and meridional currents are obtained. From the calculation of the correlation on the Dynamic OCean Topography and the Multivariate ENSO Index, a coefficient of -0.8176 is obtained, while for zonal currents with a monsoon index, it is -0.2312 for the Australian Monsoon Index and 0.4472 for the Western North Pacific Monsoon Index.Keywords: Geotropic currents, Dynamic Ocean Topography, Altimetry Satellites
PERBANDINGAN KOMPONEN PASANG SURUT YANG DIPEROLEH MELALUI PENGUKURAN TIDE GAUGE DAN SATELIT ALTIMETRI Handoko, Eko Yuli; Syariz, Muhammad Aldila; Ashiddiqi, Muhammad Hanan
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 15 No 1 (2024): FEBRUARI 2024
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24319/jtpk.15.79-91

Abstract

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Selain dengan adanya pengamatan tradisional menggunakan tide gauge, komponen pasang surut dapat ditentukan menggunakan satelit altimetri. Penggunaan tide gauge, hasil ekstraksi komponen pasang surut hanya dapat dilakukan secara akurat karena memiliki resolusi temporal yang sangat baik meskipun hanya tersedia pada titik-titik stasiun tersebut didirikan saja. Hal ini berkebalikan dengan yang menggunakan satelit altimetri. Data yang didapatkan dari satelit altimetri perlu diolah agar mendapatkan nilai sea surface height yang selanjutnya digunakan untuk penentuan komponen pasang surut dengan analisis harmonik metode kuadrat terkecil pada banyak titik yang berada di permukaan bumi. Akan tetapi, resolusi temporal yang lebih rendah daripada tide gauge juga menjadi batasan dalam pengestraksian komponen pasut. Tujuan penelitian adalah mengekstraksi sea surface height data satelit altimetri Jason-3 dan membandingkan hasil ekstraksi tersebut dengan pengamatan manual. Hasil dari penelitian ini adalah nilai amplitudo dan fase dari tiap komponen pasang surut. Kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil komponen dari data pengamatan stasiun pasang surut. Didapatkan bahwa perbedaan rata-rata (RMSE) terbesar sebesar 0,360 m pada komponen pasang surut K1 dan RMSE terkecil yaitu sebesar 0,003 m pada komponen pasang surut M4.
Pengaruh Erupsi Gunung Semeru Terhadap Variasi Precipitable Water Vapor Menggunakan Pengukuran GPS Periode 2020 – 2023 Handoko, Eko Yuli; Mauida, Putra; Syaifullah, Syahru Alamsyah
Jurnal Geosains dan Remote Sensing Vol 6 No 1 (2025): JGRS Edisi Mei
Publisher : Department of Geophysical Engineering, Faculty of Engineering, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jgrs.ft.unila.356

Abstract

Gunung Semeru merupakan gunung api paling aktif di Indonesia dengan riwayat letusan sejak tahun 1800. Letusan gunung api dapat memengaruhi lapisan atmosfer akibat pelepasan abu dan gas dalam jumlah besar, yang berdampak pada lapisan troposfer. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati variasi kandungan uap air atau precipitable water vapor (PWV) di lapisan troposfer akibat erupsi Gunung Semeru pada periode 2020–2023. Analisis dilakukan menggunakan data PWV dari beberapa stasiun Global Positioning System (GPS) kontinu di sekitar Gunung Semeru, dengan estimasi PWV berbasis pengolahan data GPS menggunakan perangkat lunak GIPSY-X 2.1. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara peristiwa erupsi Gunung Semeru dan peningkatan kandungan uap air. Secara umum, pola variasi PWV selama erupsi menunjukkan peningkatan beberapa hari sebelum puncak erupsi, diikuti oleh penurunan bertahap pascaerupsi. Namun, dalam beberapa kejadian erupsi, pola yang berlawanan teramati, kemungkinan akibat pengaruh partikel SO₂ dan aerosol. Secara rata-rata, kandungan PWV meningkat sebesar 3,039% dalam tiga hari sebelum erupsi dan menurun sebesar 3,854% dalam tiga hari setelah erupsi pada periode 2020–2023.
Studi Variasi Temporal Distribusi Massa Air Menggunakan Data Water Thickness Satelit Grace Irawati, Iir; Handoko, Eko Yuli; Anjasmara , Ira M
GEOID Vol. 3 No. 2 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v3i2.1240

Abstract

GRACE (Gravity Recovery and Climate Experiment) merupakan hasil kerjasama antara National Aeronautics and Space Administration (NASA) di Amerika Serikat dan Deutsches Zentrum fur Luft-und Raumfahrt (DLR) di Jerman. Tujuan GRACE adalah untuk mengukur variasi medan gaya berat dengan akurasi sangat tinggi. Dalam penelitian ini akan dilakukan proses analisa variasi distribusi massa air global. Penelitian ini menggunakan data hasil pengamatan GRACE selama 33 bulan antara Februari 2003 hingga April 2006, kecuali Januari dan Juni 2003, Januari 2004, serta Juli-Oktober 2004. Hasil menunjukkan terdapat beberapa wilayah yang memiliki variasi distribusi massa air yang tinggi, yaitu Amerika Selatan, Amerika Utara, Afrika, Asia Selatan, dan Eropa Utara serta Timur. Nilai trend perubahan water thickness pada titik sampel adalah 2,71 cm, 1,61 cm, -0,63 cm, -1,25 cm, dan 1,37 cm. Nilai trend perubahan water thickness pada titik sampel Indonesia adalah -0,29 cm. Hasil plotting juga menunjukkan bahwa pola distribusi massa air global adalah sama setiap tahun.
PEMROSESAN DATA SATELIT ALTIMETRI DAN TIDE GAUGE UNTUK PENGAMATAN SEA LEVEL CHANGE DI INDONESIA STUDI KASUS SAMUDRA INDONESIA (Studi Kasus:Samudera Indonesia, 9 LS –6 LU dan 95 BT - 116 BT) Nadar, Sonny Widyagara; Handoko, Eko Yuli; Napitu, Asmi Marintan
GEOID Vol. 4 No. 2 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v4i2.1272

Abstract

Perubahan muka laut ( Sea Level Change ) merupakan salah satu fenomena yang terjadi akibat beberapa faktor yang dapat dibilang kompleks. Perubahan ini dapat memberikan dampak yang merugikan pada manusia khususnya manusia yang tinggal didaerah pesisir apabila besar kenaikannya sangat signifikan. Dampak dari pemanasan global merupakan salah satu pemicu dari perubahan muka laut ( Sea level Change ). Teknologi yang ada saat ini sangat membantu dalam pengamatan Sea Level Change, khususnya penggunaan teknologi satelit Altimetri. Satelit Altimetri memiliki kemampuan untuk mengamati fenomena yang terjadi diwilayah perairan, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini yang menggunakan data satelit Altimetri untuk melakukan pengamatan Sea level Change dalam selang waktu 2002 – 2005. Penelitian ini menggunakan data biner satelit altimetri atau MGDR ( Merged Geophysical Data Record ) untuk kemudian dilakukan proses konversi dan diolah untuk mencari nilai Sea Level Anomaly pada beberapa titik pengamatan, yang merupakan parameter dalam penentuan Sea Level Change. Hasil yang diperoleh akan dioverlaykan gambarnya dengan data pasang surut, dan diamati trend yang terjadi antara hasil yang diperoleh dengan satelit Altimetri dan Pengamatan Pasang surut. Adapun hasil yang diperoleh menunjukkan trend yang sama antara data pasang surut dan satelit altimetri dan perubahan muka laut dari tahun 2002 – 2005 sangat dinamis, yaitu terjadi kenaikan dan penurunan.
ANALISA SEA LEVEL RISE DARI DATA SATELIT ALTIMETRI TOPEX/POSEIDON DAN DATA SEA SURFACE TEMPERATURE MENGGUNAKAN SOFTWARE BRAT 2.0.0; STUDI KASUS PERAIRAN INDONESIA Mayasari, O. S.; Handoko, Eko Yuli
GEOID Vol. 5 No. 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v5i1.1281

Abstract

Fenomena kenaikan muka air laut merupakan issue yang mengemuka seiring dengan terjadinya persoalan pemanasan global. Sea Level Rise belum dapat teridentifikasi secara pasti faktor penyebabnya. Pemanfaatan data satelit altimetri Topex/ Poseidon dan data Sea Surface Temperature diharapkan mampu mengkorelasikan antara perubahan kedudukan muka laut dan suhu muka laut sehingga dapat diketahui perubahan kenaikan muka laut nya. Pengolahan data biner dari satelit altimetri Topex/ Poseidon dilakukan dengan menggunakan software Basic Radar Altimetry Toolbox (BRAT) 2.0.0. Pengolahan data yang sebelumnya dengan menggunakan software Matlab sebagai pembanding pada software BRAT. Pemantauan kenaikan muka laut dilakukan pada perairan Indonesia dalam kurun waktu empat tahun (2002-2005) dengan mengambil 14 titik sample pengamatan. Terdapat tahapan utama pekerjaan dalam proses penentuan Sea Level Rise, yaitu : konversi data, pengecekan hasil, pembentukan grid, pemodelan serta analisa trend muka laut. Hasil penelitian tahun 2002-2005 menunjukkan bahwa kenaikan muka laut tertinggi berada di Selat Sunda yakni sebesar 27,06 mm/tahun dan Samudera Pasifik sebesar 13,93 mm/tahun sedangkan kenaikan terendah berada di Laut Flores sebesar 1,83 mm/tahun dan Selat Makassar sebesar 2,12 mm/tahun. Kenaikan temperatur terbesar berada di Laut Bangka sebesar 0,084°C/tahun sedangkan penurunan temperatur terbesar di Laut Arafuru sebesar 0,228°C/tahun
MODEL ESTIMASI UPLIFT DAN SUBSIDENCE DARI HASIL UKURAN GPS MENGGUNAKAN METODE POLINOMIAL DI AREA LUMPUR SIDOARJO Bukhori , Imam Yuli; Handoko, Eko Yuli
GEOID Vol. 7 No. 2 (2012)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v7i2.1342

Abstract

Pada penelitian terdahulu oleh Abidin,dkk (2010) dijelaskan bahwa letusan gunung lumpur Sidoarjo telah memicu pergerakan tanah baik vertikal maupun horisontal, sehingga diadakan penelitian dengan menggunakan GPS untuk meneliti pergerakan tanah tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi subsidence sebesar 0,4 cm/hari hingga 4 cm/hari. Pada penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan metode polinomial untuk menggambarkan bentuk uplift dan subsidence. Data yang digunakan adalah data pengamatan. Dalam penelitian ini dilakukan analisa data setiap kala dengan menggunakan analisa regresi linier dan polinomial orde dua dan tiga. Dari hasil analisa tersebut didapatkan nilai penurunan tanah terbesar adalah sebesar -0,018 m yang berada di titik BT03 dan nilai kenaikan tanah terbesar adalah sebesar 0,012 m di titik 1304. Sedangkan nilai rata-rata penurunan tanah sebesar -0,012 m dan kenaikan tanah sebesar 0,006 m. Dengan menggunakan analisa korelasi dan determinasi, didapatkan rata-rata terbesar nilai korelasi dan determinasi terbesar pada regresi polinomial ordo 3 yaitu dengan nilai korelasi rata-rata sebesar 0,893 dan nilai determinasi sebesar 0,810. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa polinomial ordo 3 merupakan bentuk regresi yang paling sesuai untuk menggambarkan model estimasi uplift maupun subsidence.
KORELASI MULTIVARIATE EL NIÑO SOUTHERN OSCILLATOR INDEX DAN VARIASI PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN INDONESIA Handoko, Eko Yuli; Yuwono, Yuwono; Ariani, Reni; Filaili , Ragfinsa Budiaski
GEOID Vol. 14 No. 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i1.1579

Abstract

Lautan Indonesia merupakan wilayah perairan yang merupakan penghubung antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, serta Laut China Selatan. Variasi permukaan laut yang relatif tinggi di bagian barat Lautan Pasifik mempengaruhi variasi laut di perairan Indonesia. Salah satu penyebab variasi permukaan laut di kawasan ini adalah pengaruh fenomena El Niño Southern Oscillation. Penelitian ini bertujuan melakukan perhitungan korelasi antara El Niño Southern Oscillation dan variasi permukaan laut di perairan Indonesia. Hitungan korelasi menggunakan Multivariate El Niño Southern Oscillation memberikan hasil adanya korelasi kuat negatif antara El Niño Southern Oscillation dan variasi permukaan laut sebesar -0,8.
REDUKSI DATA PEMERUMAN MENGGUNAKAN TIDAL CONSTITUENT AND RESIDUAL INTERPOLATION (TCARI) (STUDI KASUS: SELAT MAKASSAR) Kendartiwastra, Duty; Pratomo, Danar Guruh; Handoko, Eko Yuli
GEOID Vol. 14 No. 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i1.1586

Abstract

Koreksi data pemeruman biasanya dilakukan dengan mengurangi nilai kedalaman terhadap tinggi muka air laut yang telah tereferensi terhadap chart datum di waktu yang sama. Faktanya, perbedaan lokasi pemeruman dan pengamatan pasut menyebabkan tinggi muka air laut di kedua tempat tersebut tidak sama dalam waktu yang sama. Hal tersebut terjadi karena adanya perambatan nilai amplitudo dan fase gelombang pasut yang terjadi karena perbedaan karakteristik pasut antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Pembuatan tidal zoning menggunkana metode Tidal Constituent and Residual Interpolation merupakan salah satu solusi untuk permasalahan ini. Kostanta dan residual didapatkan dari data pengamatan 7 stasiun pasut di sekitar Selat Makasssar menggunakan metode least square. Keduanya kemudian diinterpolasi di atas grid yang telah dibobotkan, lalu dihitung menggunakan persaamaan Laplace. Selanjutnya, ekstraksi tinggi muka air laut dilakukan pada zona pemeruman yang terletak 27,752 kilometer dari Stasiun Mahakam. Dengan interval convidence 95%, menunjukkan bahwa hasil batimetri yang telah terkoreksi oleh tidal zoning dan pengamatan pasut secara langsung memberikan perbedaan yang signifikan.
WET TROPOSPHERIC CORRECTION’S IMPACT ON SEA LEVEL ANOMALY AROUND THE INDONESIAN SEAS Handoko, Eko Yuli
GEOID Vol. 14 No. 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i1.1593

Abstract

Global sea level rise in the satellite altimetry era is about 3 mm/yr. The one of main source of uncertainty of global sea level is the wet tropospheric from onboard microwave radiometer which is up to 0.3 mm/yr.  The focus of this study is to assess of various wet tropospheric correction impact on sea level anomaly in the Indonesian seas. The result of sea level anomaly linear trend difference between Global Navigation Satellite System and Microwave Radio Meter or ECMWF Re-Analysis Interim is 0.18 mm/yr in agreement with the global wet tropospheric uncertainty.