Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Higher Body Mass Index and Waist Cicumference Have Correlation With the degree of Curvature of Hyperlordosis in Young Adult Fitriani Rahmawati; Nuryani Sidarta
Indonesian Journal of Physical Medicine & Rehabilitation Vol 5 No 02 (2016): Indonesian Journal Of Physical Medicine and Rehabilitation
Publisher : Indonesian Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.115 KB) | DOI: 10.36803/ijpmr.v5i02.207

Abstract

BACKGROUND : Health problem that caused by higher BMI have grown broadly. Musculoskeletaldisorders due to higher BMI will cause an excessive burden on the lumbosacral joints. .Moreover, excess waistcircumference can also lead to malformation of lumbal curvature.Purpose: This study aims to determine the relationship between higher Body Mass Index (BMI) and excesswaist circumference with the higher curvature in young adult.Method: This study used observational study with cross-sectional design involving 88 students whoperformed measurement of body weight, height, and waist circumfrences, also lumbar curve examination. Themeasurement of waist circumference was done by circling the flexible tape on waist. For the measurement ofthe lumbar curve,each respondent is measured by a flexible ruler.Results: chi square test obtained p = 0,000 in high BMI with the increasing of lumbar curve and p = 0,000 inexcess waist circumference with the increasing of lumbar curve. So, there is a correlation between higher BMIand excess waist circumference with the increase of lumbar curve in the young adults.Conclusions: In this study showed that higher BMI and excess waist circumference have correlation with theincrease of lumbar curve in the students.Keywords: body mass index, waist circumference, tape measure, hyperlordosis, flexible ruler.
Higher Body Mass Index and Waist Cicumference Have Correlation With the degree of Curvature of Hyperlordosis in Young Adult Fitriani Rahmawati; Nuryani Sidarta
Indonesian Journal of Physical Medicine & Rehabilitation Vol 5 No 02 (2016): Indonesian Journal Of Physical Medicine and Rehabilitation
Publisher : Indonesian Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.115 KB) | DOI: 10.36803/ijpmr.v5i02.207

Abstract

BACKGROUND : Health problem that caused by higher BMI have grown broadly. Musculoskeletaldisorders due to higher BMI will cause an excessive burden on the lumbosacral joints. .Moreover, excess waistcircumference can also lead to malformation of lumbal curvature.Purpose: This study aims to determine the relationship between higher Body Mass Index (BMI) and excesswaist circumference with the higher curvature in young adult.Method: This study used observational study with cross-sectional design involving 88 students whoperformed measurement of body weight, height, and waist circumfrences, also lumbar curve examination. Themeasurement of waist circumference was done by circling the flexible tape on waist. For the measurement ofthe lumbar curve,each respondent is measured by a flexible ruler.Results: chi square test obtained p = 0,000 in high BMI with the increasing of lumbar curve and p = 0,000 inexcess waist circumference with the increasing of lumbar curve. So, there is a correlation between higher BMIand excess waist circumference with the increase of lumbar curve in the young adults.Conclusions: In this study showed that higher BMI and excess waist circumference have correlation with theincrease of lumbar curve in the students.Keywords: body mass index, waist circumference, tape measure, hyperlordosis, flexible ruler.
Tingkat depresi dan jenis kelamin berhubungan dengan perilaku anti sosial pada pelajar SMA Sari Riastiningsih; Nuryani Sidarta
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 1 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2018.v1.3-9

Abstract

LATAR BELAKANG Prevalensi penderita depresi pada usia remaja meningkat sangat tinggi dibandingkan dengan usia kanak‐kanak dan dewasa. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas di Indonesia mencapai 6%. Remaja rentan terkena depresi karena banyaknya proses adaptasi terhadap berbagai stressor kehidupan yang ada, bila tidak diawasi dapat menimbulkan gangguan perilaku anti sosial yang dapat menetap menjadi gangguan kepribadian antisosial pada saat dewasa. Studi ini dilakukan untuk menilai hubungan antara tingkat depresi dengan perilaku anti sosial pada pelajar SMA. METODE Studi ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang yang dilakukan dari bulan Agustus hingga Desember 2017. Populasi penelitian adalah pelajar SMAN 6 Bogor dengan total sampel sebanyak 350 responden. Cara pengambilan sampel digunakan teknik Consecutive Non random sampling dan pengambilan data primer didapatkan dari pengisian kuesioner The Mansion Evaluation untuk menilai ada tidaknya perilaku anti sosial dan kuesioner Beck Depression Inventory-II guna mengukur tingkat depresi pada respondents. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan tes Chi Square guna menilai hubungan antara tingkat depresi dengan munculnya perilaku antisosial. HASIL Dari 350 responden didapatkan 193 responden (55,1%) yang mengalami depresi dari tingkat ringan sampai berat. Sebanyak 222 respoden (63,4%) memiliki kecenderungan untuk berperilaku anti sosial dan lebih banyak didapatkan pada pelajar laki-laki. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat depresi dengan perilaku anti sosial dimana makin tinggi tingkat depresi maka makin besar kejadian perilaku anti sosial (p value = 0,000). Selain itu didapatkan pula bahwa jenis kelamin juga memiliki hubungan bermakna dengan munculnya perilaku anti sosial (p value = 0,020). KESIMPULAN Terdapat hubungan antara tingkat depresi dan jenis kelamin dengan perilaku anti sosial pada pelajar SMA.
Pengaruh aktivitas fisik terhadap kapasitas memori kerja pada pelajar SMA Rizvialdi Rizvialdi; Nuryani Sidarta
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.58-64

Abstract

LATAR BELAKANG Memori Kerja merupakan salah satu bagian dari fungsi eksekutif otak yang dinilai sangat penting untuk menunjang kemampuan proses belajar siswa sekolah. Penelitian menunjukan bahwa prevalensi anak dengan kapasitas memori kerja yang rendah adalah sekitar 15%, dan 80% anak tersebut mengalami kesulitan akademik. Hasil penelitian menunjukan hubungan kuat antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif otak, terutama memori kerja. Penelitian lain memperlihatkan korelasi lemah antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif otak. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat kembali hubungan antara aktivitas fisik dengan kemampuan memori kerja khususnya siswa SMA di Jakarta METODE Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross-sectional (potong-silang). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non random consecutive sampling yang melibatkan siswa SMAN 54 Jakarta. Jumlah responden yang didapat adalah sebanyak 56 siswa. Pengambilan data menggunakan instrumen kuesioner IPAQ untuk intensitas dan frekuensi aktivitas fisik serta WISC-IV mengukur indeks memori kerja. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi Gamma. HASIL Terdapat korelasi antara intensitas aktvitas fisik dengan indeks memori kerja (r=0.487; p=0.023). Selain itu juga terdapat hubungan antara frekuensi aktivitas fisik dengan indeks memori kerja (r=0.220; p=0.458). KESIMPULAN Terdapat korelasi positif antara intensitas aktivitas fisik dan kemampuan memori kerja pada pelajar SMA. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi intensitas aktifitas fisik yang dilakukan oleh seorang siswa maka semakin tinggi pula kemampuan memori siswa tersebut.