Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENGARUH SENAM SEHAT ANAK INDONESIA TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK DENGAN UNDERWEIGHT Azka Hukmu Irsyada; Erna Setiawati; Meita Hendrianingtyas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.161 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19352

Abstract

Latar Belakang: Kondisi underweight dapat memengaruhi tumbuh kembang anak. Olahraga dapat menstimulasi sekresi human growth hormone (hGH) dan endorfin. hGH dapat meningkatkan sintesis protein, meningkatkan massa otot, sementara endorfin dapat memperbaiki mood anak, memperbaiki nafsu makan anak, sehingga asupan makanan anak meningkat.Tujuan: Membuktikan perbedaan indeks massa tubuh sebelum dan sesudah latihan Senam Sehat Anak Indonesia pada anak dengan underweight.Metode: Penelitian eksperimen one group pre post test menggunakan 12 subjek penelitian dengan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan timbangan dan microtoise. Analisis data menggunakan uji t berpasangan.Hasil: Rerata indeks massa tubuh sebelum dan sesudah perlakuan dengan rerata sebelum perlakuan 13,40 ± 0,55 kg/m2 dan 13,9±0,59 kg/m2 setelah perlakuan serta nilai p=0,005.Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna indeks massa tubuh sebelum dan sesudah latihan Senam Sehat Anak Indonesia pada anak dengan underweight
PENGARUH LATIHAN DEEP BREATHING TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PEROKOK AKTIF Ainun Nida Dusturia; Erna Setiawati; Meita Hendrianingtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.762 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23291

Abstract

Latar Belakang: Merokok menyebabkan perubahan struktur, fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru. Merokok aktif akan mempercepat penurunan faal paru. Salah satu cara untuk mengetahui fungsi faal paru adalah melalui pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE). Deep breathing dapat meningkatkan compliance paru dan mencegah kolaps sehingga memperbaiki pertukaran gas dan akhirnya memperbaiki nilai APE. Tujuan: Membuktikan perbedaan nilai APE sebelum dan setelah latihan deep breathing tipe akut maupun kronik pada perokok aktif. Metode: Penelitian eksperimen one group pre post test menggunakan 10 subjek penelitian dengan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan timbangan, microtoise dan peak flow meter. Analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil: Rerata APE tipe akut sebelum dan sesudah perlakuan adalah 546,0 ± 64,1 dan 553,0±63,9; sedangkan rerata APE tipe kronik sebelum dan sesudah perlakuan adalah 522,5±66,7 dan 553,0±63,9. Terdapat perbedaan bermakna pada uji analisis tipe akut maupun kronik ( tipe akut p=0,029; tipe kronik p=0,002). Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna nilai APE sebelum dan setelah latihan deep breathing tipe akut maupun kronik pada perokok aktif.Kata kunci: Latihan deep breathing, arus puncak ekspirasi, perokok aktif.
PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK OBESITAS Andi Wicaksono; Erna Setiawati; Ani Margawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.218 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14223

Abstract

Latar Belakang : Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terdapat akumulasi lemak abnormal di jaringan adiposa yang mengganggu kesehatan, dimana dapat diketahui melalui Index Masa Tubuh (IMT). Seorang anak dapat dikatakan obesitas apabila IMT ≥ 95 persentil sesuai grafik pertumbuhan. Salah satu masalah yang dapat ditimbulkan dengan adanya obesitas adalah permasalahan sistem respirasi. Fungsi sistem respirasi dapat diketahui salah satunya dengan pengukuran arus puncak respirasi (APE). Untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh obesitas adalah dengan melakukan latihan salah satunya berupa latihan sirkuit. Belum ada penelitian tentang pengaruh latihan sirkuit terhadap APE.Tujuan : Menganalisa perbedaan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan setelah pemberian latihan sirkuit pada anak obesitas.Metode : Penelitian kuasi eksperimental ini menggunakan metode satu kelompok pretes postes dengan sampel sebanyak 17 anak obesitas. Subjek penelitian diberikan perlakuan dengan latihan sirkuit 2 kali dalam seminggu selama 6 minggu. Subjek penelitian diukur APE menggunakan peak flow meter sebelum dan sesudah 6 minggu pemberian latihan sirkuit.Hasil : Terdapat peningkatan nilai APE anak obesitas setelah melakukan latihan sirkuit selama 6 minggu dibandingkan dengan sebelum melakukan latihan sirkuit . Dimana APE sebelum melakukan latihan sirkuit 232,93 ± 22,29 L∕menit menjadi 257,06 ± 21,14 L∕menit setelah melakukan latihan sirkuit.Simpulan : Pemberian latihan sirkuit pada anak obesitas meningkatkan nilai APE
PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KECEPATAN JALAN PADA ANAK OBESITAS Raminanda Permatasari Batubara; Erna Setiawati; Amallia Nugettsiana Setyawati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.546 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18606

Abstract

Latar Belakang : Prevalensi terjadinya obesitas pada anak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Obesitas mempengaruhi geometri tubuh dan menyebabkan keterbatasan fungisonal terutama pada anggota tubuh bagian bawah, yang secara signifikan dapat mempengaruhi biomekanik kegiatan sehari-hari. Salah satu kegiatan yang akan terpengaruh adalah aktivitas berjalan. Kecepatan berjalan dapat ditingkatkan dengan cara melakukan latihan fisik. Circuit training merupakan kombinasi antara latihan aerobik dan penguatan yang memperbaiki total fitness dari komponen kondisi tubuh yang salah satunya adalah kecepatan.Tujuan : Membuktikan manfaat circuit training dapat meningkatkan kecepatan jalan anak obesitas.Metode : Penelitian eksperimental dengan rancangan one group pre and post design yang dilaksanakan di SDN Bojongsalaman 2, Semarang. Sampel penelitian ini adalah anak obesitas yang berusia 9-12 tahun dan merupakan siswa SDN Bojongsalaman 2, Semarang (n=13). Kecepatan jalan diukur dengan 10 meter walk test. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji T-berpasangan.Hasil : Rerata kecepatan jalan sebelum dilakukan perlakuan circuit training adalah sebesar 6,87 ± 0,45 dan rerata kecepatan jalan sesudah dilakukan perlakuan circuit training adalah sebesar 6,72±0,47. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kecepatan jalan setelah dilakukan perlakuan. Peningkatan dinilai bermakna setelah diuji dengan menggunakan uji T-berpasangan.Simpulan : Perlakuan circuit training selama 6 minggu atau 12 kali dengan frekuensi 2 kali per minggu dapat meningkatkan kecepatan jalan.
PENGARUH LATIHAN DEEP BREATHING TERHADAP SATURASI OKSIGEN PADA PEROKOK AKTIF Dayita Sukma Destanta; Erna Setiawati; Rahmi Isma Asmara Putri
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.615 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23307

Abstract

Latar Belakang: Merokok mengganggu oksigenasi tubuh dan fungsi fisiologis paru akibat kandungan zat karbon monoksida (CO) dan zat-zat lain. Latihan deep breathing dapat meningkatkan fungsi vital paru yang mana dapat memperbaiki pertukaran gas dan mempengaruhi saturasi oksigen. Tujuan: Membuktikkan pengaruh latihan deep breathing terhadap perubahan SpO2 pada perokok aktif. Metode: Penelitian eksperimental dengan desain one group pre-test post-test. Sampel adalah 10 perokok dewasa aktif yang diseleksi dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah timbangan, microtoise, dan pulse oximeter. Latihan deep breathing dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu dengan durasi 15 menit per latihan. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Rerata SpO2 pre dan post latihan deep breathing akut adalah 96,9 ± 1,101 dan 98,2 ± 1,033; sedangkan rerata SpO2 post latihan deep breathing kronik adalah 98,4 ± 0,516. Pada analisis uji Wilcoxon didapatkan perbedaan bermakna pada analisis latihan akut (p=0,018) dan latihan kronik (p=0,010). Kesimpulan: Latihan deep breathing secara akut dan kronik memberikan peningkatan bermakna pada nilai saturasi oksigen perokok aktif.Kata kunci: Latihan deep breathing, SpO2, perokok aktif.
HUBUNGAN ANTARA FUNGSI DIASTOLIK DENGAN DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK DENGAN FRAKSI EJEKSI NORMAL Marchilia Widistana; Sefri Noventi Sofia; Erna Setiawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.076 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14810

Abstract

Latar Belakang : Gagal jantung kronik masih memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi walaupun telah ada beberapa penelitian mengkaji upaya peningkatan kualitas hidup. Fungsi diastolik merupakan salah satu siklus jantung yang dikatakan dapat dideteksi lebih awal sebelum muncul manifestasi klinik sehingga lebih berpengaruh terhadap kualitas hidup dibanding fungsi sistolik. Namun ada penelitian menyatakan tidak ada perbedaan antar keduanya.Tujuan : Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kualitas hidup dengan fungsi diastolik pasien gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi normalMetode : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional menggunakan data primer yaitu kuesioner serta data sekunder yaitu rekam medis dan data ekokardiografi. Sampel sebanyak 32 pasien yang sudah didiagnosis gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi normal yang memenuhi kriteria tertentu. Dari hasil ekokardiografi didapatkan nilai E/e’ sebagai indiktor fungsi diastolik. Kemudian pasien mengisi kuesioner MLHF (Minnesota Living with Heart Failure) berisi 21 pertanyaan tentang aktivitas sehari-hari mereka. Uji statistik menggunakan uji korelasi pearsonHasil : Fungsi diastolik memiliki korelasi yang tidak bermakna dengan kualitas hidup (p>0,05). Didapatkan korelasi positif sangat lemah pada dimensi fisik (r=0,044; p=0,810), dimensi umum (r=0,057; p=0,757), dimensi emosi (r=0,003; p=0,988) dan skor total MLHFQ (r=0,042; p=0,820)Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi diastolik dengan kualitas hidup pada pasien gagal jantung kronik dengan fraksi ejeksi normal.
Effectiveness of Expiratory Muscle Strength Training on Dysphagia Risk in Pre-Frail Elderly Ida Ayu Putu Diana Janaki Sari; Erna Setiawati; Lisa Nurhasanah
Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 17 No 2 (2023): Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Kerja Sama KNPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33533/jpm.v17i2.6653

Abstract

Pre-frail dan frail elderly are susceptible to dysphagia. Dysphagia leads to vulnerability to aspiration pneumonia, undernutrition, and dehydration, which negatively affect physical condition and quality of life. Expiratory muscle strength training (EMST) is an intervention for dysphagia. However, the effects of EMST on pre-frail elderly are still unclear. This study aimed to investigate effectiveness of expiratory muscle training on dysphagia risk of pre-frail elderly. The study design was a randomized clinical trial. Twenty-four pre-frail elderly at Rindang Asih I and II Elderly Social Service Institution randomly assigned into experimental group (n=12) or control group (n=12). The experimental group received expiratory muscle training using PEP Threshold® device 5 times per week for 6 weeks. Both of group also received typical multicomponent exercise for elderly 3 times per week for 6 weeks. Outcome measure was risk of dysphagia assessed using Swallowing Disturbance Questionnaire (SDQ). The intra-group analysis showed significant differences pre- and post-intervention in experimental group but not in control group (p<0,001 and p=0,107, respectively). Inter-group analysis showed significant differences between experimental and control group post-intervention (p<0,001). This finding indicate that expiratory muscle training effective on reducing dysphagia risk in pre-frail elderly.