Petugas layanan yang ada di Dinas XY Provinsi Jawa Tengah tidak hanya bertugas untuk menemani korban, namun juga diharapkan mampu menampung permasalahan yang dialami korban. Peran penting lainnya, diharapkan dapat memberikan penguatan secara emosional, psikis dan fisik kepada korban. Work engagement dapat membuat pegawai terlibat dengan pekerjaannya secara proaktif. Work engagement juga menggambarkan kemampuan pegawai untuk menyelesaikan masalah, berhubungan dengan orang, dan mengembangkan layanan inovatif. Kondisi ini membuat peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui secara empiris deskripsi/gambaran work engagement pada petugas layanan di Dinas XY Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif fenomenologi dengan jumlah responden sebanyak 4 (empat) orang, yaitu petugas layanan SPT PPA sejumlah 3 (tiga) orang dan petugas layanan PUSPAGA sejumlah 1 (satu) orang yang telah bekerja selama kurang lebih 3 (tiga) tahun baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan dan memiliki kompetensi di bidang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan petugas layanan yang bertugas memberikan edukasi dan pendampingan kepada korban kekerasan memiliki work engagement dengan pekerjaannya dan dipengaruhi oleh faktor job demand, job resourches, dan personal resources. Aspek yang mempengaruhi work engagement yaitu deducation dan absorption. Komitmen yang dipengaruhi afeksi, membuat petugas layanan membuat terikat (engaged) dan terlibat secara emosional dan fisik dengan pekerjaannya. Dukungan dari keluarga dan rekan kerja membuat petugas layanan dapat bertahan dan memiliki motivasi intrinsik untuk berkembang dan belajar. Indikator lain yang muncul dalam penelitian ini adalah konformitas dan membutuhkan usaha yang lebih untuk penyesuaian diri jika berada pada lingkungan kerja baru.