Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PELAYANAN VAKSINASI CERVARIX SEBAGAI PREVENSI PRIMER KANKER SERVIKS DI SMP NEGERI 1 DENPASAR PERIODE OKTOBER 2011 - APRIL 2012 Hendrikus Gede Surya Adhi Putra; I Gusti Putu Mayun Mayura
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 5(2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.595 KB)

Abstract

Vaksin Human Papillomavirus (HPV) saat ini menjadi metode pencegahan yang paling diperhitungkan terhadap infeksi HPV yang merupakan etiologi kanker cervix. Peningkatan efektifitas vaksin HPV terjadi pada pemberian dalam rentang usia prapubertas dan remaja. Pemberian vaksin yang menargetkan usia tersebut dapat menjaring wanita yang masih belum aktif secara seksual, sehingga probabilitas terpapar HPV masih rendah. Disamping itu, respon imunitas yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan pemberian pasca pubertas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi vaksinasi cervarix sebagai upaya prevensi primer kanker serviks di SMP Negeri 1 Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Denpasar pada tanggal 8 November 2012. Dengan sampel yakni siswi yang mengikuti program vaksinasi HPV cervarix di SMP Negeri 1 Denpasar pada 15 Oktober 2011, 12 November 2011, dan 14 April 2012. Dari penelitian ini diperoleh yang mengikuti program vaksinasi sebanyak 46 siswi dari 420 siswi atau 10,95%. Hasil distribusi yang tertinggi, menurut umur usia 14 tahun (43,48%), kelas IX (17,95%), asal daerah Denpasar (50%), mempunyai 3 saudara kandung (39,13%), pendidikan orang tua sarjana (82,61%), pekerjaan orang tua sebagai PNS (32,61%), penghasilan orang tua diatas 3 juta (45,65%). Berdasarkan  hasil  penelitian  ini,  dapat  disimpulkan  bahwa  kesadaran siswi SMP Negeri 1 Denpasar mengenai vaksin HPV berada dalam kategori rendah. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi yang berkesinambungan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya upaya pencegahan primer kanker serviks, yaitu melalui vaksinasi.
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR MANIA DENGAN PSIKOTIK: SEBUAH LAPORAN KASUS Hendrikus Gede Surya Adhi Putra
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 4 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.982 KB)

Abstract

Gangguan bipolar merupakan gangguan yang terdiri dari afek yang meningkat, dan jugaaktivitas yang berlebih (mania atau hipomania), dan dalam jangka waktu yang berbedaterjadi penurunan afek yang disertai dengan penurunan aktivitas (depresi). Kejadianpada  gangguan  bipolar  berkisar  antara  0,3-1,5%.  Prevalensi  serupa  pada  pria  danwanita.Gejala gangguan bipolar episode manik meliputi perasaan sensitif, kurangistirahat, harga diri melonjak naik, dan pada episode depresi meliputi kehilanganminat, tidur lebih atau kurang dari normal, gelisah, merasa tidak berharga, dan kurangkonsentrasi. Laporan ini membahas kasus gangguan bipolar episode kini manik yangterjadi pada seorang laki-laki berusia 45 tahun. Pasien ini mendapatkan psikoterapi,haloperidol 1 x 5 mg, dan trihexyphenidyl 1 x 2 mg per oral.
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PELAYANAN VAKSINASI CERVARIX SEBAGAI PREVENSI PRIMER KANKER SERVIKS DI SMP NEGERI 1 DENPASAR PERIODE OKTOBER 2011 - APRIL 2012 Hendrikus Gede Surya Adhi Putra; I Gusti Putu Mayun Mayura
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 7(2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.139 KB)

Abstract

Vaksin Human Papillomavirus (HPV) saat ini menjadi metode pencegahan yang paling diperhitungkan terhadap infeksi HPV yang merupakan etiologi kanker cervix. Peningkatan efektifitas vaksin HPV terjadi pada pemberian dalam rentang usia prapubertas dan remaja. Pemberian vaksin yang menargetkan usia tersebut dapat menjaring wanita yang masih belum aktif secara seksual, sehingga probabilitas terpapar HPV masih rendah. Disamping itu, respon imunitas yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan pemberian pasca pubertas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi vaksinasi cervarix sebagai upaya prevensi primer kanker serviks di SMP Negeri 1 Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Denpasar pada tanggal 8 November 2012. Dengan sampel yakni siswi yang mengikuti program vaksinasi HPV cervarix di SMP Negeri 1 Denpasar pada 15 Oktober 2011, 12 November 2011, dan 14 April 2012. Dari penelitian ini diperoleh yang mengikuti program vaksinasi sebanyak 46 siswi dari 420 siswi atau 10,95%. Hasil distribusi yang tertinggi, menurut umur usia 14 tahun (43,48%), kelas IX (17,95%), asal daerah Denpasar (50%), mempunyai 3 saudara kandung (39,13%), pendidikan orang tua sarjana (82,61%), pekerjaan orang tua sebagai PNS (32,61%), penghasilan orang tua diatas 3 juta (45,65%).Berdasarkan  hasil  penelitian  ini,  dapat  disimpulkan  bahwa  kesadaran siswi SMP Negeri 1 Denpasar mengenai vaksin HPV berada dalam kategori rendah. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi yang berkesinambungan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya upaya pencegahan primer kanker serviks, yaitu melalui vaksinasi.
KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM 2013 Hendrikus Gede Surya Adhi Putra; I Gusti Ayu Trisna Windiani
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 7(2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.212 KB)

Abstract

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 dan 1997 melaporkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya di bawah 6 bulan baru mencapai 47% dan 52%. Angka ini jauh dari target yang harus dicapai dalam Repelita VI yaitu sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui dengan bayi berumur 6 bulan sampai dengan 24 bulan di Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem tahun 2013. Metode rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dekriptif, besar sampel 40, dengan teknik total sampling. Subyek penelitian berasal dari wilayah Desa Sidemen dan dipilih ibu menyusui yang memiliki bayi berumur 6 bulan sampai dengan 24 bulan. Sebagian besar responden berumur antara 20-29 tahun (75%), tingkat pendidikan sebagian besar SMA (45%), lebih dari setengah responden tidak bekerja (62,5%) dengan pendapatan sebagian besar kurang dari Upah Minimum Regional (UMR). Tingkat pengetahuan responden sebagian besar baik (52.5%), sebagian besar responden bersikap negatif (65%). Perilaku non-ASI eksklusif lebih banyak ditemukan pada pengetahuan yang kurang (56,2%) dan sikap yang negatif (71,2%). Kurangnya pengetahuan mengenai pojok laktasi lebih mendominasi (75%) dan tidak ada pojok laktasi yang tersedia. Perilaku non-ASI eksklusif lebih banyak ditemukan pada pengetahuan pojok laktasi kurang. Sebagian besar responden pernah mendapatkan penyuluhan mengenai ASI eksklusif (65%), penyuluhan dilakukan lebih banyak oleh dokter (40%), dan mendapatkan penyuluhan kebanyakan > 6 bulan yang lalu (40%). Perilaku non-ASI eksklusif lebih banyak ditemukan pada ibu yang pernah mendapat penyuluhan. Secara keseluruahan perilaku non-ASI eksklusif masih mendominasi (80%).  
Diabetes Insipidus Pascaoperasi pada Pasien dengan Reseksi Tumor Kraniofaringioma Suarjaya, I Putu Pramana; Adhi Putra, Hendrikus Gede Surya; Sutawan, Ida Bagus Krisna Jaya
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24244/jni.v12i2.526

Abstract

Kraniofaringioma merupakan malformasi embrionik pada area sella dan parasella. Kraniofaringioma memiliki angka kesintasan yang tinggi, walaupun kualitas hidup pasien sering terganggu karena tumor terletak berdekatan dengan struktur anatomi penting seperti saraf optik, kiasma optik dan aksis hipotalamus-pituitari. Reseksi kraniofaringioma dapat mengakibatkan terjadinya diabetes insipidus. Diabetes insipidus (DI) ditandai terjadinya poliuri, dehidrasi dan hipernatremia yang disebabkan oleh defisiensi vasopresin atau antidiuretic hormone (ADH). Pasien laki-laki usia 20 tahun mengeluh poliuria, parestesia pada kedua tangan, pertumbuhan badan yang cepat dan nyeri kepala. Hasil Magnetic resonance imaging (MRI) kepala dengan kontras menunjukkan adanya tumor ekstraaksial supratentorial pada regio sisterna parasella. Pasien menjalani kraniotomi evakuasi tumor dengan anestesi umum dan tambahan blok scalp. Pascaoperasi pasien mengalami peningkatan volume urine sampai 400ml/jam dan dilakukan penggantian cairan dengan Ringerfundin dan D5 NS. Pasien mengalami DI dan pemberian vasopresin tetap dilanjutkan selama periode pascaoperasi sampai produksi urine 2ml/kg/jam. Manajemen perioperatif kraniofaringioma bertujuan mengendalikan tekanan intrakranial, mencegah cedera otak sekunder serta pemantauan pascaoperasi di ruang intensif untuk mengatasi komplikasi termasuk DI. Pada kasus ini terjadi poliuri dan peningkatan kadar natrium plasma akibat DI yang dapat diatasi dengan pemberian vasopresin pascaoperasi dan rehidrasi untuk mempertahankan kecukupan cairan serta menjaga keseimbangan kadar natrium plasma.Postoperative Diabetes Insipidus in Patient with Craniopharyngioma Tumor ResectionAbstractCraniopharyngioma is an embryonic malformation in the sella and parasella areas. Craniopharyngioma has high survival rate, although the patient's quality of life is often compromised due to tumors location near important anatomical structures such as the optic nerve, optic chiasm, and hypothalamic-pituitary axis. Craniopharyngioma tumor resection can provoke diabetes insipidus. Diabetes insipidus (DI) is characterized by polyuria, dehydration and hypernatremia due to vasopressin or antidiuretic hormone (ADH) deficiency. A 20 years old male patient complained of polyuria, paresthesia in both hands, rapid body growth, and headaches. Brain magnetic resonance imaging (MRI) with contrast revealed cystic mass in the parasella cistern region suggested craniopharyngioma. This patient underwent craniotomy tumor resection under general anesthesia and additional scalp block. Postoperatively the patient experienced an increased urine volume up to 400 ml/hour and fluid replacement was performed with crystalloids Ringerfundin and D5 NS. The patient suffered DI and vasopressin was continued in the postoperative period until urine output reduced to 2 ml/kg/hour. Perioperative management of craniopharyngioma is controlling intracranial pressure, prevent secondary brain injury and postoperative monitoring in the intensive care unit to manage potential complications such as DI. In this case, patient suffered polyuria and increased plasma sodium levels which was safely treated by administration of vasopressin and rehydration to maintain fluid adequacy and balance of plasma sodium levels.
Neuroanesthesia Management of Complex Meningioma Case: A Comprehensive Approach for Minimizing Edema and Bleeding Krisnayanti, Ida Ayu Arie; Suarjaya, I Putu Pramana; Juwita, Nova; Adhi Putra, Hendrikus Gede Surya
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 42 No 3 (2024): Oktober
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v42i3.378

Abstract

Introduction: Meningioma is an extra-axial tumor originating from the arachnoid membrane cells. Most meningiomas are benign, circumscribed, slow growing and can be treated surgically according to the location of the lesion. The three main symptoms are headache, altered mental status and paralysis. Case Illustration: This case report discusses about A 41-year-old female patient came in conscious condition complaining of head pain that had been complaining since 2 years ago accompanied by complaints of nausea, vomiting and tonic-clonic seizures which were complained of 1 day before surgery. MRI examination of the brain with contrast, suggest a solid mass stinging firm contrast, dural tail is present, accompanied by perifocal edema measuring 4 x 4.1 x 4 cm in the right sphenoid wing urging the brainstem and midline to the left as far as 0.6 cm, depressing the optic chiasma and extending to the cavernous sinus tract right optic view shows a meningioma. The patient was managed under general anesthesia and lumbar drainage to reduce perioperative intracranial pressure. Conclusion: Various neuroanesthesia approaches including patient positioning, optimal neuroanesthesia management are needed so that oedema and bleeding from surgery can be minimized.