Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MTV, Media dan Format Global Kajian tentang MTV dan Bangunan Kultur Global Liza Diniarizky Putri
LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 3 (2014): LONTAR JURNAL ILMU KOMUNIKASI
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.966 KB) | DOI: 10.30656/lontar.v2i3.336

Abstract

Dampak dari media televisi dan teknologi di dunia membangun sebuah global village, dimana perbedaan waktu dan ruang terkikis akibat sifat instant dari media tersebut. Televisi telah berhasil membuat apa yang terjadi di satu sudut bumi mampu disaksikan di sudut bumi lain dalam waktu yang bersamaan. Percepatan komunikasi seperti ini tentu saja sangat membantu proses globalisasi budaya. MTV adalah salah satu media global paling terkenal dan berhasil menyebarkan budaya. Tulisan ini mencoba mengkaji fenomena budaya global yang dampak dari MTV. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini, MTV telah muncul sebagai satu media global, dengan lebih dari 252 juta rumah tangga di 80 negara mengaksesnya. Dalam perjalanannya selama 20 tahun ini, MTV memang telah mengubah budaya dunia. Trend yang berkembang sekarang seperti tidak dapat terlepas dari pengaruh yang ditularkan MTV.
Krisis, Ancaman atau Peluang ?! Liza Diniarizky Putri
LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 3 No. 1 (2014): LONTAR JURNAL ILMU KOMUNIKASI
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.44 KB) | DOI: 10.30656/lontar.v3i1.351

Abstract

Keberadaan organisasi atau perusahaan sangat melekat di kehidupan sehari-hari. Berdirinya perusahaan-perusahaan besar maupun kecil dimana tempat kita berdomisili sangat memberi pengaruh yang tidak kecil bagi kemajuan daerah tempat perusahaan itu berdiri. Kemajuan yang dimaksud salah satunya seperti menambah pemasukan daerah, atau jika dalam level nasional dapat menyumbangkan pendapatan nasional yang lebih besar. Maka dari itu, peran perusahaan dalam lingkungan berdirinya sangatlah besar, tak hanya pada keuntungan internal perusahaan, tapi juga bagi masyarakat di luar perusahaan tersebut, sehingga perusahaan senantiasa melakukan apapun demi tumbuh kembang perusahaannya sendiri. Tapi bagaimana jika perusahaan dihadapkan pada situasi yang tidak memungkinkan berjalan sesuai keinginan perusahaan, dan terbawa dalam arus yang akan merugikan keberadaan perusahaan itu sendiri? Hal inilah yang disebut dengan krisis. Tulisan ini adalah sebuah  tinjauan teoritis mengenai krisis sebagai ancaman dan sebagai peluang, kemudian dipaparkan menggunakan deskriptif kualitatif
KEKUATAN TEKNOLOGI DALAM MEMBENTUK BUDAYA POPULER (Studi Tentang Fenomena Drama Turki di Indonesia) Liza Diniarizky Putri
LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 4 No. 3 (2016): LONTAR JURNAL ILMU KOMUNIKASI
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.158 KB) | DOI: 10.30656/lontar.v4i3.363

Abstract

Televisi sebagai produk teknologi telah merajai hampir setengah kegiatan manusia setiap harinya. Kecepatan teknologi media mendorong kita beraksi dan bereaksi pada hal-hal global. Beberapa bulan kebelakang, layar kaca Indonesia mulai diramaikan dengan masuknya drama dari negeri 2 benua, “Turki”. Hal ini lambat laun menjadi fenomena baru ditengah konsumen televisi yang kebanyakan mengkonsumsi sinema elektronik impor dari Amerika Latin, Korea Selatan dan India. Banyaknya antusiasme masyarakat konsumen televisi terhadap drama Turki, berimbas pada kompetisi mengambil porsi “kue” share dan rating. Stasiun televisi swasta berlomba menayangkan serial drama asal Turki yang sama. Fenomena booming-nya drama Turki yang menjamur ditengah-tengah masyarakat kita telah membawa dampak besar terhadap eksistensi kebudayaan lokal, disebabkan oleh kemunculan kebudayaan baru yang konon katanya lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian masyarakat sebagai ”Budaya Populer”. Televisi telah berubah menjadi industri budaya di mana melalui tayangantayangannya telah membawa sebuah bentuk budaya populer bagi masyarakat yang menontonnya. Berangkat dari pemaparan diatas, menganalisis mekanisme lahirnya budaya populer melalui teknologi media audio visual, dalam hal ini televisi dalam studi kasus serial drama Turki di Indonesia. Diharapkan tulisan ini mampu berkontribusi secara akademis, praktis dan sosial. Mampu menambah khazanah literatur ilmu komunikasi dalam perspektif teknologi, komunikasi, dan masyarakat. Kemudian dapat dijadikan sebagai alat penguat budaya lokal serta mampu mendorong masyarakat untuk dapat secara arif melakukan seleksi terhadap tayangan televisi. Dalam tulisan ini menggunakan 3 batasan antara lain mengenai budaya teknologi yang membentuk ikonisitias fisik dan kedekatan budaya dalam mengkonstruksi budaya populer drama Turki. Kemudian menuju pada produksi media melalui rating, sharing, dan sebaran profil pemirsa sehingga media memproduksi budaya populer tersebut, dalam menganalisis produksi media penulis menggunakan teori ekologi media, sehingga timbullan sebuah jawaban atas kekuatan teknologi media. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan data sekunder berupa jurnal, buku, literatur internet, dan artikel. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, Melalui jenis data kualitatif dan tujuan umum penelitian yang sifatnya eksplanatoris, maka teknik analisis data yang digunakan adalah memberikan pemaparan dan penjelasan secara mendalam terhadap fenomena yang diteliti. Hasil analisis dan elaborasi menunjukkan, bahwa mekanisme lahirnya budaya populer dalam kasus drama seri Turki adalah dimulai dari media yang sengaja menonjolkan ikonitas fisik para bintang-bintang Turki, kemudian menonjolkan sisi similaritas budaya antara Turki dan Indonesia. Kemudian dari kedua hal tersebut menimbulkan sebuah karakteristik pemirsa yang semakin lama semakin menyukai drama seri Turki sehingga dapat mendongkrak rating tayangan tersebut. Media akhirnya memainkan peran sebagai agen industri budaya yang memproduksi tayangan agar dapat menjadi budaya populer ditengah masyarakat, dengan rating sebagai alat legitimasinya. Setelah rating dan budaya populer menyatu, darisitulah kekuatan teknologi media terlihat, bahwa ada dampak sosial, ekonomi, serta gengsi budaya. Saran dan rekomendasi penulis, hendaknya media tidak mendewakan sebuah rating dalam mendongkrak nilai ekonominya, sehingga media mampu memberikan tayangan dan informasi yang beragam, bukan yang seragam kemudian dipopulerkan budayanya.
MANAJEMEN KRISIS MASALAH SENGKETA LAHAN (Studi Kasus Pada Divisi Protocolaire And Internal Communication PT Krakatau Steel (Persero) Cilegon dalam Kasus Sengketa Lahan Kubangsari antara PT Krakatau Steel (Persero) Cilegon dengan Pemerintah Kota Cilegon) Liza Diniarizky Putri
LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 3 No. 3 (2015): LONTAR JURNAL ILMU KOMUNIKASI
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.298 KB) | DOI: 10.30656/lontar.v3i3.539

Abstract

This research is focused to know crisis management strategy at Internal Communication and Protocolaire division at PT Krakatau Steel (PT KS) Cilegon in handling a legal dispute case of Kubang Sari land between PT KS and Cilegon city government, to know the implementation program which are done by Internal Communication and Protocolaire division PT KS, and also to criticize the lackness of crisis management system conducted by Internal Communication and Protocolaire division PT KS. This research is qualitative research. The result of the research shows that the strategy which is used in handling the legal dispute crisis of Kubang Sari land uses social recoveryprogram, and law solution. Social recovery program is a short term program that are focused to solve crisis for public, government, Non Government Organization, mass media, and other stakeholders, to eliminate negative thoughts towards company, to acknowledge the problem that really happen, and to return back the companies image in society, through negotiation, compromize, and lobbying. Then, law solution program tent to handle crisis through law systems. From this research, it can be concluded that PT KS managemet crisis is well enough, but there are still many lackness in applying media relation, and PT KS’s public relation doesn’t have crisis plan in the form of manual book to solve sudden crisis.                                                                                                 Keywords: Crisis, Crisis Management, Public Relations
PERANG BINTANG SETELAH “4 NOVEMBER” (ANALISIS DESKRIPTIF EFEKTIVITAS PESAN ANTARA KAPOLRI DAN PANGLIMA TNI DALAM PROGRAM INDONESIA LAWYERS CLUB EDISI “SETELAH 411” PADA 8 NOVEMBER 2016) Liza Diniarizky Putri
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35967/jkms.v7i1.5668

Abstract

Kasus dugaan penistaan agama yang menyeret Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah mengukir sejarah baru. Begitu dahsyatnya kasus itu sehingga memicu kemarahan umat muslim sehingga berujung pada aksi demo 4 November 2016 secara besar-besaran. ILC dikenal sebagai program talk show yang selalu mengangkat topik perbincangan yang sedang hangat dibicarakan publik. Pada hari selasa tanggal 8 November 2016, ILC menyuguhkan sebuah perbincangan hangat yang diberi judul “Setelah 411, dengan menyertakan narasumber yang kompeten terkait aksi 4 November tersebut antara lain Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian dan Panglima TNI Letnan Jendral Gatot Nurmantyo. Tak disangka, perbincangan selama 120 menit tersebut menjadi sangat viral.Kesuksesan program ILC edisi “Setelah 411” dipandang sebagai kesuksesan komunikasi interpersonal dua Panglima besar yang menjadi narasumber dalam mengkomunikasikan pesan secara efektif.Tujuan penelitian ini adalah guna melihat efektivitas pesan komunikasi interpersonal antara Kapolri dan Panglima TNI, kemudian mengkritisi dominasi komunikasi didalam pesan keduanya pada program Indonesia Lawyers Club.Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan data sekunder berupa rekaman tayangan ILC, jurnal, buku, literatur internet, dan artikel.Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, Melalui jenis data kualitatif dan tujuan umum penelitian ini yang sifatnya eksplanatoris, maka teknik analisis data yang digunakan adalah memberikan pemaparan dan penjelasan secara mendalam terhadap hal yang diteliti.Hasil analisis dan elaborasi menunjukkan, bahwa dua narasumber secara umum menggunakan empat kategori umum komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu openess (keterbukaan), empathy (empati), supportiveness (dukungan), positiveness (rasa positif), dan equality (kesetaraan). Namun Kapolri dari keseluruhan proses komunikasi tiba-tiba menunjukkan inequality (ketidaksetaraan).Dalam hal pertarungan pesan dan komunikasi, Kapolri terlihat lebih mendominasi.Kapolri berkomunikasi secara divergensi, sedangkan Panglima TNI secara konvergensi.