Karunika, Anindya Ramadian
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Bilateral Pigment Dispersion Syndrome (PDS) in a Young Female Patient Karunika, Anindya Ramadian; Komaratih, Evelyn; Nurwasis; Primitasari, Yulia
Vision Science and Eye Health Journal Vol. 4 No. 2 (2025): Vision Science and Eye Health Journal
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/vsehj.v4i2.2025.55-59

Abstract

Introduction: Pigment dispersion syndrome (PDS) is characterized by pigment accumulation in the anterior chamber and a concave peripheral iris. Many PDS patients are not diagnosed until the disease has progressed to pigmentary glaucoma or other visual problems. Since glaucoma is the primary cause of permanent blindness globally, it is crucial to perform a thorough examination on patients with PDS to identify early indicators of pigmentary glaucoma (PG). Case Presentation: A 17-year-old female presented to the ophthalmology outpatient unit with eye pain and headache. The intraocular pressure (IOP) in the right eye was 30 mmHg, while in the left eye, it was 20.5 mmHg due to the peripheral iris' concavity and heavy pigmentation in the trabecular mesh in both eyes. The patient was diagnosed with pigment dispersion syndrome in both eyes and was given timolol maleate 0.5% eye drops. A follow-up examination revealed a decrease in the IOP and pain. Conclusions: Many young PDS patients go undiagnosed, and those with glaucoma are misdiagnosed as having juvenile onset glaucoma or primary open angle glaucoma. When high IOP is seen in young myopic patients, a thorough evaluation of the anterior segment is required. The patient should be aware of the progression of PG, and regular follow-up is recommended.
GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA KATARAK DI PUSKESMAS KECAMATAN KEBAYORAN BARU Karunika, Anindya Ramadian; Resanindya, Vitya; Ardianti, Nurul; Eka Wulandari, Kartika
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 9, No 2 (2022): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v9i1.2022.22-28

Abstract

Penyebab kebutaan terbanyak di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit katarak. Katarak terjadi karena proses multifaktor, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari jenis kelamin dan usia, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu riwayat diabetes mellitus, penggunaan obat, rendahnya asupan nutrisi, alkohol, merokok, paparan sinar matahari dan ruda paksa pada bola mata. Penemuan kasus katarak secara dini di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru diharapkan dapat segera ditangani oleh fasilitas kesehatan tingkat lanjut sehingga dapat mencegah terjadinya kebutaan. Peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan studi cross sectional pada penelitian ini. Sampel penelitian yang digunakan yaitu dengan cara total sampling dan data disajikan dengan program SPSS. Sebagian besar penderita katarak berusia ³ 50 tahun 83 (91,2%), jenis kelamin perempuan 64 (70,3%), pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 57 (62,6%), memiliki indeks massa tubuh tinggi 55 (60,5%), memiliki hipertensi 84 (92,2%), memiliki gula darah sewaktu normal 67 (73,6%), tidak memiliki riwayat merokok 85 (93,4%) dan tidak memiliki riwakat konsumsi alkohol 91 (100%). Faktor risiko paling banyak yaitu usia ³ 50 tahun. Jumlah faktor risiko terbanyak yaitu pasien katarak dengan 2 jenis faktor risiko 32 (35,2%). Dari hasil penelitian ini, didapatkan usia ³ 50 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, indeks massa tubuh tinggi dan hipertensi merupakan faktor risiko penyakit katarak dominan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru.Â