Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Asidosis Laktat pada Ketoasidosis Diabetik Berat di Instalasi Perawatan Intensif Roostati, Rina Lizza; Rusli, Joseph
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 7 (2016): Kulit
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.033 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i7.83

Abstract

Pendahuluan: Asidosis laktat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada pasien kritis yang mengalami ketoasidosis diabetik (KAD). Kasus: Seorang pria 76 tahun masuk ke ICU dengan gagal napas dan henti jantung. Pasien didiagnosis dengan penyakit bronkopneumonia bilateral dan diabetes melitus tidak terkontrol. Setelah resusitasi jantung paru, sirkulasi spontan pasien dapat kembali. Pemeriksaan klinis dan laboratorium pasien menunjukkan kondisi berat, yaitu asidosis laktat pada KAD, syok tahap keempat disertai gangguan elektrolit berat. Setelah EGDT (Early Goal-directed Treatment) klinis stabil pada hari ketiga dan kadar laktat turun bermakna (2,7 mmol/L). Ringkasan: Asidosis laktat dapat terjadi pada pasien kritis KAD akibat hipoperfusi jaringan dan gangguan metabolisme glukosa. Pada umumnya pasien dengan hiperlaktatemia berat, asidosis, syok tahap keempat, sepsis dan riwayat henti jantung jarang bertahan hidup. Namun, dengan penatalaksanaan terarah pasien berhasil bertahan dan kadar laktat turun bermakna. Kadar laktat dalam darah dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi pasien sakit kritis.
Asidosis Laktat pada Ketoasidosis Diabetik Berat di Instalasi Perawatan Intensif Roostati, Rina Lizza; Rusli, Joseph
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 7 (2016): Kulit
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v43i7.83

Abstract

Pendahuluan: Asidosis laktat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada pasien kritis yang mengalami ketoasidosis diabetik (KAD). Kasus: Seorang pria 76 tahun masuk ke ICU dengan gagal napas dan henti jantung. Pasien didiagnosis dengan penyakit bronkopneumonia bilateral dan diabetes melitus tidak terkontrol. Setelah resusitasi jantung paru, sirkulasi spontan pasien dapat kembali. Pemeriksaan klinis dan laboratorium pasien menunjukkan kondisi berat, yaitu asidosis laktat pada KAD, syok tahap keempat disertai gangguan elektrolit berat. Setelah EGDT (Early Goal-directed Treatment) klinis stabil pada hari ketiga dan kadar laktat turun bermakna (2,7 mmol/L). Ringkasan: Asidosis laktat dapat terjadi pada pasien kritis KAD akibat hipoperfusi jaringan dan gangguan metabolisme glukosa. Pada umumnya pasien dengan hiperlaktatemia berat, asidosis, syok tahap keempat, sepsis dan riwayat henti jantung jarang bertahan hidup. Namun, dengan penatalaksanaan terarah pasien berhasil bertahan dan kadar laktat turun bermakna. Kadar laktat dalam darah dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi pasien sakit kritis.
Anesthetic Management Of Peritonitis And Septic Shock In Colorectal Cancer: A Case Report Rusli, Joseph; Sugiaman, Angela Mulyana; Gunadi, Julia Windi
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 9 (2025): Volume 12 Nomor 9
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i9.22461

Abstract

A 64-year-old male presented with signs of peritonitis, including severe abdominal pain, distension, and dehydration. Laboratory findings showed elevated inflammatory markers (leukocyte count: 19,500/mm³, C-reactive protein: 25 mg/dL), impaired renal function (serum creatinine: 2.1 mg/dL), and metabolic acidosis (pH: 7.25, lactate: 4.5 mmol/L). Imaging revealed a perforated rectal tumor with extensive peritoneal contamination. Emergency exploratory laparotomy was performed, involving tumor resection, colostomy formation, and peritoneal lavage. Hemodynamic instability due to septic shock was managed with norepinephrine to maintain blood pressure. Dobutamine was used to enhance cardiac output, while nitroglycerin supported coronary perfusion to prevent ischemic complications. Postoperatively, the patient required intensive care, including ventilatory support, fluid resuscitation, and tailored antibiotic therapy. Despite complications such as transient paralytic ileus, the patient was extubated on day five and discharged to the general ward by day ten. This case emphasizes the importance of early diagnosis, prompt surgical intervention, and personalized hemodynamic management in malignant-associated peritonitis. Multidisciplinary collaboration is critical to optimizing outcomes. Limitations of this case include its single-patient design. Further research should focus on advanced diagnostic tools and tailored resuscitation protocols to improve the management of similar cases.