Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Terapi Farmakologis Hiperplasia Prostat Jinak -, Roveny
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 4 (2016): Adiksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.205 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i4.42

Abstract

Hiperplasia prostat jinak merupakan diagnosis histologis proliferasi otot polos dan epitel di zona transisional prostat yang bermanifestasi gejala saluran kemih bagian bawah. Terapi farmakologis dipertimbangkan pada pasien tanpa kontraindikasi dengan keluhan sedang hingga berat. Tujuan terapi adalah memperbaiki keluhan, mengurangi progresivitas, atau keduanya. Empat golongan obat yang menjadi pilihan adalah penghambat reseptor α-adrenergik, inhibitor 5α-reduktase, antimuskarinik, dan inhibitor 5-fosfodiesterase.
Trombositopenia akibat Heparin -, Roveny
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 9 (2016): Kardiovaskuler
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.663 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i9.860

Abstract

Trombositopenia akibat heparin merupakan komplikasi serius yang terjadi 5-10 hari setelah terapi kontinu heparin. Terjadinya trombositopenia ini dimediasi oleh sistem imun dan melibatkan kompleks antigen antibodi. Trombositopenia akibat heparin dapat asimptomatik atau dengan komplikasi trombosis. Tatalaksana dilakukan dengan menghentikan segera terapi heparin dan memulai terapi antikoagulan alternatif.Heparin-induced thrombocytopenia is a serious complication of heparin therapy, occurs within 5-10 days of continuous heparin therapy. It is immune-mediated, involving antigen antibody complexes. Heparin-induced thrombocytopenia can be asymptomatic, but can present with thrombosis events. Treatment involves prompt cessation of heparin and the initiation of alternative anticoagulant.
Antikoagulan untuk Stroke Iskemik Kardioemboli -, Roveny
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 5 (2015): Kardiologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.905 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i5.1010

Abstract

Sekitar 20% stroke iskemik disebabkan kardioemboli. Stroke yang berhubungan dengan kardioemboli cenderung bermanifestasi lebih berat, berisiko tinggi berulang, serta mortalitasnya lebih tinggi. Pemberian antikoagulan lebih dianjurkan pada stroke iskemik kardioemboli sebagai upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder. Pada kasus stroke lain, antikoagulan belum menunjukkan manfaat nyata.Approximately 20% of ischemic stroke are caused by cardioembolism. Stroke associated with cardioembolism tend to be more severe, higher risk for recurrence, and associated with a higher mortality rate. Anticoagulant is recommended in cardioembolic ischemic stroke, both for primary and secondary prevention, but has not demonstrated any significant advantages in other type of stroke. 
Rehabilitasi Jantung setelah Infark Miokard -, Roveny
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 9 (2017): Kardiologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.321 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i9.733

Abstract

Rehabilitasi jantung adalah gabungan aktivitas yang dibutuhkan untuk intervensi penyebab penyakit, memastikan tercapainya kondisi fisik, mental dan sosial terbaik yang dapat diraih, sehingga penderita dapat mencapai atau melanjutkan kehidupan sosial selayaknya, dan berperan aktif dalam kehidupan dengan usahanya sendiri. Rehabilitasi jantung diperkirakan merupakan bagian penting dari pencegahan sekunder infark miokard. Rehabilitasi jantung komprehensif meliputi komponen inti seperti evaluasi klinis, latihan, konseling aktivitas fisik, berhenti merokok, konseling nutrisi, manajemen berat badan, manajemen faktor risiko, dan konseling psikososial. Rehabilitasi jantung pada infark miokard harus segera dimulai setelah pasien stabil dan dilanjutkan seumur hidup.Cardiac rehabilitation is the sum of activities required to influence favorably the underlying cause of the disease as well as to ensure the best possible physical, mental, and social conditions, so that the patient may, by his/her own effort, preserve, or resume life in the community, as normal as possible. Cardiac rehabilitation after myocardial infarction should be started once the condition is clinically stable and continued lifetime as maintenance. Cardiac rehabilitation is increasingly important in secondary prevention of myocardial infarction. Comprehensive cardiac rehabilitation should include : clinical evaluation, exercise, physical activity counseling, tobacco cessation, nutritional counseling, weight management, risk factor management and psychosocial counseling. 
Sindrom Pseudoeksfoliatif -, Roveny
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 7 (2016): Kulit
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v43i7.82

Abstract

Sindrom pseudoeksfoliatif merupakan kelainan sistemik dengan manifestasi okuler, disebabkan produksi abnormal substansi protein fibrilar di jaringan okuler. Mekanisme patofisiologi pasti belum diketahui, diduga berhubungan dengan mutasi genetik. Umumnya penderita sindrom pseudoeksfoliatif tidak menunjukkan gejala khas sebelum berkomplikasi menjadi glaukoma pseudoeksfoliatif. Terapi spesifik sindrom pseudoeksfoliatif belum tersedia, sehingga lebih difokuskan pada pemantauan rutin tekanan intraokuler.