Widia Sri Ardias
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH RELIGIOSITAS TERHADAP STRES PADA TARUNA TINGKAT I POLITEKNIK PELAYARAN SUMATRA BARAT: THE EFFECT OF RELIGIOSITY ON STRESS IN THE YEAR LEVEL I POLYTECHNIC OF WEST SUMATRA SEA Hanifah Thahri; Hasneli Hasneli; Widia Sri Ardias
Jurnal Psikologi Jambi Vol. 4 No. 2 (2019): Jurnal Psikologi Jambi
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jpj.v5i02.10313

Abstract

Introduction The purpose of this research is to explore the impact of religiosity in stress reduction in level I cadets at sailing Polytechnic in West Sumatra. The participants involved consist of 123 cadets sampled through stratified sampling procedure.Method Instruments used include scale of religiosity and scale of stress. Religiosity has five dimensions, namely, belief, worship or religious practice, experience, religious knowledge, and practice or consequence while stress has two aspects, i.e. biological and psychological aspects.Result This study finds that 83.7% of the participants has high level of religiosity. Similarly, the level of stress experienced is also categorized as high at 50.4% of the participants. Religiosity is found to have a significant influence on stress indicated at -6.533 with t-score religiosity. The negative value indicates that the higher the level of religiosity the cadets have, the lower stress level is experienced. Conversely, declining levels of religiosity contributes to the increase of stress.Conclusions and recommendation This finding suggests that religiosity seems to have a significant role in reducing stres. Further study is needed to confirm if institutional initiatives to supplement the curriculum with programs promoting religious activity may result in lower stress levels.Keyword Religiosity, Stress, Youth ABSTRAK Pendahuluan Politeknik Pelayaran Sumatra Barat merupakan pendidikan tinggi semi-militer yang menanamkan pendidikan karakter yaitu berupa kerapian, kedisiplinan, tanggap, tanggung jawab dan handal. Selama pendidikan di Politeknik Pelayaran Sumatra Barat taruna diharuskan tinggal di asrama, mengalami rutinitas yang padat dan adanya tuntutan akademis yang membuat taruna menjadi tertekan. Banyak penelitian sebelumnya memprediksi bahwa Dengan adanya religiositas yang dimiliki taruna, mereka mampu mengatasi semua beban masalah yang dihadapi. Sedangkan jiwa yang tingkat spiritual kurang bagus dapat menyebabkan stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh religiositas terhadap stres Taruna tingkat I Politeknik Pelayaran Sumatra Barat. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 123 orang. Metode Penelitian ini menggunakan skala religiositas dan skala stres. Religiositas memiliki lima dimensi, yaitu kepercayaan, ibadah atau praktik keagamaan, pengalaman, pengetahuan agama, dan pengamalan atau konsekuensi. Sedangkan stres memiliki dua aspek, yaitu aspek biologis dan psikologis. Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat religiositas taruna tingkat I Politeknik Pelayaran Sumatra Barat dikategorikan tinggi yaitu 103 orang dengan persentase 83,7%, tingkat stres taruna tingkat I Politeknik Pelayaran Sumatra Barat dikategorikan tinggi yaitu 62 orang dengan persentase 50,4%. Serta religiositas memiliki pengaruh secara signifikan terhadap stres yaitu dengan nilai signifikansi sebesar 0,000  0,05 dengan thitung religiositas sebesar -6,533. Nilai negatif pada thitung religiositas berarti bahwa kenaikan religiositas terbukti dapat menurunkan tingkat stres pada taruna tingkat I Politeknik Pelayaran Sumatra Barat. Sebaliknya penurunan tingkat religiositas akan meningkatkan tingkat stres pada taruna tingkat I Politeknik Pelayaran Sumatra Barat. Diskusi dan Saran Hasil penelitian ini membuktikan bahwa religiositas ternyata memiliki pengaruh yang siginifikan untuk mengurangi stres pada taruna. Hasil ini menjadi catatan penting terutama bagi instansi Politeknik Pelayanan Sumatra Barat untuk dapat mendukung peningkatan religiositas taruna dengan seperti pembuatan program rutin keagmaan, meningkatkan sarana ibadah, dan lain sebagainya yang bertujuan untuk memberikan ruang beribadah bagi taruna sehingga bisa meningkatkan atau mempertahankan religiositasnya. Ketika religiositas taruna tinggi maka tingkat stress mereka dapat ditekan sehingga keberhasilan taruna dalam pendidikan juga diprediksi akan lebih tinggi. Kata Kunci : Religiositas, Stres, Taruna
PENGARUH EMPLOYABILITY PROGRAM BERBASIS KSA TERHADAP KESIAPAN KERJA Widia Sri Ardias
Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol 21, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/tajdid.v21i1.251

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pelaksanaan Employability Program  terhadap  tingkat  kesiapan  kerja  calon  lulusan  perguruan  tinggi.  Teknik pemilihan subjek dilakukan dengan purposive sampling yang terdiri dari 13 orang mahasiswa  tingkat  akhir  di  Fakultas  Psikologi  dan  Studi  Agama  UIN  Imam  Bonjol Padang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen One-Group- Pretest – Posttest Design yang berarti subjek penelitian terdiri dari satu kelompok eksperimen saja yang dinilai kondisi kesiapan kerjanya sebelum (pre test) dan sesudah (post test) diberikan perlakukan (employability program). Uji hipotesis dilakukan melalui uji statistik Pair- sample-T-test dengan menggunakan aplikasi SPSS. Penelitian ini membuktikan bahwa Employability Program secara signifikan meningkatkan kesiapan kerja subjek (p < 0,05) dengan indeks korelasi sebesar 0.615. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 61,5% peningkatan kesiapan kerja subjek dipengaruhi oleh  Employability Program. Sedangkan38,5 % nya lagi dipengaruhi oleh faktor independen lainnya.
Beware of Sensing Culture in the Metaverse Era Widia Sri Ardias; Amrizal, Amrizal; Riyono, Bagus
Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran Islam 2024: Proceeding International Conference on Islamic Challange in Metaverse Era (ICICME)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jumdpi.vi.53896

Abstract

The metaverse is a 3-dimensional (3D) digital ecosystem that allows individuals to conduct communication and social interactions, financial transactions, and various other interactions using digital technology. Entering this metaverse era, many new behaviors are formed and old cultures are abandoned. This change in the way humans live to fulfill their various needs has made the dynamics of social life change from direct real interaction to digital. This of course provides convenience as well as challenges in human civilization. This research discusses the challenges and opportunities of the metaverse for Indonesian society. The research method used is a literature study by collecting library data, reading and recording, and managing research materials with the literature design used is a narrative review. The results showed that the emergence of the metaverse in the last two decades has changed human behavior, including the rise of online learning in the education sector, the disappearance of various types of manual work and replaced with new digital-based jobs, massive digital-based financial transaction activities. The toughest challenge in this era is the decline in human critical thinking power, the collapse of moral nobility and the shift in social ethics in community life. The metaverse era is an inevitable condition, and requires careful preparation by society to deal with it. In addition to the demands of the stockholder's ability to provide the necessary equipment, human resources must also be equipped with qualified abilities to control various sophisticated equipment in this era. On the other hand, the strengthening of noble values both from Religion, Culture, and Nationality should be strengthened so that humans are not trapped in a culture of sensation known as sensing culture.