Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN FAKTOR PEMICU HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Livana PH; M. Ikhwan; Hermanto Hermanto
Jurnal Kesehatan Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Kesehatan Published By Poltekkes Ternate, November 2017
Publisher : UPPM Poltekkes Kemenkes Ternate

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.018 KB) | DOI: 10.32763/juke.v10i2.40

Abstract

ABSTRAK Data Global Status Report on Non Communicable Disesases tahun 2010 menyebutkan persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat 40% di negara ekonomi berkembang, sedangkan negara maju hanya 35%. Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015). Hipertensi merupakan suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkanya. Prevelensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia tergolong tinggi, namun kebanyakan dari penderitanya tidak terdeteksi. Hipertensi bisa ditangani apabila masyarakat mengetahui faktor pemicu akibat dari hipertensi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor pemicu hipertensi dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini merupakan study descriptive correlation dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 78 orang. Uji statistik yang digunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin, keturunan, usia, pekerjaan, tingkat kegemukan dengan kejadian hipertensi nilai p value 0,000 (p<0,05). Diharapkan masyarakat dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin terutama bagi masyarakat yang memiliki riwayat keluarga hipertensi agar tekanan darahnya bisa dikontrol setiap waktu. Kata Kunci : jenis kelamin, umur, pekerjaan, keturunan, tingkat kegemukan, hipertensi ABSTRACT Global Status Reports on Non Communicable Disesases in 2010 revealed that the percentage of people with hypertension is currently at most 40% in developing countries, while developed countries only 35%. Recent statistics state that there are 24.7% of Southeast Asian population and 23.3% of Indonesians aged 18 years and over have hypertension by 2014 (WHO, 2015). Hypertension is a disorder of blood vessels that result in oxygen supply and nutrients carried by the blood, obstructed to the body tissues that need it. The prevalence of hypertension or high blood pressure in Indonesia is high, but most of the sufferers are undetectable. Hypertension can be handled if people know the trigger factor due to hypertension. The purpose of the study to determine the relationship of trigger factors of hypertension with the incidence of hypertension. This study is a study descriptive correlation with cross sectional approach with a sample of 78 people. The statistical test used by Chi Square. The results showed that there was a relationship between sex, heredity, age, occupation, obesity level with hypertension occurrence p value 0.000 (p <0,05). It is expected that the public can perform regular blood pressure checks, especially for people who have a family history of hypertension so that blood pressure can be controlled every time Keywords : Sex, age, occupation, heredity, obesity rate, hypertension
KETAHANAN EKONOMI KELUARGA DALAM EKONOMI ISLAM: SEBAGAI UPAYA MENCARI SOLUSI ALTERNATIF M. Ikhwan; Imroatus Solihah
AT-TASYRI': JURNAL ILMIAH PRODI MUAMALAH Vol. 13 No. 1 (2021): At-Tasyri': Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah
Publisher : Prodi Hukum Ekonomi Syariah STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47498/tasyri.v13i1.498

Abstract

This paper explains the Islamic economic system which is believed to be not only an alternative economic system but can be a solution to various economic problems including the family economy. To explain this will explain the definition, genealogy and comparison of Islamic economics with conventional economic systems, and the last explained the Islamic economic solution to the economic resilience of the family economy. This paper uses a qualitative method to narrate the concept of Islamic economics as a solution to the family economy with a philosophical and normative approach and refers to secondary research sources such as books, journals and other scientific articles. From the observations that have been made, the economic resilience of the family starts from applying the Islamic economy in household life, then being simple/modest, abandoning usury practices, giving zakat, the spirit of work, avoid asking for solicitation and addressing the government properly.
Perkembangan Pemikiran Islam: Membaca Politik Islam Masa Nabi dalam Konteks Partai Islam M. Ikhwan; M. Ikhwan, M. Ikhwan
JURNAL TAPIS Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Tapis : Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/tps.v17i1.9220

Abstract

Artikel ini membahas politik Islam pada masa Nabi Muhammad dan kaitannya dengan pergolakan partai Islam Indonesia. Pembangunan Islam yang terus bekembang sejak wafatnya Nabi memberikan tantangan tersendiri tekait masa depan Islam yang mencoba mengembalikan Islam seperti masa Nabi. Gagasan Daulah Islamiyah dimunculkan sebagai keinginan besar masyarakat Muslim, namun beberapa pandangan terkait dengan paradigma relasi agama dan negara kemudian dimunculkan untuk membaca tantangan negara Islam. Tulisan ini diberi kesimpulan bahwa pertama, Konsep Politik Islam sudah lahir sejak masa Kenabian Muhammad Rasulullah dibuktikan dengan upaya peleburkan kesukuan dalam masyarakat Arab dengan poses Islamisasi (menggabungkan keimanan dan kekuasaan politik). Konsep negara Islam sempat digaungkan dalam masa Khulafaur Rasyidin dalam sistem kekhalifaan. Kedua, hubungan negara dan agama dibagi menjadi tiga tipologi yakni sekularistik, formalistik, dan substansialistik. Konteks politik Islam keindonesiaan termasuk konteks yang substansialistik, tidak menginginkan pembangunan negara Islam namun melandaskan Islam dalam praktik etika bernegara.