Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

“BEUT DARÔH DAN KENDURI KHATAM” TRADISI PENDIDIKAN MASYARAKAT ACEH MEMAKNAI ALQURAN Hanif, Hanif; Al Fairusy, Muhajir; M. Ikhwan, M. Ikhwan
BIDAYAH: STUDI ILMU-ILMU KEISLAMAN Vol. 13, No. 1, ( Juni 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh Aceh Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47498/bidayah.v13i1.1000

Abstract

Studi ini bertujuan memahami salah satu tradisi lokal keagamaan di Aceh dalam konteks pendidikan Islam, khususnya mempelajari Alquran. Analisanya dibangun dari praktik tradisi beut darôh, dan ditutup dengan ritual kenduri khatam. Tradisi lokal Aceh ini telah dipraktikkan saban tahun oleh masyarakat Aceh, khususnya pada bulan Ramadhan. Di Aceh, ramadhan dimaknai penuh oleh masyarakat Aceh sebagai momen diturunkannya Alquran. Karena itu, selama ramadhan berlangsung, tradisi beut darôh akan mewarnai malam ramadhan dengan tradisi membaca Alquran secara kelompok di setiap Mesjid dan Meunasah (Surau). Menjelang akhir ramadhan, dan ditandai dengan selesainya pembacaan seluruh juz Alquran, maka akan dirayakan dengan kenduri khatam, kenduri menyelesaikan tradisi beut darôh yang melibatkan perangkat segenap masyarakat merayakannya sebagai bentuk syukur. Di Aceh Besar dan Banda Aceh, pesta kenduri khatam terkesan sangat meriah. Mulai dari memasak daging sapi dalam kuali besar (Aceh; kuah beulangoeng) hingga ditutup dengan buka puasa bersama seluruh masyarakat di Mesjid atau Meunasah. Tradisi kebudayaan yang melibatkan unsur keagamaan ini, tentu layak dikaji. Studi ini berangkat dari pertanyaan, mengapa beut darôh dan kenduri khatam masih bertahan hingga sekarang ?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan grounded research. Hasil penelitian menunjukkan, jika peristiwa beut darôh dan khanduri khatam bertahan karena pemaknaan identititas keagamaan yang melekat pada tradisi ini. Bagaimanapun, Islam menjadi identitas penting bagi masyarakat Aceh. Selain itu, masyarakat Aceh memaknai tradisi beut darôh sebagai arena penguatan simbol Alquran selama ramadhan berlangsung sebulan penuh, dan khanduri khatam dimaknai sebagai simbol syukur, warisan sejarah, sekaligus ruang sosial yang melibatkan relasi agama dan tradisi lokal oleh masyarakat.
Perkembangan Pemikiran Islam: Membaca Politik Islam Masa Nabi dalam Konteks Partai Islam M. Ikhwan; M. Ikhwan, M. Ikhwan
JURNAL TAPIS Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Tapis : Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/tps.v17i1.9220

Abstract

Artikel ini membahas politik Islam pada masa Nabi Muhammad dan kaitannya dengan pergolakan partai Islam Indonesia. Pembangunan Islam yang terus bekembang sejak wafatnya Nabi memberikan tantangan tersendiri tekait masa depan Islam yang mencoba mengembalikan Islam seperti masa Nabi. Gagasan Daulah Islamiyah dimunculkan sebagai keinginan besar masyarakat Muslim, namun beberapa pandangan terkait dengan paradigma relasi agama dan negara kemudian dimunculkan untuk membaca tantangan negara Islam. Tulisan ini diberi kesimpulan bahwa pertama, Konsep Politik Islam sudah lahir sejak masa Kenabian Muhammad Rasulullah dibuktikan dengan upaya peleburkan kesukuan dalam masyarakat Arab dengan poses Islamisasi (menggabungkan keimanan dan kekuasaan politik). Konsep negara Islam sempat digaungkan dalam masa Khulafaur Rasyidin dalam sistem kekhalifaan. Kedua, hubungan negara dan agama dibagi menjadi tiga tipologi yakni sekularistik, formalistik, dan substansialistik. Konteks politik Islam keindonesiaan termasuk konteks yang substansialistik, tidak menginginkan pembangunan negara Islam namun melandaskan Islam dalam praktik etika bernegara.