Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Aplikasi Sadd Al-Dzarai' Dalam Pasal 12 C Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Penghapusan Pidana Penerima Gratifikasi Suaidi
Al-Adillah: Jurnal Hukum Islam Vol. 1 No. 1 (2021): Pemikiran Tokoh dan Penerapan Hukum Islam
Publisher : UNIVERSITAS BONDOWOSO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1334.154 KB) | DOI: 10.61595/aladillah.v1i1.334

Abstract

One form of corruption is gratification. This crime is an important element in the reward exchange system and mechanism. The article regulating gratification is Article 12 C of Law 20/2001. The article states that officials who receive gratuities then report them to the Corruption Eradication Commission (KPK), so that in a formal juridical manner, such gifts are not considered bribes and cannot be criminalized. This article is considered to provide wider space and freedom for criminals because it is considered a space of tolerance for those who have received gratuities so that the perpetrators can easily repeat their actions. Therefore it is important to understand these rules with the Dzariah Sadd approach. Based on the concept of Sadd Dzariah, punishment for the perpetrator of gratification is not necessary to reject mafsadat. Thus, this rule of elimination is not justified because it will give mafsadat that is greater than benefit. As a rule of fiqh, darul mafasid muqaddamun 'ala jalbil mashalih (refusing damage should take precedence over taking profit
STUDI TALFIQ DALAM BERMADZHAB PERSPEKTIF FIQH ISLAM Suaidi
PROGRESIF : Media Publikasi Ilmiah Vol. 6 No. 2 (2018): PROGRESIF : MEDIA PUBLIKASI ILMIAH
Publisher : Universitas Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.939 KB)

Abstract

Al-Quran dan Al-Hadist adalah sumber pijakan utama bagi umat muslim, sekaligus sebagai pedoman bagi umat manusia, setiap masalah yang menimpa umat, mereka merujuk langsung kepada sumber utama ini. Namun tidak semua masalah yang terjadi termuat dalam sumber tersebut karena teks yang termuat di dalamnya bersifat universal, sehingga sangat perlu adanya upaya-upaya hukum yang mempersempit serta memperjelas keuniversalan suatu teks. Idealnya, kenyataan ini membutuhkan perantara yang memiliki kemampuan memahami muatan teks suci untuk merespon segala problem umat. Tanpanya, teks suci tidak mungkin terbangun menjadi ide-ide hidup dan lestari dalam sebuah realitas umat Islam. Dengan demikian, pengolah teks (mujtahid) dituntut mampu mendialogkan antara teks dan konteks sehingga mampu merespon dinamika persoalan umat. Salah satu produk ijtihad yang sampai detik ini menjadi tema perbincangan ulama adalah konsepsi talfiq dalam bermadzhab. Konsep ini banyak disinggung di berbagai kitab-kitab fiqh dan ushul fiqh, satu aspek dianggap sebagai ruang kebebasan bagi umat dalam memilih pendapat mujtahid serta keberadaan talfiq sebagai upaya melepas jeratan fanatisme bermadzhab. Namun aspek lain justru umat salah memahami konsep talfiq sehingga dalam pemilihan pendapat cenderung menggunakan pendapat yang dipandang memudahkan bagi dirinya.
PEMIKIRAN AHMAD IBNU HANBAL TENTANG KONSEP MASHLAHAH MURSALAH DALAM PENETAPAN HUKUM ISLAM Suaidi
Progresif : Media Publikasi Ilmiah Vol. 7 No. 1 (2019): PROGRESIF : MEDIA PUBLIKASI ILMIAH
Publisher : Universitas Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.839 KB)

Abstract

Ushul Fiqh sebagai sebuah metode istinbatul ahkam atau metodologi sumber hukum fiqh memiliki peran vital dalam ranah hukum Islam. Kehadirannya guna merespon segala persoalan yang muncul ke permukaan dengan berlandaskan kepada al-Quran dan al-Hadist sebagaimana tersirat dalam dalil-dalil kulli ajaran agama. Segala produk yang dihasilkan melalui aspek ini adalah untuk mewujudkan kebaikan bagi seluruh umat manusia serta menghindari dari segala kerusakan. Hal tersebut sejalan dengan misi Islam hadir dimuka bumi ini, yakni membawa ajaran-ajaran rahmatan lil alamin. Dengan demikian, memang sepantasnya hukum yang dilahirkan dari proses ijtihad adalah berwujud kemaslahatan. Prinsip kemashlahatan tersebut dalam term Ushul Fiqh disebut dengan Konsep Maslahah Mursalah. Konsep ini banyak dibahas dalam beberapa karya monumental ulama, salah satunya adalah Ahmad ibnu Hanbal. Menurut beliau, konsep maslahah mursalah merupakan hujjah syar’iyyah yang harus dihadirkan dalam proses pembentukan hukum Islam agar hukum yang diperolah dari ijtihad berbasiskan kemaslhatan karena hal tersebut merupakan ruh agama.
IMPLEMENTASI SYARIAH MARKETING PADA TOKO MEUBEL BANG HASYIM DI WONOSARI BONDOWOSO Suaidi
Progresif : Media Publikasi Ilmiah Vol. 5 No. 2 (2017): PROGRESIF : MEDIA PUBLIKASI ILMIAH
Publisher : Universitas Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.079 KB)

Abstract

Seiring berkembangnya waktu, perkembangan dan persaingan dunia semakin ketat. Tentu tuntutan bersaing juga semakin meningkat, baik persaingan mutu kerja, produk, ataupun pelayanan. Namun demikian, di era persaingan bebas ini banyak usaha yang sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai syariah dan yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan yang berlipat ganda. Maka oleh sebab itu, kehadiran Mebel Bang Hasyim Wonosari Bondowoso merupakan upaya untuk menghadirkan bisnis yang bernuansa syariah kepada seluruh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran di mebel ini menggunakan eksplorasi dan differensiasi. Sedangkan barang-barang didatangkan dari Jepara dan selalu menjaga kualitas mutu barang, baik dari sisi merk, pengemasan ataupun dalam masalah penetapan harga yang terjangkau oleh elemen masyarakat. di samping itu, budaya kerja di tempat ini sangat baik, mulai dari kedisplinan, kejujuran, bersikap ramah kepada pelanggan, serta memberikan pelayana terbaik. Sedangkan pemasaran pada Meubel Bang Hasyim telah menerapkan karakteristik syariah marketing hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya; budaya kerja, karakter pemasaran, dan strategi pemasaran dengan menggunakan pendekatan eksplorasi pasar dan membuat perbedaan secara berani tanpa harus bertentangan dengan syariah dan menjatuhkan pihak lain.
Kausalitas Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dengan Realitas Dekadensi Prilaku Pelecehan Seksual Suaidi
Al-Tarbiyah : Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol. 1 No. 3 (2023): Juli: Al-Tarbiyah: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam
Publisher : STAI YPIQ BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59059/al-tarbiyah.v1i3.268

Abstract

Secara naluriah setiap laki-laki dan perempuan memiliki saling ketertarikan. Ketertarikan dalam wujud saling menyukai, saling mencintai dan saling menyayangi, (Q.S. Al-Imron: 14). Ternyata, cinta sebagai anugrah dari Allah, SWT kadang disalurkan dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran agama yang tertata dan berfungsi untuk mengatur prilaku manusia. Pelecehan seksual telah marak dibicarakan dan telah menjadi prilaku yang terpublikasikan baik melalui media eletronik maupun media cetak. Perbuatan pelecehan seksual akan berakibat buruk terhadap kejiwaan korban dan traumatiknya sejalan dengan perkembangan jiwa korban. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan langkah-langkah mengantisipasi terjadinya prilaku pelecehan seksual melalui edukasi pendekatan sosial keagamaan. Pelecehan seksual merupakan prilaku penyimpangan akibat tekanan nafsu seksual yang tinggi sementara untuk melakukan perkawinan juga tidak mampu, penyaluran nafsu melalui pelecehan seksual telah menjadi penyakit sosial yang terjadi dimana-mana, akan berakibat traumatik berkepanjangan bagi korbannya, yang berujung pada rusaknya masa depan korban pelecehan seksual.
Refleksi Penanaman Karakter Bagi Anak Melalui Penanaman Keimanan dalam Keluarga Suaidi
SETYAKI : Jurnal Studi Keagamaan Islam Vol. 1 No. 3 (2023): AGUSTUS
Publisher : CV Kalimasada Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59966/setyaki.v1i3.478

Abstract

Keluarga merupakan unit terkecil sebagai sarana pertama dan utama berinteraksinya anak. Salah satu urgensi penanamn dan pembentukan karakter bagi anak adalah menanaman keimanan harus menjadi skala prioritas bagi orang tua, sehingga anak memiliki krakter iman yang kuat. Pendidikan dalam keluarga bertujuan untuk membentuk anak yang berkepribadian Islamy yaitu memiliki kekuatan iman sebagai landasan ketika berpikir dan bersikap didalam menjalani kehidupan. Anak yang memiliki kepribadian Islam adalah anak yang memiliki kelebihan dalam banyak hal, sehingga mereka bisa dikatakan sebagai anak unggul. Anak unggul adalah anak yang terarah cara berpikir dan bersikapnya berdasarkan Iman Islam dan memiliki kemampuan serta keterampilan yang bisa ia gunakan untuk kehidupannya sendiri maupun kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Tujuan pembiasaan dan pendidikan penanaman iman dalam keluarga kepada anak adalah untuk, (1) memperkokoh keyakinan anak bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan pencipta alam, sehingga dia terhindar dari perbutan syirik, (2) agar anak mengetahui hakikat keberadaannya sebagai manusia makhluk Allah, dan (3) mencetak tingkah laku anak menjadi tingkah laku yang Islami yang berakhlaq mulia.
IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Suaidi
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 10 No. 2 (2024): Journal of Islamic Education
Publisher : STIT Muhammadiyah Paciran Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Muhammadiyah is one of the largest Islamic organizations in Indonesia which has played a significant role in the history of the development of Islam in the archipelago. Muhammadiyah's ideology is based on purifying Islamic teachings in accordance with the Al-Qur'an and Sunnah, by rejecting practices that are considered heresy, superstition and superstition. This ideology also emphasizes modernization and rationality in education, social and political matters, as well as an active role in building a society that is socially just and progress-oriented. This article aims to dig deeper into the basics of Muhammadiyah ideology, its historical development, and its impact on social and religious dynamics in Indonesia. By using a qualitative approach and historical analysis, this research finds that Muhammadiyah acts as an agent of social change that is consistent with Islamic values, but remains open to modernization and scientific progress. Muhammadiyah's ideology creates a balance between theological conservatism and social reformism, which makes this organization relevant in the Indonesian context and global challenges.
Harmoni dan Toleransi dalam Keragaman (Studi Kasus Umat Beragama pada Masyarakat Suku Baduy Lebak Banten) Iwan Ridwan; Suaidi; Siti Muhibah
Al-Maqrizi: Jurnal Ekonomi Syariah dan Studi Islam Vol. 2 No. 1 (2024): AL MAQRIZI: Jurnal Ekonomi Syariah dan Studi Islam
Publisher : ekonomi syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/amq.v2i1.41807

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis; (1) Untuk mengetahui tentang keberagaman agama masyarakat suku Baduy, (2) Untuk mengetahui bentuk kerukunan dan toleransi masyarakat suku Baduy, (3) Untuk mengetahui tingkat kerukunan, kebebasan dan konflik agama pada Suku Baduy. Lokasi penelitian ini di masyarakat Baduy Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Mereka mendiami wilayah Gunung Kendeng yang luasnya 5.101,85 hektar. Masyarakat Baduy dikenal dengan 3 kelompok sosial meliputi Baduy Tangtu (dalam), Baduy Panamping, Baduy Dangka dan Baduy Pajaroan (luar), Baduy memeluk agama Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku Baduy merupakan suku yang memegang teguh adat kepu'unan dan memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan. Akan tetapi ada sebagian dari mereka yang merasa tidak kuat untuk mengikuti adat dan meninggalkan tanah Baduyyulayat, sehingga suku Baduy menjadi beraneka ragam. Keberagaman masyarakat Baduy tersebut terdiri dari: TangtuBaduy (dalam), PanampingBaduy, Dangka dan Pajaroan (luar) serta Baduy yang pindah agama/Islam. Wujud kerukunan suku Baduy dapat dilihat dari ketaatan mereka dalam menjunjung tinggi adat kepu'unan diantaranya; upacara serang nyacar, upacara serang nuaran, upacara serang ngaduruk, upacara serang ngaseuk, upacara serang ngored, buat serang, upacara kawalu, upacara ngalaksa dan upacara sebaBaduy. Sedangkan toleransi suku Baduy dapat dilihat dari (a) Saling menghargai keyakinan masing-masing, (b) Jika seorang muslim atau suku Baduy yang masuk Islam sedang berpuasa, maka suku Baduy yang lain tidak makan sembarangan atau tidak makan di luar. (c) Ketika merayakan hari raya Idul Fitri mereka (Baduy dalam maupun Baduy luar) akan datang bersilaturahmi dengan makanan.
Branding the Role Of the District Baznas in Madura Through Online-Based Digitalization in Efforts of Community Economic Empowerment Haryanto, Rudy; Suaidi
IQTISHADIA Jurnal Ekonomi & Perbankan Syariah Vol. 10 No. 1 (2023)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/iqtishadia.v10i1.8771

Abstract

The duties and functions of BAZNAS are regulated in RI Law Number 23 of 2011 concerning the management of zakat, namely planning, implementing, and controlling the collection of zakat in terms of distributing zakat and utilizing zakat including reporting and being accountable for the movement of zakat. To optimize the duties and functions of BAZNAS nationally, the Government issued a Decree of the Director General of Islamic Community Guidance No DJ. II / 568 / the Year 2004. Based on this decision, Baznas was born and formed for Pamekasan, Bangkalan, Sampang, and Sumenep Regencies on Madura Island. The strategy for procuring HR in the context of revitalizing Regency BAZNAS in Madura based on e-commerce/ digitization of zakat online is carried out following existing regulations, namely BAZNAS Regulation Number 1 of 2019 concerning procedures for appointing and dismissing Provincial BAZNAS and Regency/City BAZNAS leaders and circular letter from the Head of BAZNAS No. 3 of 2018 concerning the dissemination of the decision of the Chairman of BAZNAS number 24 of 2018 concerning guidelines for the management of amil zakat at Provincial BAZNAS and Regency/City BAZNAS. This strategy is not yet fully accommodating to online digitization-based services. The promotion strategy for revitalizing the Regency BAZNAS in Madura based on e-commerce/ online zakat digitalization is carried out directly and indirectly. In online digitization, promotions are carried out by uploading advertisements inviting people to make donations of zakat, infaq, and sadaqah at BAZNAS Regency in Madura through their website and Facebook. The potential application of e-commerce/ digitization of zakat online in the context of revitalizing BAZNAS districts in Madura is not yet representative in serving the collection of zakat, infaq, and sadaqah funds through digitalization online. Empowerment of the Community's economy through online digitization at the Regency BAZNAS in Madura has not yet been carried out because the digital application owned by BAZNAS Regency in Madura is not representative. After all, it is still done directly/manually.
Orientalist Influence and Its Decline in Indonesian Islamic Studies: Tracing Intellectual and Institutional Transformations Suaidi; Hilmy, Masdar; Al Asyari, Haekal
Al-Risalah Vol 25 No 1 (2025): June 2025
Publisher : Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/alrisalah.v25i1.1936

Abstract

 It is undeniable that many Orientalist works have hurt Oriental images up to the present time. However, it is equally important to acknowledge the positive contributions of Orientalist scholarship to the advancement of Oriental studies. In the context of Indonesian Islamic studies, both Western researchers (Orientalists) and Indonesian-born Muslim scholars have played a significant role in shaping Islamic educational institutions and influencing individual Muslim scholars. In terms of higher education institutions, all traditional State Islamic institutions (IAINs) and most of the State Islamic Colleges (STAINs) have been transformed into Islamic State Universities. At the individual level, a substantial number of Indonesian-born scholars—many of whom studied under Orientalists in Western universities—have emerged as influential figures, making significant contributions to the development of both Islamic and general academic fields in Indonesia. However, over the past decade or so, such influence has notably declined. By utilizing data from individual initiative research and employing ‘loose’ text and contextual analysis methods, this article examines the early progress and recent decline of Orientalist influence on Indonesian Islamic studies, and discusses potential future trajectories.