Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TARI SEBAGAI GEJALA KEBUDAYAAN: STUDI TENTANG EKSISTENSI TARI RAKYAT DI BOYOLALI Alkaf, Mukhlas
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskusikan tari sebagai kebudayaan. Keberadaan tari merupakan gejala yang sangat umum ditemukan dalam berbagai komunitas masyarakat. Keberadaan berbagai ragam tari pada berbagai lapisan masyarakat, sesungguhnya merupakan suatu bentuk penting kebudayaan sekaligus sosial yang menarik diteliti. Penelitian ini dilakukan  sebagi upaya memperoleh penjelasan  lebih jauh mengenai tari berdasar berbagai studi pustaka serta pengalaman penelitian dengan menggunakan data kualitatif melalui metode partisipasi observasi  terhadap keberadaan beberapa tari rakyat yang ada di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi tari, termasuk wujud teks tari ternyata senantiasa bersentuhan dengan dimensi-dimensi sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik yang ada di sekitarnya. The objective of this study is to gain an understanding of a cultural phenomenon called dance. Until now, dance is one of the many artistic expressions, which attracted the attention of researchers, especially the social and cultural researchers. The existence of many forms of dance is a  common in many levels of communities. The existence of a wide range of dance at various levels of society indicate that dance is an important ”form of culture”. This research was carried out as efforts to obtain more detail about folk dance as culture and the research was done on the existence of folk dances that exist in the District Selo, Boyolali, Central Java. The research reveals that the existence of dance never stands alone, it always and constantly intesects with  its surrounding social, cultural, economic, and political events.
TARI SEBAGAI GEJALA KEBUDAYAAN: STUDI TENTANG EKSISTENSI TARI RAKYAT DI BOYOLALI Alkaf, Mukhlas
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v4i2.2401

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskusikan tari sebagai kebudayaan. Keberadaan tari merupakan gejala yang sangat umum ditemukan dalam berbagai komunitas masyarakat. Keberadaan berbagai ragam tari pada berbagai lapisan masyarakat, sesungguhnya merupakan suatu bentuk penting kebudayaan sekaligus sosial yang menarik diteliti. Penelitian ini dilakukan  sebagi upaya memperoleh penjelasan  lebih jauh mengenai tari berdasar berbagai studi pustaka serta pengalaman penelitian dengan menggunakan data kualitatif melalui metode partisipasi observasi  terhadap keberadaan beberapa tari rakyat yang ada di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi tari, termasuk wujud teks tari ternyata senantiasa bersentuhan dengan dimensi-dimensi sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik yang ada di sekitarnya. The objective of this study is to gain an understanding of a cultural phenomenon called dance. Until now, dance is one of the many artistic expressions, which attracted the attention of researchers, especially the social and cultural researchers. The existence of many forms of dance is a  common in many levels of communities. The existence of a wide range of dance at various levels of society indicate that dance is an important ”form of culture”. This research was carried out as efforts to obtain more detail about folk dance as culture and the research was done on the existence of folk dances that exist in the District Selo, Boyolali, Central Java. The research reveals that the existence of dance never stands alone, it always and constantly intesects with  its surrounding social, cultural, economic, and political events.
Interaksi simbolik pertunjukan Jathilan Kridha Gumilar di Dusun Brengkel 1, Kabupaten Magelang Cetamaya, Dianvintya Ayu; Alkaf, Mukhlas
Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Vol 22, No 1 (2024): April
Publisher : FBSB UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/imaji.v22i1.59664

Abstract

Jathilan Kridha Gumilar diprakarsai oleh Sujarwo. Kridha, diartikan sebagai gerakan atau tarian. Gumilar, diartikan pagelaran. Kridha Gumilar berarti pagelaran tari yang dipentaskan. Kesenian Jathilan yang muncul di dusun Brengkel bermula dari kegelisahan Sujarwo tatkala seringnya warga menanggap kesenian Jathilan dari desa lain pada acara tertentu. Sebab itu, Sujarwo berinisiatif membentuk kelompok kesenian Jathilan lalu menggerakannya. Warga sekitar mendukung terbentuknya kelompok tersebut terlebih masyakarat dusun juga menyukai kesenian. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan bentuk sajian serta menganalisis bentuk interaksi simbolik pertunjukan Jathilan Kridha Gumilar yang dikaji dengan menggunakan teori Interaksionsime Simbolik gagasan Erving Goffman. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan    etnografi, dan pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka yang relevan. Hasil penelitian ini antara lain: 1) Strategi kelompok Kesenian Jathilan Kridha Gumilar dalam membangun citra, dan beroleh kesan masyarakat penontonnya dengan bertindak aktif secara intensif mempertunjukan kesenian. 2) Salah satu pencitraan paling kuat dan muncul dalam kelompok Kesenian Jathilan Kridha Gumilar ihwal solidaritas dan inklusifitas untuk siapa saja yang ingin belajar kesenian. 3) Interaksi simbolik antara pemain dengan penonton melalui laku ‘berpura-pura’, terjadi proses transformasi sesaat dengan menjadi atau memerankan orang lain (trance) dan membuat penonton percaya. Kata kunci: Jathilan, citra, pemain, penonton The symbolic interaction of the Jathilan Kridha Gumilar performance in Dusun Brengkel 1, Magelang Regency AbstractJathilan Kridha Gumilar was initiated by Sujarwo. Kridha is interpreted as movement or dance. Gumilar means performance. Kridha Gumilar means a dance performance that is staged. The Jathilan art that emerged in Dusun Brengkel began from Sujarwo’s unease when residents often invited Jathilan performances from other villages for certain events. Because of that, Sujarwo took the initiative to form a Jathilan art group and then put it into motion. Local residents support the formation of the group, especially the hamlet community who also like art. This article aims to describe the form of presentation and to analyze the form of symbolic interaction in the performance of Jathilan Kridha Gumilar which is studied using the theory of Symbolic Interactionism by Erving Goffman. The research method used is qualitative with an ethnographic approach, and data collection uses observation techniques, interviews, and relevant literature. The results of this study include: 1) The strategy of the Jathilan Kridha Gumilar arts group in building an image, and gaining the impression of the audience by acting actively and intensively performing arts. 2) One of the strongest and emerging images in the Jathilan Kridha Gumilar arts group is about solidarity and inclusiveness for anyone who wants to study art. 3) The symbolic interaction between the performers and the audience through the act of ‘pretending’ involves a momentary transformation by becoming or portraying someone else (trance), making the audience believe. Keywords: Jathilan, image, performer, audience
KARYA TARI TANDE’ SEBAGAI REPRESENTASI FENOMENA SAWER PADA KESENIAN TAYUB MADURA DI SUMENEP Handayani, Sri Cicik; Alkaf, Mukhlas
Greget : Jurnal Kreativitas dan Studi Tari Vol. 22 No. 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/grt.v22i1.4935

Abstract

This article discusses the Tande' dance piece created by Sri Cicik Handayani as a representation of the sawer phenomenon observed during research in Tanah Merah Village, Sumenep Regency. The sawer phenomenon, which was once a sacred part of the Tayub Madura art form, has now undergone a shift in meaning. Tayub, which was once believed to bring good fortune and ward off misfortune or danger, is now more commonly seen as mere entertainment. This reflects a change in the function and meaning of the tradition. In the Tande' piece, the researcher addresses this issue through a new choreographic approach that emphasizes the spirit of the Tandha’ woman, a female figure in the tradition, as well as the various problems arising from the sawer phenomenon in Tayub Madura. Additionally, this work is intriguing because it incorporates various elements beyond movement, such as symbols and values embedded in the local community, all of which are presented in the form of a performance art. This research not only focuses on describing the Tande' dance itself but also delves into the creative process undertaken by the researcher, who also acts as the creator and dancer in the work. Therefore, this research falls into the category of artistic research, where the process of creating the work is an integral part of the scientific study. To collect data, the researcher employed several methods, including observation, interviews, and documentation, all of which played a crucial role in understanding and formulating this work.
SPIRITUALITAS MISTIS DI BALIK EKSPRESI KESENIAN RAKYAT JARANAN Alkaf, Mukhlas
Acintya Vol. 1 No. 1 (2009)
Publisher : Institut Seni Indoensia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4575.723 KB) | DOI: 10.33153/acy.v1i1.35

Abstract

Jaranan is a piece of dance tradition belonged to Lencoh village, Selo district, town of Boyolali in Central Java. The existence of this dance tradition kind of thing has a special reason to be researched and it’s attemption to expose a relationship among misticism and a saveral aspects of the living society itself. Through this article this research will strives the object in depth based on a discipline of anthropology in order to examine interrelation amongst a set of value belong to the village society which is supported way of live into them. From this domain a set of meaning simbolized and accompanied their way of live instead on balance values, and commnal values which is formed by their own costums, historicism, and spirit. According to this article mentioned an ethnographic method with strong emphases into several attemption optimalization of balance pattern founded by misticism values itself. In other way, it focused on the existence of jaranan dance tradition as a little tradition arts had relationship with religiousities view an misticism entirely could be studied by a stressing its cultural text can not be separated by anthropological aspects of dance studies. It will means Jaranan as a little dance tradition can be studied in the whole misticism aspects in the Lencoh village itself.Keyword : misticism, Jaranan dance, symbolism, society, ethnography
PROSES KREATIF WIJANARKO DALAM PENCIPTAAN KARYA TARI EKSOTIKA KEMUKUS Adisti, Icha Mutia; Alkaf, Mukhlas
Jurnal Sitakara Vol. 10 No. 1 (2025): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v10i1.14855

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan elemen Tari Eksotika Kemukus dan proses kreatif Wijanarko dalam Tari Eksotika Kemukus. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan koreografi. Hasil dari penelitian ini menyajikan deskripsi Tari Eksotika Kemukus yang diciptakan oleh Wijanarko pada tahun 2022 berdurasi 15 menit. Judul tari terinspirasi dari keindahan yang ada di Kemukus. Tema Tari Eksotika Kemukus adalah mengungkapkan suasana kerakyatan kegotongroyongan. Tari Eksotika Kemukus ditarikan oleh 20 penari dengan menggunakan properti diantaranya penjor, umbul-umbul, alat puja pinandhita (bokor), lonceng ganta, tintir, keranjang, pecut, caping, tenggok, garu/garbu, tampah, dan jala. Rias dan kostum yang digunakan berbeda-beda sesuai dengan peran penari. Ruang yang digunakan adalah berbentuk pendopo. Proses kreatif Wijanarko dipengaruhi oleh kepribadian Wijanarko yang tekun dan kreatif. Proses diawali dengan riset mengenai Kemukus, eksplorasi gerak untuk menyampaikan nilai dan makna , eksplorasi properti untuk menggambarkan profesi masyarakat Kemukus, eksplorasi musik untuk mendukung suasana, penggabungan gerak dan musik, dan menghasilkan produk Tari Eksotika Kemukus. Kata kunci : Eksotika Kemukus, Elemen-elemen, dan Proses Kreatif
TRANSFORMASI SASTRA LISAN PADA TARI SABUK JANUR Solehah, Siti; Alkaf, Mukhlas
Jurnal Sitakara Vol. 10 No. 1 (2025): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v10i1.16303

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan proses transformasi Tari Sabuk Janur karya Joko Sunarto yang terletak di dusun Plawan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana data penelitian dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara dan studi pustaka. Observasi dilakukan ke lokasi penelitian yaitu dusun Plawan desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi penting terkait kesenian tari Sabuk Janur. Studi pustaka dilakukan dengan menelaah sumber data tertulis yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Bentuk tari Sabuk Janur tidak terlepas dari unsur-unsur pembentuknya. Tari Sabuk Janur terinspirasi dari moncokaki Kyai Sabuk Janur yang sedang memecahkan masalah kekeringan di dusun Plawan. (2) Tradisi lisan dapat tetap hidup dan berhubungan dalam masyarakat di era modern melalui proses transformasi dengan 5 tahapan: 1) Mengidentifikasi ide untuk memilih beberapa adegan sebagai sumber ide tari Sabuk Janur. 2) Membuat konsep tekstual tari. 3) Menjelaskan alur dramatik dari konsep tekstual. 4) Melakukan pertunjukan. 5) Melihat tanggapan penonton terhadap pertunjukan tari Sabuk Janur. Kata Kunci: Tari Sabuk Janur, Bentuk, Transformasi.