Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Identifikasi Kadar Kurkumin pada Minuman Serbuk Berbahan Temulawak dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Maulana Vikri; Mally Ghinan Sholih; Vesara Ardhe Gatera
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 3, No 2 (2022): Juli
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v3i2.9303

Abstract

ABSTRAKTemulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) memiliki metabolit sekunder yang mengandung bahan aktif salah satunya adalah kurkumin. Kurkumin merupakan senyawa fitofarmaka yang memiliki beberapa efek biologis, seperti antidislipidemia, antioksidan, antiinlamasi, antiviral, antifungal, antibakteri, dan dapat melindungi hati. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keberadaan dan kadar kurkumin pada sampel minuman yang tidak memiliki izin PIRT. Pengujian kualitatif dan kuantitatif pada penelitian ini menggunakan metode spektrofotometri Uv-Vis. Pada hasil penentuan panjang gelombang maksimum pada larutan baku standar kurkumin didapatkan sebesar 500 nm. Sedangkan hasil penentuan persamaan kurva baku didapatkan persamaan regresinya yaitu  y = 0,0026x - 0,0857 dengan R2 = 0,992. Pada hasil penentuan panjang gelombang maksimum sampel A, B dan C didapatkan berturut-turut sebesar 498 nm, 498 nm dan 500 nm. Sedangkan hasil penentuan kadar kurkumin pada sampel A, B dan C didapatkan berturut-turut sebesar 1,92%, 0,81% dan 12,45%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat senyawa kurkumin pada sampel minuman yang dibeli melalui e-commerce. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk mengidentifikasi metabolit seperti kurkumin pada sampel minuman tertentu.Kata kunci : Kurkumin; Temulawak; Minuman Serbuk; Spektrofotometri Uv-Vis.ABSTRACTTemulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) has secondary metabolites containing active ingredients, one of which is curcumin. Curcumin is a phytopharmaceutical compound that has several biological effects, such as antidyslipidemia, antioxidant, anti-inflammatory, antiviral, antifungal, antibacterial, and can protect the liver. This study aims to determine the presence and levels of curcumin in samples of beverages that do not have a PIRT permit. Qualitative and quantitative testing in this study used the Uv-Vis spectrophotometric method. In the results of determining the maximum wavelength in the standard standard solution of curcumin, it was obtained at 500 nm. While the results of the determination of the standard curve equation obtained the regression equation, namely y = 0.0026x - 0.0857 with R2 = 0.992. The results of the determination of the maximum wavelength of samples A, B and C were obtained at 498 nm, 498 nm and 500 nm, respectively. While the results of the determination of curcumin levels in samples A, B and C were obtained respectively 1.92%, 0.81% and 12.45%. Based on these results, it can be concluded that there is a curcumin compound in the samples of beverages purchased through e-commerce. Spectrophotometric methods can be used to identify metabolites such as curcumin in certain beverage samples.Keywords : Curcumin; temulawak; powder drink; Uv-Vis Spectrophotometry.
Analisis Antioksidan Pada Minuman Jahe Instan Menggunakan Metode 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH) Saniyyah Septiani; Vesara Ardhe Gatera; Devi Ratnasari
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.8154

Abstract

Munculnya COVID-19 memicu masyarakat memilih alternatif terapi back to nature dan pola lifestyle ikut berubah. Antioksidan dibutuhkan untuk menangkal radikal bebas akibat infeksi covid sehingga produk olahan khususnya minuman serbuk terutama dari bahan alam banyak diminati. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya zat fitokimia yang masih terdapat pada sampel dan menghitung nilai IC50. Pengujian kualitatif dilakukan pada senyawa flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Untuk pengujian aktivitas antioksidan membuat larutan induk DPPH, larutan stok vitamin C dan empat larutan stok sampel dengan pengenceran larutan DPPH 40 ppm, vitamin C 10,20,30, dan 40 ppm, dan pengenceran masing-masing sampel 100,200,300 dan 400 ppm, kemudian diuji menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Hasil absorbansi yang didapat untuk menghitung IC50. Pengujian kualitatif semua sampel mendapat hasil positif pada beberapa pengujian fitokimia. Untuk aktivitas antioksidan pada sampel 2 memiliki aktivitas antioksidan yang besar dengan nilai IC50 sebesar 475.833 ppm. Sedangkan sampel 1, 3 dan 4 memiliki nilai IC50 sebesar 576.526 ppm, 861.012 ppm, dan 1574.42 ppm. Di dalam minuman jahe instan masih terdapat zat fitokimia, terlihat pada pengujian kualitatif fitokimia mendapat hasil positif. Untuk uji aktivitas antioksidan yang kuat yaitu pada sampel 2 dengan nilai IC50 sebesar 475.833 ppm. Namun dibandingkan antioksidan Vitamin C dengan nilai IC50 sebesar 59,85 ppm, nilai IC50 pada sampel 2 termasuk dalam kategori sangat lemah karena rentang >200 ppm.
Identifikasi Kadar Flavonoid Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis Dimas Aditiya; Vesara Ardhe Gatera; Salman Salman
Jurnal Dunia Farmasi Vol 7, No 1 (2022): Edisi Desember
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v7i1.5335

Abstract

Pendahuluan: Salah satu tanaman herbal yang sering digunakan sebagai tanaman obat adalah tanaman kersen. Daun kersen dapat disajikan dengan cara direbus atau direndam dalam air. Daun kersen digunakan untuk menurunkan demam, meredakan sakit kepala, dan asam urat. Selain itu, daun kersen juga bisa digunakan sebagai antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antidiabetes dan antitumor. Daun kersen banyak mengandung komponen flavonoid seperti flavon, flavanon, flavan, flavanol, isoflavon dan biflavan dengan aktivitas antidiabetes dan sitotoksik. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk Menganalisa kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L). Metode: Desain penelitian eksperimental dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan konstrasi larutan kuersetin 40, 50, 60, 70, dan 80 ppm dengan pengukuran dengan panjang gelombang maksimal 432 nm Hasil: Pada kurva baku standar diperoleh persamaan regresi linier yaitu Y= 0,0073x + 0,056 dengan nilai r =0,995. Hasil yang didapat pada identifikasikadar flavonoid ekstrak daun kersen ialah sebanyak 46,51mgQE/g ekstrak, yang artinya dalam setiap gram ekstrak daun kersen mengandung flavonoid yang setara dengan 46,51mg kuersetin. Kesimpulan: pada penelitian ini kadar senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun kersen sebanyak 46,51mgQE/g ekstrak, dengan kata lain 1gram ekstrak daun kersen setara dengan 46,51mg kuersetin.
Analisis Kadar Kafein Dalam Bubuk Kopi Sanggabuana dan Bubuk Kopi Cibulao dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-VIS Delia Oktaviana Afginarifin; Vesara Ardhe Gatera; Salman Salman
JURNAL BIDANG ILMU KESEHATAN Vol 13, No 1 (2023): Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Respati Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52643/jbik.v13i1.2464

Abstract

Pendahuluan: Dua jenis kopi utama yang diproduksi di Indonesia adalah Arabika dan Robusta. Kopi dikenal akan minuman memliki kandungan kafein tinngi. Kafein merupakan senyawa alkaloid metlxantine (basa purin). Kafein pada kopi diketahui mempunyai efek positif apabila dikonsumsi oleh manusia dan juga diketahui mempunyai efek negatif bagi tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui kadar kafein dalam bubuk kopi Sanggabuana dan bubuk kopi Cibulao. Metode : Metode penentuan kadar kafein pada penelitian ini menggunakan uji kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Hasil : Hasil yang diperoleh pada uji kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil setiap gram kopi yang mengandung kafein yaitu bubuk kopi Sanggabuana sebesar 19,48 mg atau 0,97% dan bubuk kopi Cibulao sebesar 17,02 mg atau 0,85%. Bubuk kopi Sanggabuana mempunyai kandungan kafein terbesar, sehingga semua sampel kopi robusta yang tercantum di atas memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3542-2004 karena jumlah kafein dalam setiap sampel tidak lebih besar dari 2%. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara kadar kafein pada bubuk kopi Sanggabuana dan bubuk kopi Cibulao yang dapat dikaitkan dengan fakta bahwa lokasi tumbuh kopi juga dapat memengaruhi kadar kafein di dalam kopi. Jumlah kafein dalam kopi meningkat berdasarkan ketinggian penanam dan letak geografisnya.