Yohanes, Heppy
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HL Senduk dan Kegerakan Pentakosta di Indonesia Yohanes, Heppy; Perangin Angin, Yakub Hendrawan; Yenirenowati, Tri Astuti
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 1, No 3 (2021): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.473 KB) | DOI: 10.54403/rjtpi.v1i3.25

Abstract

H.L. Senduk merupakan salah seorang tokoh rohani yang dikenal di Indonesia, khususnya bagi kalangan Pentakosta. Sejak pertobatannya dan pengalaman akan baptisan Roh Kudus, ia mengikuti jejak gurunya Pdt. Van Gessel di Gereja Pentakosta, hingga akhirnya ia mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuhnya (GBIS). Seiring berjalannya waktu ia mengalami konflik dan akhirnya keluar dan mendirikan Gereja Bethel Indonesia (GBI). Kehidupan dan pelayanan H.L. Senduk sangatlah berpengaruh bagi kalangan Pentakosta di Indonesia yang terlihat dari sinode GBI merupakan sinode terbesar ketiga di Indonesia pada tahun 2021 dan terus mengalami pertumbuhan baik secara kuantitas ataupun kualitas. Pelayanan H.L. Senduk yang berdampak luar biasa ini pastinya merupakan sesuatu hal yang harus diketahui oleh banyak orang Kristen dan sangat penting untuk dipelajari. Penulisan kisah H.L. Senduk ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Naratif agar mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kehidupan H.L. Senduk dari berbagai sumber, sehingga bisa mengetahui warisan rohani yang sangat penting bagi gereja di Indonesia. Warisan rohani H.L. Senduk pastinya akan terkait dengan pandangan teologisnya, kepemimpinan yang ia lakukan, dan pelayanannya. Pandangan teologis H.L. Senduk yang paling utama bagi gereja-gereja pentakosta adalah terkait dengan pentingnya gereja untuk terbuka dan dinamis terhadap tuntunan dan karya Roh Kudus. Kepemimpinan H.L. Senduk pastinya sangat penting untuk diteladain, karena berdampak dengan membuat sindoe GBI sebesar sekarang. Kepemimpinan yang visioner dengan memberikan teladan dan menampilkan karakter yang baik bagi seluruh kalangan. Pelayanan H.L. Senduk yang menekankan penginjilan mendorong GBI untuk terus melayani secara realistis sosial dengan relevan dan efektif. H.L. Senduk is a well-known spiritual figure in Indonesia, especially among Pentecostals. Since his conversion and experience of the baptism of the Holy Spirit, he has followed in the footsteps of his teacher Rev. Van Gessel at the Pentecostal Church, until finally he founded the Full Gospel Bethel Church (GBIS). Over time he experienced conflicts and eventually left and founded the Indonesian Bethel Church (GBI). The life and ministry of H.L. Senduk is very influential for Pentecostals in Indonesia as seen from the GBI synod, which is the third largest synod in Indonesia in 2021 and continues to experience growth both in quantity and quality. H.L. Service This amazingly impactful spoon is definitely something that many Christians should know and very important to learn. Writing the story of H.L. This Senduk uses a qualitative method with a narrative approach in order to get a clear picture of the life of H.L. Senduk from various sources, so that we can know the spiritual heritage that is very important for the church in Indonesia. The spiritual legacy of H.L. Senduk will certainly have to do with his theological views, his leadership, and his ministry. H.L.'s theological view the main thread for the Pentecostal churches is related to the importance of the church to be open and dynamic to the guidance and work of the Holy Spirit. H.L. Leadership Senduk is certainly very important to follow, because it has an impact by making the GBI sindoe as big as it is now. Visionary leadership by setting an example and displaying good character for all circles. H.L. Service Senduk which emphasizes evangelism encourages GBI to continue to serve with realistically- socially in a relevant and effective manner.
Tinjauan Biblika Pelayanan Profetik Bagi Masa Kini Yohanes, Heppy
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 2 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i2.45

Abstract

The prophetic ministry is still a hotly discussed issue. The form of prophetic ministry still raises various questions, debates, and contradictions. Prophetic training for Christians with Pentecostal or Charismatic denominations has sprung up in various countries with the aim of awakening people to prophetic ministry. Various questions regarding this matter also arise, such as what is prophetic ministry and how is prophetic ministry? To obtain information about biblical prophetic services and to answer these two questions, this research was conducted qualitatively descriptively with literature study. This study describes aspects of prophetic service and also the form of prophetic service. Prophetic ministers are certainly people who receive a special call and are given special gifts in prophetic ministry. The most important prophetic ministry is to convey the voice of God that is edifying, exhorting, and comforting. The voice of God can also take the form of a vision. The voice of God in prophetic ministry can also be a prediction of what will happen in the future. The gift that God gave to accompany the prophetic ministry can be seen from the ministry for healing and miracles. Prophetic ministry has the main goal of making a person walk and live according to God's Word.Pelayanan profetik masih merupakan sebuah isu yang hangat dibahas. Bentuk pelayanan profetik masih menimbulkan berbagai pertanyaan, perdebatan, dan pertentangan. Pelatihan profetik pada kalangan Kristen berdenominasi Pentakosta atau Kharismatik bermunculan di berbagai negara dengan tujuan untuk membangkitkan orang terhadap pelayanan profetik. Berbagai pertanyaan mengenai hal ini pun timbul, seperti apakah pelayanan profetik itu dan bagaimanakah pelayanan profetik itu? Untuk mendapatkan informasi mengenai pelayanan profetik yang alkitabiah dan untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, maka penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan studi kepustakaan. Penelitian ini memaparkan aspek dalam pelayanan profetik dan juga bentuk dari pelayanan profetik. Para pelayan profetik pastinya merupakan orang yang menerima panggilan secara khusus dan diberikan karunia khusus dalam melayani profetik. Pelayanan profetik yang paling utama adalah menyampaikan suara Tuhan yang bersifat membangun, menasihati, dan menghibur. Suara Tuhan tersebut juga dapat berbentuk penglihatan. Suara Tuhan pada pelayanan profetik juga bisa berupa ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Karunia yang Tuhan berikan untuk menyertai pelayanan profetik terlihat dari pelayanan untuk kesembuhan dan mujizat. Pelayanan profetik memiliki tujuan utama untuk membuat seseorang dapat berjalan dan hidup sesuai dengan Firman Tuhan.
Teologi Misi Pentakosta di Era Postmodern, Era Disrupsi, dan Era Society 5.0 Yohanes, Heppy
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 1 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i1.82

Abstract

ABSTRACTThe development of the times in various eras makes the application of Pentecostal mission must be able to follow it. Is the message of Pentecostal Theology of Mission still relevant to the conditions in each era? How can Pentecostal theology of mission be the answer and face global challenges in every era? What is needed so that Pentecostal theology can still be practiced in every era? These questions form the basis of this research. To get the appropriate results, this research was conducted descriptively qualitatively with a literature study. The result of this research is that Pentecostal mission theology is very much related to every era that occurs, and the practice of Pentecostal mission theology must be carried out in accordance with the situations and conditions that occur in each era, especially using technology that is in accordance with its development. This shows that it is also very important to improve the competence of an implementer of Pentecostal mission theology, especially in the era of society 5.0.ABSTRAK Perkembangan jaman dalam berbagai era membuat penerapan misi secara pentakosta harus bisa mengikutinya. Apakah yang menjadi pesan dari Teologi Misi Pentakosta masih relevan dengan kondisi pada setiap era? Bagaimanakah teologi misi pentakosta dapat menjadi jawaban dan menghadapi tantangan secara global pada setiap era? Apa yang diperlukan agar teologi pentakosta tetap bisa diamalkan di setiap era? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi dasar dari pelaksanaan penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai, penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah teologi misi pentakosta sangatlah terkait dengan setiap era yang terjadi, serta dalam pengamalan teologi misi pentakosta harus dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada setiap era, khususnya menggunakan teknologi yang sesuai perkembangannya. Hal ini menunjukkan sangatlah penting juga meningkatkan kompetensi dari seorang pelaksana teologi misi Pentakosta, khususnya pada era society 5.0.
Perayaan Israel Bagi Ekklesia Yohanes, Heppy
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 1, No 1 (2021): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.114 KB) | DOI: 10.54403/rjtpi.v1i1.12

Abstract

God as the Initiator of culture in Israel put celebration to be celebrated by them. The celebration is Passover celebration, unleavened bread, firstfruits, Pentecost, trumpet, atonement, and booths as written in Leviticus 23. In order to understand God's purpose in each of these feasts, one must have the same way of thinking as the Israelites. One form is to celebrate the feasts. But there are groups within Christianity who refuse to celebrate it on the grounds of Paul's direction in Colossians 2:16. Through descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that the current condition of the church only celebrates Passover and Pentecost of the seven Israelite feasts. There are groups who thought that not all the Words are things that the church must do, especially in Leviticus 23. Celebrations based on the Hebrew language mean entering an appointed cycle and time, thus explaining that the church should follow this celebration in order to align with God's cycle and experience God's appointed time. Each of Israel feasts has great significance and is an image that can help believers experience spiritual growth. Church history proves that Israel's celebrations were no longer celebrated not by the decree of the apostles, but as a result of the shift in Constantine's reign in Rome. So, the Israelite Festival should be celebrated and taught its meaning by the church.Tuhan sebagai Penggagas kebudayaan di Israel menaruh perayaan yang harus dirayakan oleh mereka. Perayaan tersebut adalah Paskah, roti tak beragi, buah sulung, pentakosta, terompet, pendamaian, dan pondok daun seperti yang tertulis pada kitab Imamat 23. Agar bisa mengerti maksud Tuhan pada setiap perayaan tersebut pastinya harus memiliki cara berpikir yang sama dengan orang Israel. Salah satu bentuknya adalah merayakan perayaan tersebut. Namun ada kelompok didalam kekristenan yang menolak untuk merayakannya dengan alasan atas arahan Paulus pada Kolose 2:16. Melalui metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literatur dapat disimpulkan bahwa dapat kondisi gereja saat ini hanya merayakan paskah dan pentakosta dari tujuh perayaan Israel. Adanya kelompok yang beranggapan bahwa tidak semua Firman merupakan hal yang wajib gereja lakukan, khsususnya pada Imamat 23 ini. Perayaan berdasarkan Bahasa Ibrani berarti memasuki siklus dan waktu yang ditetapkan, sehingga menerangkan bahwa gereja seharusnya mengikuti perayaan ini untuk bisa selaras dengan siklus Tuhan dan mengalami waktu yang Tuhan tetapkan. Setiap perayaan Israel memiliki makna yang sangat penting dan merupakan gambaran yang dapat membantu orang percaya untuk mengalami pertumbuhan rohani. Sejarah gereja membuktikan bahwa perayaan Israel tidak dirayakan lagi bukan oleh keputusan rasul-rasul, melainkan diakibatkan pergeseran saat kekuasaan Konstantin di Romawi. Jadi seharusnya Perayaan Israel dirayakan dan diajarkan maknanya oleh gereja.
Asketisme dalam Perspektif Kristen Sebuah Pengantar Sarjono, Haryadi; Yohanes, Heppy
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 3 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i3.51

Abstract

Asceticism is a religious phenomenon that is growing rapidly in religious traditions, both in revealed religion and in cultural religions, so that almost all religions have ascetic practices with different patterns. The purpose of this study is to provide knowledge to ordinary people who do not understand what asceticism is and its relation to the theology of poverty. The methodology used is a qualitative descriptive method based on the philosophy of postpositivism which is applied to the condition of natural objects where the researcher is the key instrument of data collection techniques. The results of the discussion obtained are that in the life of asceticism or spiritual practice that is carried out for believers is to struggle against worldly temptations and struggle in faith in God, while the supporting verses in the Bible, among others: 1) practice not to pay attention to worldly things (2 Timothy 2:4-5), 2). exercise to endure suffering (John 16:20-22), 3). exercise to guard the soul from all passions (1 Corinthians 6:11) and 4). training against worldly things through love for God (James 4:4).Asketisme merupakan fenomena keagamaan yang berkembang pesat dalam tradisi keagamaan, baik dalam agama wahyu maupun dalam agama-agama budaya, sehingga hampir semua agama memiliki praktek asketik dengan pola yang berbeda-beda. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada orang awam yang belum mengerti ap aitu asketisme dan kaitannya dengan teologi kemiskinan. Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme yang diterapkan kepada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data.  Hasil pembahasan yang didapat adalah bahwa didalam kehidupan askesis atau latihan rohani yang dilakukan kepada orang percaya adalah berjuang melawan godaan duniawi dan berjuang dalam iman kepada Allah, sedangkan ayat yang mendukung dalam Alkitab, antara lain 1) latihan tidak mementingkan hal-hal duniawi (2 Timotius 2:4-5), 2). latihan untuk bertahan dalam penderitaan (Yohanes 16:20-22), 3). latihan untuk menjaga jiwa dari segala hawa nafsu (1 Korintus 6:11) dan 4). latihan melawan hal-hal duniawi melalui kasih kepada Allah (Yakobus 4:4).
Resensi Buku 2084 Pandangan Kristen Tentang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dan Masa Depan Umat Manusia Yohanes, Heppy
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.32

Abstract

The development of science and technology is very significant and can even be said to be a realization of the shadows of the past that are shown in novels or films or cartoons. Humans certainly want to know what the future will be like. Artificial intelligence can help humans to improve their lives. Every thing has advantages and disadvantages, as well as various sources that can be fictional or real, and can have a significant impact in life. This book explains the development of artificial intelligence technology, the human condition, and the truth of God's WordPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah signifikan dan bahkan dapat dikatakan merupakan realisasi dari bayangan masa lalu yang ditampilkan pada novel atau film atau kartun. Manusia pastinya ingin mengetahui bagaimana masa depan nantinya. Kecerdasan buatan dapat menolong manusia untuk mengingkatkan kehidupannya. Setiap hal pastinya ada kelebihan dan kekurangan, serta berbagai sumber yang dapat berupa fiksi ataupun sebenarnya, serta dapat memberikan sebuah dampak yang signifikan di dalam kehidupan. Buku ini menjelaskan mengenai perkembagan teknologi kecerdasan buatan, kondisi manusia, dan kebenaran Firman Tuhan