Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

VALIDITAS GEJALA KLINIS SEBAGAI INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KASUS MALARIA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) Anastasia, Hayani; Jastal, Jastal; Nurjana, Made Agus
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 23, No 4 Des (2013)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.206 KB)

Abstract

AbstrakSalah satu upaya yang cukup efektif dalam surveilans malaria adalah melakukan screening (penapisan) malaria untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini di kelompok masyarakat daerah endemis malaria. Hasil penapisan positif atau meragukan harus dirujuk ke dokter untuk penegakkan diagnosis dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis validitas gejala klinis sebagai indicator untuk memprediksi kasus malaria di Indonesia dengan menggunakan disain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua responden yang diwawancarai, dilakukan pemeriksaan darah dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). Validitas gejala klinis diukur dengan melakukan summary statistic untuk diagnostic test. Di wilayah endemis tinggi sensitivitas gejala klinis demam saja sebagai prediktor malaria hanya 26,9% (95% CI: 22-32,2) dan PPV 11,4% (95% CI: 9,2-13,9) dengan spesifisitas 96% (95% CI: 95,6-96,3). Sensitivitas, PPV, dan spesifisitas gejala demam saja di daerah endemis sedang secara berturut-turut adalah sebesar 26,1% (95% CI: 17,5-36,3), 5.0% (95% CI: 3,2-7,4), dan 96,9% (95% CI: 96,6-97,2). Di daerah endemis rendah sensitivitas demam sebagai alat diagnosa kasus malaria hanya sebesar 3,5% (95% CIH: 1,6-6,6) dengan PPV 1,1% (95% CI: 0,5-2,1) sedangkan spesifisitas 98% (95% CI: 97,8-98,1). Kombinasi gejala klinis demam, menggigil, sakit kepala, berkeringat, mual, dan muntah dalam analisis data Riskesdas menunjukkan sensitifitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan demam saja (36,4%). Sebaliknya PPV kombinasi gejala tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan PPV demam saja (3,8%). Gejala klinis malaria kurang valid untuk digunakan untuk mendeteksi kasus malaria baik pada daerah endemis tinggi, sedang, maupun rendah. Akan tetapi penggunaannya untuk daerah endemis tinggi masih dimungkinkan, seperti yang direkomendasikan oleh WHO terutama untuk anak-anak.Kata kunci: malaria, gejala klinis, validitas, sensitivitas, spesifisitasAbstractOne of the effective ways in malaria surveillance is screening to improve early warning system in communities in malaria endemic area. Positive screening or doubted results should be referred to physician for diagnosis and treatment. The aim of this study was to analyse the validity of clinical symptoms as an indicator to predict malaria case in Indonesia. Samples of this study were all respondents interviewed by the National Health Research in 2010 whose blood were examined for malaria using RDT. Validity of clinical symptoms was analysed by using summary statistic for diagnostic test. The results showed that the sensitivity of fever alone as a predictor of malaria in high endemic area was only 26.9% (95% CI: 22-32.2). However, the specificity was 96% (95% CI: 95.6-96.3) and positive predictive value (PPV) 11.4% (95% CI: 9.2-13.9). In low endemic area, sensitivity and PPV of fever alone were low with 3.5% (95% CI: 1.6-6.6) and 1.1% (95% CI:0.5-2.1) respectively. On the other hand, the specificity was relatively high with 98% (95% CI: 97.8-98.1). Combination of fever, chill, headache, sweat, nausea, and vomit showed higher sensitivity (36.4%; 95% CI:28.9-40.5) and specificity (84.2%; 95% CI: 83.6-84.8) compare to fever alone in high endemic area, whereas the PPV was lower (3.8%: 95% CI: 3.1-4.6). In low endemic area, symptoms combination had a higher sensitivity (14.7%; 95% CI: 10.6-19.7) compare to fever alone. However, the specificity and PPV were lower with 91.2% (95% CI: 90.9-91.4) and 1% (95% CI: 0.7-1.4) respectively. Conclusion: The validity of clinical signs and symptoms to diagnose malaria is low in high and low transmission area. However, the use of clinical symptoms as a predictor of malaria is still possible in high transmission area as recommended by WHO, particularly for children.Key words: malaria, clinical symptoms, validity, sensitivity, specificity
KONTRIBUSI HEWAN MAMALIA SAPI, KERBAU, KUDA, BABI DAN ANJING DALAM PENULARAN SCHISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2013 Gunawan, Gunawan; Anastasia, Hayani; F.S, Phetisya Pamela; Risti, Risti
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 4 Des (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.731 KB)

Abstract

AbstrakSchistosomiasis merupakan penyakit parasitik jaringan yang terabaikan. Schistosomiasis adalah penyakit parasitik yang bersifat zoonosis, selain menginfeksi manusia juga menginfeksi hewan mamalia lainnya. Ada 13 mamalia yang diketahui dapat terinfeksi oleh schistosomiasis antara lain sapi(Bos sundaicus), kerbau (Bubalus bubalis), kuda (Equus cabalus), anjing (Canis familiaris), babi (Sus sp), musang (Vivera tangalunga), rusa (Carvus timorensis), dan berbagai jenis tikus (Rattus exulans, R. hoffmani, R. chysomomusrallus, R. marmosurus, R norvegicus, R palallae). Di Indonesia schistosomiasis disebabkan oleh cacing Schistosoma japonicum dan hanya ditemukan endemik di Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi Lindu, Napu dan Bada.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi reservoir dalam penularan schistosomiasis di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. Metode penelitian ini adalah deskriptif observational dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengobservasi mamalia yang berisiko,dengan pengambilan dan pemeriksaan sampel tinja hewan mamali tersebut. Sejumlah 219 sampel tinja hewan mamalia yang terdiri dari sapi, kerbau, anjing, babi dan kuda diperiksa dengan menggunakan metode sentrifugasi formalin-eter. Dari hasil pemeriksaan tinja yang dilakukan dilaboratorium Parasitologi Balai Litbang P2B2 Donggala sebanyak 54 sampel tinja hewan mamalia (sapi, kerbau, anjing, babi dan kuda) positif terinfeksi S.japonicum.Kata kunci : Schistosomiasis, hewan mamalia, Schistosoma japonicumAbstractSchistosomiasis is one of neglected parasitic diseaseds and also a zoonosic disease, in addition to humans it also infect mammals. There were 13 known mammals that can be infected by schistosomiasis, i.e. cattle (Bos sundaicus), buffalo (Bubalus bubalis), horse (Equus Cabalus), dog (Canis familiaris), pig(Sus sp), civet cat(Vivera tangalunga), deer (Cervus timorensis), and various types of rat (Rattus exulans, R. hoffmani, R. chysomomusrallus, R. marmosurus, R. norvegicus, R. palallae). In Indonesia schistosomiasis is caused by Schistosoma japonicum and is only found in three endemic areas in the highlands of Central Sulawesi i.e Lindu valley, Napu and Bada, in the province of Central Sulawesi. The intermediate host is a amphibious snail, Ocomelania hupensis lindoensis. This study was aimed to determine the contribution of mammals in the transmission of schistosomiasis in Lindu Valley endemic areas, District Sigi. Method of this study was descriptive observational and cross sectional. Primary data were collected by observing the risk, retrieval and examination of stool samples of mammals. A total of 219 stool samples of cows, buffaloes, dogs, pigs and horses were examined using formalin - ether centrifugation method.Stool examination were conducted in the Parasitology Laboratory, Vector Borne Diseases Research Unit, NIHRD, Donggala. The results shown that a total of 54 stool samples of mammals (cows, buffaloes, dogs, pigs and horses), all were positive with S.japonicum eggs.Keyword : Schistosomiasis, mammals, Schistosoma japonicum
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Rosmini, Rosmini; Anastasia, Hayani; Nurjana, Made Agus; Veridiana, Ni Nyoman; Patuba, Riri Arifah
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 9 No 2 (2015): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infeksi Soil Transmitted Helminths di Dataran Tinggi Bada, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tahun 2018 Widayati, Anis Nur; Srikandi, Yuyun; Risti, R; Nelfita, N; Tolistiawaty, Intan; Anastasia, Hayani
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.067 KB)

Abstract

Infeksi kecacingan atau Soil Transmitted Helminths masih menjadi masalah kesehatan di negara tropis dan sub tropis, salah satunya di Indonesia. Penyakit kecacingan di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%. Infeksi STH disebabkan oleh tiga jenis cacing, yaitu cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk. Infeksi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak usia sekolah. Tujuan penelitian untuk menentukan tingkat infeksi STH pada penduduk di empat desa di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Desain yang digunakan adalah potong lintang. Survei dilakukan pada bulan Maret – November tahun 2018. Dilakukan pengumpulan tinja penduduk dan selanjutnya diperiksa dengan metode Kato-Kat’z. Hasil penelitian menunjukkan infeksi STH disebabkan cacing tambang dan cacing gelang sebesar 16,92% dan 1,74%. Infeksi gabungan juga ditemukan yaitu cacing gelang dengan cacing tambang, sebesar 1,49%. Infeksi ditemukan pada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 51% dan pada perempuan sebesar 49%. Hal tersebut terkait dengan pekerjaan masyarakat yang sebagian besar adalah petani. Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa infeksi STH di Dataran Tinggi Bada masih tinggi. Perlu dilakukan upaya pengobatan serta penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.
Keragaman Tikus di Daerah Endemis Schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Maksud, Malonda; Anastasia, Hayani; Samarang, S; Tolistiawaty, Intan; Kurniawan, Ade
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.232 KB)

Abstract

Schistosomiasis merupakan penyakit endemik di Sulawesi Tengah dan masih merupakan masalah kesehatan. Keberadaan hewan reservoir seperti tikus, menjadi salah satu kendala dalam mengendaliakan schsitososmiasis yang dilakukan sejak tahun 1974. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis tikus yang ada di sekitar fokus keong Oncomelania hupensis lindoensis di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain pontong lintang. Penangkapan tikus dilakukan dengan menggunakan 100 perangkap per desa yang disebar di seluruh fokus keong perantara schistosomiasis. Perangkap yang digunakan adalah perangkap mati (snap trap) yang dipasang pada sore hari mulai pukul 16.00 dan diambil keesokan harinya antara pukul 06.00 – 09.00 yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Hasil penelitian menemukan sebanyak 84 ekor tikus yang teridiri atas 10 spesies yang terdistribusi dalam lima genus. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Rattus tanezumi (32 ekor), Bunomys fratorum (22 ekor), dan yang paling sedikit Mus musculus (1 ekor). Indeks keragaman Shannon-Wiener menunjukkan bahwa tingkat keragaman tikus di Kecamatan Lore Barat tergolong sedang (1,6).
Infeksi Soil Transmitted Helminths di Dataran Tinggi Bada, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tahun 2018 Widayati, Anis Nur; Srikandi, Yuyun; Risti, R; Nelfita, N; Tolistiawaty, Intan; Anastasia, Hayani
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.247 KB)

Abstract

Infeksi kecacingan atau Soil Transmitted Helminths masih menjadi masalah kesehatan di negara tropis dan sub tropis, salah satunya di Indonesia. Penyakit kecacingan di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%. Infeksi STH disebabkan oleh tiga jenis cacing, yaitu cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk. Infeksi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak usia sekolah. Tujuan penelitian untuk menentukan tingkat infeksi STH pada penduduk di empat desa di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Desain yang digunakan adalah potong lintang. Survei dilakukan pada bulan Maret – November tahun 2018. Dilakukan pengumpulan tinja penduduk dan selanjutnya diperiksa dengan metode Kato-Kat’z. Hasil penelitian menunjukkan infeksi STH disebabkan cacing tambang dan cacing gelang sebesar 16,92% dan 1,74%. Infeksi gabungan juga ditemukan yaitu cacing gelang dengan cacing tambang, sebesar 1,49%. Infeksi ditemukan pada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 51% dan pada perempuan sebesar 49%. Hal tersebut terkait dengan pekerjaan masyarakat yang sebagian besar adalah petani. Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa infeksi STH di Dataran Tinggi Bada masih tinggi. Perlu dilakukan upaya pengobatan serta penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.