Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Basket hasil tangkapan dan keterkaitannya dengan mutu hasil tangkapan dan sanitasi di TPI PPN Palabuhanratu Anwar Bey Pane
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 13 No. 3 (2008): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5409.399 KB)

Abstract

Fish basket has an important role in assisting efficacy of marketing and fish landing process at fishing port. Generally have been known the function of basket as place of fish conveyor. Basket that was used during the time in fishing port (FP) and fish landing  place (FLP), indication of apperance of uncleanness at port quay, fish auction place (FAP/TPI) and it surrounding. The problem of sanitaion and also fish quality as ports at this period are very important for FP/FLP in Indonesia, especially for facing the era of globalization and free market. Including for FP such as PPN Palabuhanratu will be developed into ocean fishing port type; with one of function is to provide the fish for export purposes. This research was conducted at PPN Palabuhanratu at period of Sep-Nov 2007, the aims of this research are for knowing the effect of useful of basket to fish quality and the port quay sanitation, FAP and its surrounding. This research using study case method that is research the catch aspect in FP and fish basket aspect of catch landing and marketing activities and port quay and FAP. In PPN Palabuhanratu, the existing of fish basket are have so many type; plastic basket, bamboo basket, barrel, styrofoam box and container fibreglass (jolang). The use of its have affect to fish quality differently: assisting to maintain and degrade the quality of fish. Almost all type of fish basket have negative influence to sanitaion of port quay, FA and its surrounding, except box of styrofoam for layur. No one of the type of fish basket are able to provide only positive influence on fish quality and satation.
KETERLIBATAN TENGKULAK PADA AKTIVITAS TERKAIT HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN (The Involvement of Tengkulak in the Related Activities of the Catch in Fishing Port) Anwar Bey Pane; Ernani Lubis; Retno Muninggar
Buletin PSP Vol. 20 No. 3 (2012): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hubungan keterlibatan tengkulak pada aktivitas terkait hasil tangkapan di pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan (PP/PPI) telah lama berlangsung dan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Aktivitas terkait hasil tangkapan di PP/PPI, memiliki salah satu pelaku utama langsung, yaitu nelayan. Di satu sisi, nelayan yang terikat dengan tengkulak hampir mustahil melepaskan diri dari ikatan tersebut, di sisi lain untuk banyak hal yang berhubungan dengan uang, nelayan juga membutuhkan tengkulak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak pada aktivitas-aktivitas terkaithasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), dan, 2) penyebabpenyebab keterlibatan tengkulak pada aktivitas-aktivitas tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kasus, yang meneliti secara khusus aspek hubungan tengkulak dan aktivitas terkaithasil tangkapan di pelabuhan perikanan. Penelitian melibatkan responden yang berhubungan dengan aktivitas terkait hasil tangkapan tersebut, yaitu: tengkulak, nelayan pemilik,  dan pedagang ikan. Penentuan jumlah responden dilakukan secara purposive. Hasil penelitianmenyatakan bahwa saat ini, keterlibatan tengkulak pada aktivitas terkait hasil tangkapan, selain terhadap nelayan juga terhadap pedagang ikan di pelabuhan perikanan. Terdapat 3 bentuk keterlibatan tengkulak di pelabuhan perikanan: 1) sebagai pemberi pinjaman uang; 2) sebagai pemilik unit penangkapan; 3) sebagai pedagang ikan. Penyebab mendasar keterlibatan tersebut adalah terkait dengan ketersediaan uang pada tengkulak untuk aktivitas nelayan dan pedagang ikan yang dapat dipakai kapan saja, dan adanya kebutuhan nelayan dan pedagangikan. Terdapat penyebab-penyebab tambahan lainnya yang mendukung keterlibatan tengkulak terhadap aktivitas terkait hasil tangkapan di di PPNP. Kata kunci: nelayan, Palabuhanratu, pedagang ikan, pelabuhan perikanan, tengkulak
PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DAN KEBIJAKAN PUMP DI PPN PALABUHANRATU Retno Muninggar; Ernani Lubis; Anwar Bey Pane
Buletin PSP Vol. 21 No. 1 (2013): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP) terjadi pada saluran pemasaran yang melibatkan pemilik modal yang berperan sebagai bakul atau pedagang besar. Nelayan berharap dominasi bakul/tengkulak bisa dikurangi salah satunya melalui kebijakan pemberian modal nelayan agar ketergantungan pada bakul bisa terputus dan tidak ada lagi kecurangan dalam sistem lelang di PPNP. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji permasalahan pemasaran yang ada di PPNP dan menganalisis efektifitas dari kebijakan Pemberdayaan Usaha Mina Perdesaan (PUMP). Hasil penelitian menunjukkan margin pemasaran yang dinikmati bakul sangat besar yaitu Rp  9000/kg untuk Tuna dan Rp 7000/kg untuk Cakalang. Fisherman share pemasaran ikan Tuna adalah 51,5% sedangkan Ikan Cakalang hanya 40%. Pelaksanaan kebijakan PUMP di PPNP menunjukkan bahwa masih banyak tengkulak yang mengkoordinir nelayan untuk menjadi kelompok usaha agar mendapat bantuan dimana tengkulak menjadi ketuanya. Hasil analisis kebijakan menunjukkan bahwa Program PUMP akan bisa berjalan dengan baik jika memperhatikan beberapa faktor: pertama, dilakukan melalui pendekatan kultural untuk menciptakan community relationship dan kesejahteraan nelayan, kedua: Bantuan Langsung Masyarakat harus rutin diaudit agar tidak ada penyalahgunaan dana dan modal benar-benar bisa sampai ke nelayan. ketiga : evaluasi dan keberlanjutan program harus dilakukan meski ada perubahan kepemimpinan, keempat : harus diikuti oleh mekanisme pengawasan dan penegakan hukum.Kata kunci: Pemasaran Ikan, Palabuhanratu, Kebijakan, Pemberdayaan Usaha Mina Perdesaan
POTENSI IKAN UNGGULAN SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN DI PPN KARANGANTU (Superior fish potential as Raw Materials of Processing Industry in Karangantu Archipelagic Fishing Port) Asep Hamzah; Anwar Bey Pane; Ernani Lubis; Iin Solihin
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 6 No. 1 (2015): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.913 KB) | DOI: 10.29244/jmf.6.1.45-58

Abstract

ABSTRACTKarangantu Archipelagic Fishing Port (Karangantu AFP/PPN Karangantu) has been appointed as regional fisheries industry (formerly minapolitan), sub-sector of catch fisheries since 2010. Today, the development of the fisheries industry one of them is processing industry still undeveloped as the result of lack of area / specific industrial land in PPN Karangantu. In addition, there is no information about the superior fish landed in PPN Karangantu as raw material. This study aims to: (1) Determine the potential of fish catches landed in PPN Karangantu as raw material processing industry; (2) Obtain production alternatives for raw material surrounding fishing port that supports processing industry in PPN Karangantu. The results of this research indicated that there were 7 types of fish that had a positive value of LQ growth with a score is 3 there are squid, mackerel, kuniran, kurisi, sardine, tuna and sea-catfish. LQ score of 3 indicates that the types of fish are concentrated relatively in PPN Karangantu and can be developed in the future become a raw material for processing industry at PPN Karangantu. Alternative production of raw material can be obtained from PPI Kepuh PPI Wadas, PPI Terale, and PPI Lontarby the type of fish that are depend to the needs of processors in PPN Karangantu and brought by the sea or via land transportation.Keywords: Karangantu archipelagic fishing port, processing fish, raw materials, superior potential,--------ABSTRAKPelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu telah ditunjuk sebagai kawasan industri perikanan (sebelumnya minapolitan) subsektor perikanan tangkap sejak 2010. Namun, perkembangan industri perikanan salah satunya pengolahan ikan masih belum optimal sebagai akibat belum adanya kawasan/lahan khusus industri di PPN Karangantu. Selain itu, belum ada informasi mengenai ikan unggulan yang didaratkan di PPN Karangantu sebagai bahan baku olahan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui potensi ikan-ikan hasil tangkapan unggulan yang didaratkan di PPN Karangantu sebagai bahan baku industri pengolahan; (2) mendapatkan alternatif produksi hasil tangkapan dari pelabuhan perikanan sekitarnya yang mendukung industri pengolahan ikan di PPN Karangantu. Metode penelitian adalah studi kasus terhadap potensi unggulan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu. Jumlah responden ditentukan secara purposive sampling, terdiri dari nelayan, pedagang, pengolah ikan, pengelola Dinas Perikanan Kota Serang dan pengelola PPN Karangantu. Analisis data menggunakan Location Quotient (LQ) untuk mencari ikan hasil tangkapan unggulan di PPN Karangantu dan analisis kekuatan hasil tangkapan untuk mengetahui karakteristik ikan bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis ikan yang memiliki nilai pertumbuhan LQ positif dengan skor 3 yaitu cumi-cumi, kembung, kuniran, kurisi, lemuru, tongkol dan manyung. Skor LQ 3 mengindikasikan bahwa jenis-jenis ikan tersebut terkonsentrasi pendaratannya secara relatif di PPN Karangantu dan dapat terus dikembangkan menjadi bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu.Kata kunci: PPN Karangantu, pengolahan ikan, bahan baku, potensi unggulan
KAJIAN NILAI PASAR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DI PPS NIZAM ZACHMAN DAN PPI MUARA ANGKE (The Study of Catch Production Market Value in PPS Nizam Zachman and PPI Muara Angke) Ramziah An Najah; Ernani Lubis; Iin Solihin; Anwar Bey Pane
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 6 No. 2 (2015): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.805 KB) | DOI: 10.29244/jmf.6.2.155-167

Abstract

ABSTRACTThe catch production in a particular area especially in fishing port should also be offset by economic value of that catch. So it has a chance to enhance not only for national market but also export market. PPS Nizam Zachman and PPI Muara Angke are two main points of catch distribution center and the biggest supplier fish product in DKI Jakarta. Catch production at ports is very important to know and researched so the port users and managers can compare catches result at that ports toward fisheries production in the DKI Jakarta area, to increase the affordable price and fulfil standard quality of fish consumption. This study aimed to get the market value of catch production and knowing the factors that affect market value. The method in this research used descriptive analysis. This research resulted the index of catch production value at PPS Nizam Zachman and PPI Muara Angke from 2004 until 2013 are more than 1 and less than 1. The factors that influencethe market value of the production of the catch in PPS Nizam Zachman and PPI Muara Angke were (1) dominant fish species (76.8), whereas since dominant product landed in PPI Muara Angke was only squid, 28.40% of total catches; (2) prime handling of dominant fish species in PPS Nizam Zachman, whereas in PPI Muara Angke poor handling of auctioned fish, allowed to sunlight exposure, thus quality could not be maintained and market value can not be increased; (3) fishing gear; most equipments in PPS Nizam Zachman (76%), were able to catch fish species with important economy vallue (84.7%), whereas in PPI Muara Angke is bouke ami (40%) and (4) marketing goals in PPS Nizam Zachman which oriented on exports, whereas PPI Muara Angke which oriented on local.Keywords: Index of production value, market value, PPS Nizam Zachman, PPI Muara Angke-------ABSTRAKProduksi hasil tangkapan di suatu wilayah khususnya di pelabuhan perikanan perlu juga diimbangi dengan nilai ekonomi dari hasil tangkapan tersebut sehingga berpeluang untuk meningkatkan peluang pasar nasional maupun ekspor. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke merupakan dua titik utama distribusi hasil tangkapan dan penyuplai produk konsumsi ikan terbesar di DKI Jakarta. Produksi hasil tangkapan di kedua pelabuhan sangat perlu diketahui dan diteliti agar pengguna dan pengelola pelabuhan dapat membandingkan hasil tangkapan yang didaratkan di kedua pelabuhan tersebut terhadap produksi perikanan laut di wilayah DKI, guna meningkatkan harga yang layak serta memenuhi standar mutu ikan konsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai pasar produksi hasil tangkapan di kedua pelabuhan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pasar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Penelitian ini menghasilkan indeks nilai produksi hasil tangkapan masing-masing di PPS Nizam Zachman dan PPI Muara Angke dari tahun 2004-2013 adalah lebih dari 1 dan kurang dari 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pasar produksi hasil tangkapan di PPS Nizam Zachman dan PPI Muara Angke adalah (1) spesies ikan dominan (76,8%), sedangkan spesies dominan ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke hanya cumi-cumi yang jumlahnya 28,40% dari total hasil tangkapan PPI Muara Angke; (2) penanganannya sangat baik untuk ikan dominan di PPS Nizam Zachman, sedangkan di PPI Muara Angke penanganan ikan hasil tangkapan untuk ikan yang dilelang dibiarkan terkena sinar matahari sehingga kualitas mutu dan kualitas tidak terjaga dan tidak dapat meningkatkan nilai pasar; (3) jenis alat tangkap, dimana di PPS Nizam Zachman sebagian besar (76%) alat tangkap mendaratkan jenis ikan ekonomis penting (84,7%), sedangkan di PPI Muara Angke adalah bouke ami (40%); dan (4) tujuan pemasaran di PPS Nizam Zachman berorientasi pada ekspor sedangkan PPI Muara Angke yang pemasarannya berorientasi lokal.Kata kunci: indeks nilai produksi, nilai pasar, PPS Nizam Zachman, PPI Muara Angke
Besaran Kerugian Nelayan dalam Pemasaran Hasil Tangkapan : Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Ernani Lubis; Anwar Bey Pane; Retno Muninggar; Asep Hamzah
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 4, No 2 (2012): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.857 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v4i2.1382

Abstract

ABSTRACTThe Fisherman livelihoods at sea are filled with uncertainty and the catch marketing system is not optimum so that fisherman has difficulty in the capital. In this condition, the fisherman to seek capital through the process quickly and with no collateral even if in the end did’n realize that fisherman has actually entangled and lost money. The financiers in general is often called middlemen/pengijon that certain conditions have created a monopoly system because they operate from the provision of capital, the factors of production to determine the marketing of fish. The research objective was to determine how far the dependence of fishermen in obtaining capital and how much is the actual loss occurred. This study uses the case of the dependence of fisherman on middlemen in PPN  Palabuhanratu by quantitative descriptive analysis. The research has gotten the results that the majority (90%) of fisherman PPN Palabuhanratu use middlemen to obtain fishing capital. This is because the lending process easier, without collateral, but most of the catch must be sold to the middleman without passing auction. Based on formulated results, the fishermen lose between  2000.00 to 5000.00 IDR/kg if their catch is sold to middlemen. Losses are also caused by the price of diesel at the middleman or the retailer is different IDR 1000.00/liter compared with it price in the pump. This loss is especially for fishing line and gillnet fisherman. The role of fishing ports would need to be optimized in efforts  the fishing supplies provision and the implementation of the fish auction system as a whole in order to the small fisherman has the bargaining power in auction system and get the cash money from the catch sale.Key words: loss, the fisherman, fishing ports, PPN PalabuhanratuABSTRAKMata pencaharian nelayan di laut yang sarat dengan ketidakpastian dan sistem pemasaran hasil tangkapannya yang tidak optimal membuat nelayan kesulitan dalam permodalan melaut. Pada kondisi ini nelayan mencari modal melalui proses yang cepat dan tanpa agunan walaupun pada akhirnya tidak disadari bahwa nelayan sebenarnya telah terjerat dan merugi. Pemberi modal tersebut pada umumnya sering disebut tengkulak/pengijon yang pada kondisi tertentu telah menciptakan sistem monopoli karena mereka juga menyediakan modal, faktor-faktor produksi sampai menentukan pemasaran ikan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa jauh ketergantungan nelayan dalam memperoleh permodalan melaut dan berapa besarkah kerugian yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini menggunakan metode kasus ketergantungan nelayan pada tengkulak di PPN Palabuhanratu melalui analisis deskkriptif kuantitaif.  Penelitian ini telah mendapatkan hasil bahwa sebagian besar (90 %) nelayan PPN Palabuhanratu memanfaatkan tengkulak khususnya untuk memperoleh permodalan melaut. Hal ini dikarenakan proses peminjamannya lebih mudah, tanpa agunan namun sebagian besar hasil tangkapan harus dijual pada tengkulak tanpa melalui pelelangan. Berdasarkan hasil perhitungan, nelayan merugi antara Rp 2000,00 sampai Rp 5000,00/kg apabila hasil tangkapannya dijual kepada tengkulak. Selain itu kerugian juga karena pembelian solar di tengkulak atau pengecer berbeda Rp 1000,00/liter dengan harga SPBU khususnya nelayan pancing dan gillnet.  Peran pelabuhan perikanan kiranya perlu dioptimalkan dalam mengupayakan penyediaan perbekalan melaut dan terlaksananya sistem pelelangan ikan secara menyeluruh agar nelayan kecil memiliki posisi tawar dalam tata niaga perikanan dan mendapatkan hasil penjualan secara cash.Kata kunci : kerugian, nelayan, pelabuhan perikanan, PPN Palabuhanratu
AN OPTIMUM MODEL OF FISH AUCTION IN INDONESIAN FISHING PORTS IN ACCORDANCE WITH THE CHARACTERISTICS OF FISHERMAN Ernani Lubis; Anwar Bey Pane
JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT Vol 15, No 3 (2012): Volume 15, Number 3, Year 2012
Publisher : JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.982 KB)

Abstract

Fishing Port as the economic center of fisheries is an important component  in  fishing catch system  that  needs to be organized and managed, especially for fish marketing activities.  Indonesian fisherman income which is still low, due to the fish marketing system in the fishing port is unfavorable for the fisherman. The purpose of this study is to formulate an optimum model of the fish auction in the fishing port in order to increase the income of fisherman. Aspects which were studied comprises the major aspects such as the management aspects, socio-economic of fishing and fishing port and following by additional aspects of biotechnic of fishimg port.  It has been obtained the optimum model of the fish auction that is Integrated Model and Modern Fish Auction Model. The model has 2 (two) submodel. Submodel-1 : Integrated Fish auction that is a gradually and directionally implementation model of fish auction in the Fish Landing Base with due respect to the readiness of the auction and the integration courtier/skipper’s (punggawa) role. This model also consider the readiness to the auction minimum and effective standards to ensure the quality of fish and sanitation in fish auction place and rearrangement the role of courtier/skipper. This model can be applied to Pontap Fish Landing Base.  Submodel-2 : Modern and Continuous Fish Auction Model, that is a gradually and directionally implementation model of the fish auction with due respect to improving modernization of actual fish auction standards. This model can be applied to Palabuhanratu Territorial Fishing Port.