Alikhsan, Ainusalbi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perencanaan Gedung Kesenian dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kabupaten Muna Marwan, La Ode; Halim, Halim; Alikhsan, Ainusalbi
GARIS Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKabupaten Muna memiliki visi pemerintahan yang berfungsi untuk terwujudnya daerah sebagai pusatperekonomian dan kebudayaan suku Muna dengan tagline pariwisata Mai Tewuna. Oleh karena itu dibutuhkan tempatuntuk fasilitas menampung potensi daerah berdasarkan tata nilai budaya, menampung kegiatan pengembangan danpelestarian budaya sebagai bagian dari wujud pusat kebudayaan kabupaten Muna. Keanekaragaman kesenian sukuMuna dapat di jadikan sebagai obyek wisata budaya. Namun, di era globalisasi ini pelaksanaan kegiatan-kegiatankesenian tersebut telah jarang di temukan. Generasi-generasi penerus secara perlahan mulai melupakan keseniandaerahnya sendiri. Hal ini disebabkan karena pementasan tradisi kesenian suku Muna tidak di lakukan secaramenyeluruh dan kurang terdata dengan baik. Selain itu infrastruktur maupun wadah yang dapat memfasilitasimasyarakat terutama generasi muda untuk mempelajari, Memahami dan mengembangkan kebudayaan Munacenderung belum ada. Sehingga implementasi dari pelestarian kesenian suku Muna terhadap generasi penerus tidakberjalan dengan optimal. Selain itu, Dalam konteks perwujudan arsitektural, bentuk bangunan diupayakan tampilsebagai ekspresi budaya masyarakat setempat. bukan saja yang menyangkut fisik bangunannya, tetapi juga semangatdan jiwa yang terkandung di dalamnya. Bangunan tradisional sebagai ekspresi budaya tidak hanya sekedar menyusunelemen-elemen material bangunan menjadi bangunan secara utuh, akan tetapi arsitektur juga berperan padapembentukan ruang-ruang sosial dan simbolik, sebuah “ruang” menjadi cerminan dari perancang dan masyarakat yangtinggal di dalamnya. Tujuan rancangan ini adalah untuk perencanaan Gedung kesenian dengan pendekatan arsitekturNeo-Vernakular di Kabupaten Muna yang dapat mewadahi seluruh aktivitas yang akan berlangsung di dalamnya.Rancangan dilakukan dengan Metode deskriptif, yaitu menceritakan atau menerangkan data-data mengenai masalahperencanaan dan analisa komparatif yaitu mengumpulkan data-data melalui studi perbandingan dengan sarana-saranasejenis. Rancangan bangunan dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal antara lain; kesesuaian dengan fungsibangunan sebagai fasilitas kegiatan perdagangan yang terbuka, bersifat umum, fleksibel dan dinamis, karakter dan citrabangunan modern yang ingin ditampilkan, unsur-unsur arsitektural (skala, proporsi, ritme, kesatuan dankeseimbangan). Hasil dari penelitian ini berupa konsep dan desain bangunan.Kata kunci: Gedung Kesenian, Arsitektur Neo-VernakularABSTRACTMuna Regency has a government vision that functions to realize the region as an economic and cultural center forthe Muna tribe with the tourism tagline Mai Tewuna. Therefore, a place is needed for facilities to accommodateregional potential based on cultural values, to accommodate cultural development and preservation activities as partof the form of the cultural center of Muna Regency. The diversity of art of the Muna tribe can be used as a culturaltourism object. However, in this era of globalization, the implementation of these artistic activities has rarely beenfound. The next generations slowly began to forget their own local arts. This is because the performance of the Munatribal art tradition is not carried out thoroughly and is not properly recorded. In addition, the infrastructure andfacilities that can facilitate the community, especially the younger generation, to learn, understand and develop Munaculture tend to not exist. So that the implementation of the preservation of the Muna tribal art for the next generationdoes not run optimally. In addition, in the context of architectural embodiment, the form of the building is sought toappear as an expression of the culture of the local community. not only regarding the physical building, but also thespirit and soul contained in it. Traditional buildings as cultural expressions are not only composed of buildingmaterial elements into a complete building, but architecture also plays a role in the formation of social and symbolicspaces, a "space" being a reflection of the designer and the people who live in it. The purpose of this design is to planan art building with a Neo-Vernacular architectural approach in Muna Regency which can accommodate all theactivities that will take place in it. The design is carried out using a descriptive method, which is to tell or explain dataon planning problems and comparative analysis, namely to collect data through comparative studies with similarmeans. The building design is carried out by considering the following things; conformity with the function of thebuilding as a facility for open, general, flexible and dynamic trade activities, the character and image of the modernbuilding to be displayed, architectural elements (scale, proportion, rhythm, unity and balance). The results of thisstudy are in the form of building concepts and designs.Keywords: Art Building, Neo-Vernacular Architecture
MUSEUM MARITIM DENGAN PENDEKATAN ECO-TECH DI KOTA KENDARI Febrianti, Rizka Amalia; Santi, Santi; Alikhsan, Ainusalbi
GARIS Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPerencanaan museum maritim bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang berada pada satu-satunya museum di kotaKendari. Tulisan ini menggunakan metode analisis desktiptif kualitatif dengan menguraikan berbagai permasalahan dankebutuhan museum. Data primer dikumpulakn melalui observasi dan wawancara. Sedangkan untuk data sekunder berasaldari beberapa buku referensi, dokumen perencaan tata ruang, studi kasus dan literatur lainnya. Desain ruang museumdianalisis berdasarkan pelaku, pola aktivitas pelaku, kebutuhan ruang dan pola hubungan ruangnya. Perencanaan museummaritim menggunakan pendekatan arsitektur eco-tech. Eco-tech merupakan perpaduan kata antara ekologis dan teknologi.Menurut Niomba dkk, Eco-Tech Architecture adalah sebuah metode perancangan yang mengaitkan dan menyelaraskanlingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global dengan penekanan pada efisiensi energipemakaian lahan dan pengolahan sampah efektif dalam tatanan arsitektur. Dan museum maritim merupakan museum yangsecara khusus mengangkat maritim sebagai tema utamanya. Di dalam museum maritim, dipamerkan berbagai macambenda-benda bersejarah berbau maritim, seperti kapal, lukisan, senjata angkatan laut, maupun benda-benda lain yangberhubungan dengan dunia maritim. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lokasi yang terpilih adalah KecamatanNambo, pulau Bungkutoko. Museum maritim memiliki fasilitas pameran utama yang ditunjang dengan ruang lainnyaseperti auditorium, bioskop mini, perpustakaan, ruang edukasi, workshop, cafetaria, dan fasilitas lainnya. Arsitektur ecotechdipilih sebagai konsep perencaan yang di aplikasikan pada fasad ataupun interior bangunan, terlihat dari penggunaanmaterial dan bangunan yang menyesuaikan bentuk dari tapak.Kata Kunci: Museum Maritim, Kota Kendari, Arsitektur Eco-Tech.ABSTRACTThe planning of the maritime museum aims to overcome the problems that exist in the only museum in the city ofKendari. This paper uses a qualitative descriptive analysis method by describing various problems and needs of themuseum. Primary data was collected through observation and interviews. Meanwhile, secondary data comes from severalreference books, spatial planning documents, case studies and other literature. The design of the museum space is analyzedbased on the actors, the activity patterns of the actors, the space requirements and the patterns of spatial relationships. Theplanning of the maritime museum uses an eco-tech architectural approach. Eco-tech is a combination of words betweenecological and technology. According to Niomba et al, Eco-Tech Architecture is a design method that links and harmonizesthe environment and is based on concerns about global environmental conservation with an emphasis on energy efficiencyof land use and effective waste management in architectural settings. And the maritime museum is a museum thatspecifically raises maritime as its main theme. In the maritime museum, various historical objects related to maritime areexhibited, such as ships, paintings, naval weapons, and other objects related to the maritime world. The results of this studyindicate that the selected location is Nambo District, Bungkutoko Island. Maritime museum has main exhibition facilitieswhich are supported by other spaces such as auditorium, mini cinema, library, education room, workshop, cafeteria, andother facilities. Eco-tech architecture was chosen as a planning concept that is applied to the facade or interior of thebuilding, seen from the use of materials and buildings that adapt to the shape of the site.Keywords: Maritime Museum, Kendari City, Eco-Tech.