Hanandita, Tiara
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONSTRUKSI MASYARAKAT TENTANG HIDUP TANPA ANAK SETELAH MENIKAH Hanandita, Tiara
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.56920

Abstract

The main problem discussed in this article is to examine people's opinions about living without children after marriage through the construction that is formed in the community. This research was conducted because Indonesia is a pronatalist country, while the decision not to have children is a contradiction or something that is considered deviant. This study uses a qualitative method with data collection techniques through interviews. In the field, data is obtained that the decision not to have children is a form of habitualization in society. Couples who have passed the stage of marriage, then the next stage is to have children. This habitualization is in line with the Construction Theory proposed by Peter L. Berger.Keywords: Habitualization, Pronatalist, and Contrustion AbstrakPokok permasalahan yang dibahas dalam artikel ini adalah mengkaji pendapat masyarakat tentang hidup tanpa anak setelah menikah melalui kontruksi yang terbentuk di masyarakat. Penelitian ini dilakukan karena Indonesia merupakan negara pronatalis, sedangkan keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan sebuah pertentangan atau hal yang dianggap menyimpang. Penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dengan pendekatan fenomenologi menggunakan  teknik pengumpulan data melalui wawancara. Di lapangan diperoleh data bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan wujud dari habitualisasi di masyarakat. Pasangan yang telah melewati tahap pernikahan, maka tahap selanjutnya adalah memiliki anak. Habitualisasi tersebut sejalan dengan Teori Konstruksi yang dikemukakan oleh Peter L. Berger.Kata Kunci: Habitualisasi, Pronatalis, dan Konstruksi
Pemakaian Merek Fast Fashion sebagai Representasi Identitas Diri Hanandita, Tiara
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 2 No. 1 (2022): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v2i1.1508

Abstract

Fashion merupakan wujud evolusioner yang dibuktikan dengan perkembangan secara jelas dari musim hingga musim selanjutnya yang menciptakan ternd baru. Perkembangan fashion yang terjadi merupakan wujud perubahan dalam aspek budaya, sosial, ekonomi, dan teknologi. Industri fast fashion di beberapa tahun terakhir mengalhikan fokusnya dari menarik minat pembeli menjadi memperkuat hubungan antara konsumen dengan merek. Zona nyaman yang dirasakan oleh pecandu merek akan mengalami ketergantungan pada merek fast fashion. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi milik Alfred Schutz. Alfred Schutz merupakan tokoh yang merancang konsep fenomenologi secara sistematis dan menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat saat ini dipandu oleh aturan dan trend yang harus diikuti untuk mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat modern. Dapat dikatakan bahwa masyarakat modern memiliki aktualisasi diri yang mencerminkan “saya membeli apa yang menggambarkan diri saya”.
Analisis hambatan pada penyelesaian soal perkalian dan pembagian bilangan cacah di kelas II sekolah dasar Hanandita, Tiara; Karlimah; Apriani, Ika Fitri
COLLASE (Creative of Learning Students Elementary Education) Vol. 8 No. 1 (2025)
Publisher : IKIP Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22460/collase.v8i1.23407

Abstract

This research aims to analyze students when solving multiplication and division of whole number problems. The subjects in the research focused on 24 class II students at SDN 3 Sukarindik, Kec. Bungursari, Tasikmalaya City. The data comes from students' answers after working on 5 essay questions on multiplication and division of whole numbers at easy, medium and difficult levels. The results of the research revealed the learning obstacles experienced in solving questions. It can be detailed as follows: (1) obstacles in understanding the concept of multiplication, (2) obstacles in understanding the concept of multiplication in story problems, (3) obstacles in understanding the concept of division, (4) obstacles in understanding the concept of division in story problems. This is shown by data from students who still have difficulty answering questions on multiplication and division of whole numbers, which reaches a percentage of 66.6%. The method used is a qualitative descriptive method and data collection techniques through interviews and test questions.
Pemakaian Merek Fast Fashion sebagai Representasi Identitas Diri Hanandita, Tiara
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 2 No. 1 (2022): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.799 KB) | DOI: 10.59997/bhumidevi.v2i1.1508

Abstract

Fashion merupakan wujud evolusioner yang dibuktikan dengan perkembangan secara jelas dari musim hingga musim selanjutnya yang menciptakan ternd baru. Perkembangan fashion yang terjadi merupakan wujud perubahan dalam aspek budaya, sosial, ekonomi, dan teknologi. Industri fast fashion di beberapa tahun terakhir mengalhikan fokusnya dari menarik minat pembeli menjadi memperkuat hubungan antara konsumen dengan merek. Zona nyaman yang dirasakan oleh pecandu merek akan mengalami ketergantungan pada merek fast fashion. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi milik Alfred Schutz. Alfred Schutz merupakan tokoh yang merancang konsep fenomenologi secara sistematis dan menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat saat ini dipandu oleh aturan dan trend yang harus diikuti untuk mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat modern. Dapat dikatakan bahwa masyarakat modern memiliki aktualisasi diri yang mencerminkan “saya membeli apa yang menggambarkan diri saya”.