Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kepuasan Perkawinan pada Pasangan Beretnis Batak yang Tidak Memiliki Anak Laki-Laki Draman Saragih, Jummy Adi; Arif, Iman Setiadi
Metamorfosis vol. 5 no. 21 september-desember 2011
Publisher : Metamorfosis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Were Not Alone Arif, Iman Setiadi
Metamorfosis vol. 1 no. 3 september 2007
Publisher : Metamorfosis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kritik Janicaud pada Kelokan Teologis Fenomenologi Michel Henry: Menimbang suatu Fenomenologi Baru: Janicaud's Critique of Michel Henry's Theological Turn in Phenomenology: Considering a New Phenomenology Arif, Iman Setiadi
DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA Vol. 21 No. 2 (2025): Diskursus - Jurnal Filsafat dan Teologi STF Driyarkara
Publisher : STF Driyarkara - Diskursus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36383/diskursus.v21i2.786

Abstract

This article examines Dominique Janicaud’s critique of the “theological turn” in contemporary French phenomenology, focusing specifically on Michel Henry. Janicaud accuses Henry of abandoning Husserlian principles by incorporating metaphysical essentialism rooted in theology into his phenomenology, thus succumbing to ontotheology. In contrast, this paper argues that Janicaud’s criticism stems from his strict adherence to traditional phenomenology and overlooks Henry’s innovative contributions. By exploring Henry’s concepts of radical immanence, clandestine subjectivity, auto-affection, and Life as pre-ecstatic phenomenality, the study highlights the fundamental differences between traditional phenomenology, which centers on Being, and Henry’s phenomenology, which centers on Life. For Henry, Life precedes and transcends Being. Rather than a deviation, Henry’s approach renews phenomenology by broadening its scope and opening new perspectives. The article further engages with supportive and critical responses to Henry and showing that his reading of Christian texts as phenomenological reading. Ultimately, the paper defends Henry’s phenomenology as a legitimate and radical continuation of the phenomenological project. It offers fertile ground for the future exploration of subjectivity, phenomenality, and the final horizons of manifestation. Abstrak Artikel ini menanggapi kritik kelokan teologis pada fenomenologi Prancis kontemporer, dengan sorotan khusus pada fenomenologi Michel Henry. Janicaud menuduh Henry telah meninggalkan prinsip-prinsip Husserl dengan mengusung suatu esensialisme metafisik yang berakar pada teologi, sehingga fenomenologinya jatuh pada ontoteologi. Contra Janicaud, tulisan ini berargumentasi bahwa kritik Janicaud bersumber dari kekakuan Janicaud dalam menerapkan fenomenologi tradisional sehingga mengabaikan kontribusi inovatif Henry. Dengan mengeksplorasi konsep-konsep Henry tentang imanensi radikal, subjektivitas rahasia, autoafeksi dan Hidup sebagai fenomenalitas pra-ekstasis, studi ini menyoroti perbedaan mendasar antara fenomenologi tradisional yang berpusat pada Ada, dan fenomenologi Hidup Michel Henry yang berpusat pada Hidup yang melampaui dan mendahului Ada. Pendekatan Henry bukanlah suatu penyimpangan, melainkan suatu pembaruan fenomenologi, memperluas jangkauannya dan membuka perspektif baru. Artikel ini juga membahas sekilas berbagai dukungan maupun kritik yang ditunjukkan pada Henry, memperlihatkan bahwa pembacaannya akan teks Kristiani merupakan pembacaan fenomenologis. Fenomenologi Henry adalah proyek yang sahih, suatu kelanjutan dan perkembangan radikal dari proyek fenomenologis, yang memberikan lahan subur bagi penjelajahan lebih lanjut tentang subjektivitas, fenomenalitas dan horizon akhir penampakan. Kata-kata kunci: kelokan teologis, subjektivitas, fenomenalitas, Ada, Michel Henry, fenomenologi