Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hubungan Perkembangan Emosi Remaja Dengan Pendidikan Islam Yasin Nurfalah
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 28 No. 1 (2017): Jurnal Tribakti
Publisher : Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v28i1.407

Abstract

Pendidikan adalah faktor terhadap eksistensi sebuah peradaban. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dilepas dari kehidupan. Melalui pendidikan yang benar, maka kemajuan suatu bangsa dapat tercapai. Di sisi lain, remaja adalah generasi penerus umat. Apalah gunanya bila kita hendak membangun masyarakat tanpa memedulikan pendidikan sejak anak-anak sampe remaja. Sejarah mencatat betapa besar peran generasi penerus terhadap keberhasilan suatu perjuangan. Di dalam Islam, pentingnya pendidikan terhadap anak mendapatkan porsi yang besar guna perkembangan emosi pada saat remaja nanti. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan manusia untuk membawa anak didik ke tingkat dewasa dalam arti mampu memikul tanggung jawab moral. Hakekat pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Perkembangan emosi remaja pada peringkat awal terutama pada zaman kanak-kanak banyak dipengaruhi melalui pelaziman dan cara peniruan. Cara pelaziman berlaku dengan mudah dan cepat pada masa beberapa tahun permulaan hidup mereka. Kanak-kanak menggunakan daya imaginasi dalam membayangkan sesuatu mengikut yang telah dilazimkan. Cara peniruan pula, kanak-kanak meniru tingkah laku emosi yang diperhatikannya pada orang lain dan memberikan gerak balas terhadap perkara berkenaan dengan cara yang tidak dapat dibuatnya dulu. Oleh kerana itu, emosi remaja pada zaman kanak-kanak berkembang mengikut proses pelaziman dan peniruan.
Mendidik Anak Supernormal dalam Perspektif Pendidikan Islam Yasin Nurfalah
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 28 No. 2 (2017): Junal Tribakti
Publisher : Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v28i2.482

Abstract

Manusia yang berkualitas adalah manusia yang berkembang optimal baik secara fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spiritual. Secara tidak sadar bangsa Indonesia memiliki bibit-bibit unggul yang dapat dijadikan sumber daya manusia berkualitas. Bibit unggul tersebut yaitu anak yang memiliki kecerdasan lebih tinggi atau bisa disebut dengan anak supernormal. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki anak supernormal penting untuk dikembangkan dan dibimbing. Karena anak yang memiliki kecerdasan lebih laksana tanaman yang membutuhkan seseorang yang dapat membimbing dan membantunya agar berkembang secara alamiah, menghilangkan berbagai kendala yang ada dihadapannya, serta merintis jalan baginya. Mereka pun membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kelebihannya. Upaya membimbing dan mendidik anak supernormal supaya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki masa depan yang cerah akan berhasil apabila didukung oleh orang tua dan masyarakat. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting, karena orang tualah yang menemukan beberapa karakteristik anak pada usia yang sangat dini. Disamping orang tua, lingkungan masyarakat juga mempunyai peran yang sangat besar. Karena di lingkungan masyarakatlah mereka berkembang yang dapat mempengaruhi baik buruknya anak. Dalam konteks Pendidikan Islam sikap Islam terhadap pendidikan anak terpantul dari karakteristiknya yang suci atau fitroh dengan melihat dan menghormati potensi manusia sebagai potensi yang utuh tidak sepotong-potong. Proses pendidikan Islam pada dasarnya membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak agar berkembang secara optimal, sehingga anak mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Pendidikan Islam tidak lain bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri si anak didik baik spiritual, emosi, komunikasi, kecerdasan, sosial dan kepercayaan dirinya
KONSEP PERCAYA DIRI DALAM AL-QUR’AN Yasin Nurfalah
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 24 No. 1 (2013): Jurnal Tribakti
Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v24i1.125

Abstract

Asumsi umum yang berkembang bahwa memiliki kepercayaan diri berarti meyakini kemampuannya dalam melakukan hal-hal tertentu. Percaya diri muncul dari bagaimana seseorang memandang dirinya. Percaya diri merupakan keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu, bukan kepada kemampuan, keahlian, hasil dan kesuksesannya tetapi pada kesedian untuk melakukannya. Al-Qur'an sebagai rujukan pertama juga menegaskan tentang percaya diri dengan jelas dalam beberapa ayat-ayat yang mengindikasikan percaya diri karena berkaitan dengan sifat dan sikap seorang mukmin yang memiliki nilai positif terhadap dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat
Hubungan Perkembangan Emosi Remaja Dengan Pendidikan Islam Yasin Nurfalah
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 28 No. 1 (2017): Jurnal Tribakti
Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v28i1.407

Abstract

Pendidikan adalah faktor terhadap eksistensi sebuah peradaban. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dilepas dari kehidupan. Melalui pendidikan yang benar, maka kemajuan suatu bangsa dapat tercapai. Di sisi lain, remaja adalah generasi penerus umat. Apalah gunanya bila kita hendak membangun masyarakat tanpa memedulikan pendidikan sejak anak-anak sampe remaja. Sejarah mencatat betapa besar peran generasi penerus terhadap keberhasilan suatu perjuangan. Di dalam Islam, pentingnya pendidikan terhadap anak mendapatkan porsi yang besar guna perkembangan emosi pada saat remaja nanti. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan manusia untuk membawa anak didik ke tingkat dewasa dalam arti mampu memikul tanggung jawab moral. Hakekat pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Perkembangan emosi remaja pada peringkat awal terutama pada zaman kanak-kanak banyak dipengaruhi melalui pelaziman dan cara peniruan. Cara pelaziman berlaku dengan mudah dan cepat pada masa beberapa tahun permulaan hidup mereka. Kanak-kanak menggunakan daya imaginasi dalam membayangkan sesuatu mengikut yang telah dilazimkan. Cara peniruan pula, kanak-kanak meniru tingkah laku emosi yang diperhatikannya pada orang lain dan memberikan gerak balas terhadap perkara berkenaan dengan cara yang tidak dapat dibuatnya dulu. Oleh kerana itu, emosi remaja pada zaman kanak-kanak berkembang mengikut proses pelaziman dan peniruan.
Mendidik Anak Supernormal dalam Perspektif Pendidikan Islam Yasin Nurfalah
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 28 No. 2 (2017): Junal Tribakti
Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v28i2.482

Abstract

Manusia yang berkualitas adalah manusia yang berkembang optimal baik secara fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spiritual. Secara tidak sadar bangsa Indonesia memiliki bibit-bibit unggul yang dapat dijadikan sumber daya manusia berkualitas. Bibit unggul tersebut yaitu anak yang memiliki kecerdasan lebih tinggi atau bisa disebut dengan anak supernormal. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki anak supernormal penting untuk dikembangkan dan dibimbing. Karena anak yang memiliki kecerdasan lebih laksana tanaman yang membutuhkan seseorang yang dapat membimbing dan membantunya agar berkembang secara alamiah, menghilangkan berbagai kendala yang ada dihadapannya, serta merintis jalan baginya. Mereka pun membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kelebihannya. Upaya membimbing dan mendidik anak supernormal supaya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki masa depan yang cerah akan berhasil apabila didukung oleh orang tua dan masyarakat. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting, karena orang tualah yang menemukan beberapa karakteristik anak pada usia yang sangat dini. Disamping orang tua, lingkungan masyarakat juga mempunyai peran yang sangat besar. Karena di lingkungan masyarakatlah mereka berkembang yang dapat mempengaruhi baik buruknya anak. Dalam konteks Pendidikan Islam sikap Islam terhadap pendidikan anak terpantul dari karakteristiknya yang suci atau fitroh dengan melihat dan menghormati potensi manusia sebagai potensi yang utuh tidak sepotong-potong. Proses pendidikan Islam pada dasarnya membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak agar berkembang secara optimal, sehingga anak mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Pendidikan Islam tidak lain bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri si anak didik baik spiritual, emosi, komunikasi, kecerdasan, sosial dan kepercayaan dirinya
Implementasi Metode Praktikum pada Pembelajaran Fiqh Kelas V di MI Maidanuttullab Waung Baron Kabupaten Nganjuk Silvia Halimatul Ma’rifah; Badrus; Yasin Nurfalah
Indonesian Proceedings and Annual Conference of Islamic Education (IPACIE) Vol. 1 (2022): Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Moderasi Beragama
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UIT Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.999 KB)

Abstract

How is the implementation of the practicum method in learning fiqh at MI Maidanuttullab Waung Baron Nganjuk? The application of the practical method in class V Fiqh learning is appropriate. Because this method is believed to be the right method in doing things that are real. Madrasas as formal educational institutions, systematically plan various kinds of learning. Fiqh is one of the fields of science in Islamic law that specifically discusses the law that regulates various aspects of human life. Both personal life, society, and human relationships with their creators. In carrying out religious activities, humans use Fiqh as a guide. Such as taharah, prayer, zakat, fasting, Hajj and Umrah procedures. Therefore, in the world of education, developing the potential of students, both cognitive, affective, and psychomotor aspects is the task of educators and educators are expected to be able to seek students to be able to gain learning experiences and practices from the learning process that is realized. This research is a research with a qualitative descriptive approach. Data collection techniques using observation, interviews, and documentation. Data analysis technique uses data reduction, qualitative data presentation, and drawing conclusions. Meanwhile, in testing the validity of the data using Extended Participation, increasing persistence, and peer checking through discussion.
Pendidikan Karakter Islami Melalui Pembelajaran PAI di Sekolah Kejuruan Yasin Nurfalah; Ahid, Nur
JOM Vol 6 No 2 (2025): Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, June
Publisher : Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/ak0asj10

Abstract

Character education in Indonesia, especially in the context of Islamic religious education (PAI), is becoming an increasingly pressing issue with the emergence of various immoral cases among students. This study aims to explore how PAI can play a role in shaping the Islamic character of students in Vocational High Schools (SMK), with a focus on gender dynamics at SMKN 1 and SMKN 2 Kediri City. This study uses a qualitative approach with a multi-site study design involving two vocational schools, aiming to explore how PAI education can contribute to the formation of gender-based student character. In this context, the importance of inclusive character education that is responsive to students' needs is the main focus. This discussion provides a clearer picture of the problems of Islamic education, especially in the formation of Islamic character through PAI learning in vocational schools. It is hoped that these findings can be the basis for further development in character education in Indonesia.