Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Research Report - Engineering Science

PEMBUATAN SABUN DARI MINYAK KEMIRI Ariestya Arlene
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2010)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (22.248 KB)

Abstract

Kemiri merupakan tanaman asli Kepulauan Hawaii. Tanaman ini kemudian tersebar ke beberapa negara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, kemiri dapat tumbuh dengan subur dan menjadi komoditas dalam negeri dan komoditas ekspor. Bagian tanaman yang dikenal oleh masyarakat adalah bijinya, yang biasa digunakan sebagai bumbu masak. Di samping itu, biji kemiri tergolong biji dengan kandungan minyak yang tinggi, yaitu 50 – 66% dari berat biji. Minyak kemiri telah digunakan dalam skala kecil sebagai penyubur rambut, bahan kosmetik, bahan pelapis cat, dan bahan pembuat pernis. Dengan penelitian yang lebih mendalam, minyak kemiri diharapkan dapat diaplikasikan dengan lebih luas dalam masyarakat. Penelitian sebelumnya tentang minyak kemiri telah memberikan hasil mengenai temperatur dan kondisi umpan yang optimum untuk memperoleh minyak kemiri dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Pada penelitian ini akan dilakukan pemanfaatan minyak kemiri yaitu pembuatan sabun. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mempelajari pengaruh pembuatan sabun dengan dan tanpa pemecahan minyak menjadi asam lemak terhadap perolehan sabun, mempelajari rasio minyak / asam lemak terhadap basa terhadap perolehan sabun, dan mempelajari pengaruh penambahan NaCl terhadap karakteristik sabun. Metode penelitian yang akan dilakukan adalah pembuatan sabun dari minyak kemiri dengan variasi dengan dan tanpa perlakuan awal. Perlakuan awal yang akan dilakukan adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak. Variasi lain yang akan dilakukan adalah konsentrasi KOH, etanol, dan NaCl. Kemudian sabun yang dihasilkan akan dianalisis tingkat keasaman dan kekerasannya. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemecahan asam lemak memiliki pengaruh yang kecil terhadap perolehan sabun. Perolehan sabun tertinggi diperoleh pada jumlah NaOH tidak berlebih pada suhu reaksi 75oC. Penambahan NaCl yang menghasilkan perolehan tertinggi pada kadar 5%.
PEMBUATAN BIR JAHE EMPRIT Ariestya Arlene; A Prima Kristijarti
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2011)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.327 KB)

Abstract

Bir jahe merupakan minuman beralkohol berbahan dasar jahe yang masihbelum meluas di masyarakat. Hal ini kemungkinan disebabkan belum adanyabelum ada data-data yang jelas dan definitif atas pengaruh kadar sukrosa dankadar jahe terhadap kualitas bir jahe. Walaupun begitu bir sendiri merupakanminuman yang cukup digemari di Indonesia, sehingga tidak menutupkemungkinan bahwa bir jahe akan disukai di kalangan masyarakat. Tujuan daripenelitian ini adalah mempelajari pengaruh kadar gula dan kadar jahe yangdigunakan terhadap rasa dan perolehan kadar alkohol bir. Manfaat dari penelitianini adalah dapat diketahuinya kadar sukrosa dan kadar jahe yang dapatmenghasilkan kualitas bir jahe terbaik, selain itu dapat pula mengembangkanminat untuk menggunakan produk yang berasal dari rempah-rempah Indonesia.Pada percobaan kali ini akan digunakan jahe emprit sebagai bahan baku dan yeastSaccharomyces cerevisiae sebagai bakteri dalam proses fermentasi.Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari dua kegiatan yaitu preparasidan percobaan utama, yang terlebih dahulu diawali dengan persiapan alat danbahan. Pada tahap preparasi dilakukan pembuatan air jahe, setelah itu dilakukanpercobaan utama yaitu pembuatan bir jahe dengan proses fermentasi, setelahproses fermentasi berlangsung selama 2 minggu lalu dilakukan proses karbonasiyaitu penambahan gas CO2 ke dalam bir jahe. Variasi yang dilakukan padapercobaan ini adalah variasi kadar sukrosa dan kadar jahe. Variasi kadar sukrosaterbagi menjadi 3 yaitu 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v sukrosa. Sedangkan untukkadar jahe terbagi menjadi 4 yaitu 12,5%; 25%; 50%; 100%. Bir jahe yang telahdibuat kemudian diuji untuk mengetahui pH, kandungan alkohol, kadar glukosadan sukrosa serta kadar CO2nya.Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar alkohol tertinggi terdapat padasampel ke-12 dengan variasi kadar gula 30% b/v dan kadar jahe 100 % yaitusebesar 5,56%. Semakin tinggi kadar gula dan jahenya maka semakin tinggikadar alkohol yang didapatkan. Selain itu semakin tinggi kadar jahe semakinpedas dan pahit rasa bir jahe tersebut.
Produksi Pigmen Merah dari Kapang P. purpurogenum dan M. purpureus dengan Fermentasi Cair secara Batch Anastasia Prima Kristijarti; Ariestya Arlene Arbita
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2011)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6357.187 KB)

Abstract

Penicillium purpurogenum, dan Monascus purpureus merupakanmikroba yang dapat menghasilkan zat warna. Zat warna dari mikroba inidapat diproduksi dengan optimum dengan ditentukan jenis substratpertumbuhannya. Tujuan dari penelitian ini adalah zat warna yangdihasilkan dapat diproduksi dan dapat dipergunakan sebagai zat warnaalami, yang aman untuk dikonsumsi dan dapat diproduksi secara massal. Sertastabilitas zat warna tersebut terhadap beberapa perlakuan dalam pengolahanmakanan.Dua jenis kapang yakni Penicillium purpurogenum, dan Monascuspurpureus ditumbuhkan pada empat macam sumber karbon yakni pati jagung,pati kentang, glukosa, dan sukrosa dengan proses fermentasi cair secarabatch. Analisis yang dilakukan adalah analisis berat sel kering, analisisabsorban, serta analisis kestabilan. Analisis kestabilan zat warna yangdilakukan meliputi cahaya (UV dan sinar matahari), panas (autoklaf 121°C, 15psi seta autoklaf 105°C,17,5 psi), bahan pengawet (asam sitrat, asamaskorbat, dan sodium bisulfit) dan pH.Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah Monascus purpureusmenghasilkan konsentrasi zat warna merah yang lebih tinggi daripadaPenicillium purpurogenum. Medium pertumbuhan dengan sumber karbon darikentang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan sel danmenghasilkan zat warna yang lebih banyak. Zat warna yang dihasilkan stabilterhadap bahan pengawet, namun tidak stabil terhadap panas, cahaya, danpH.
Isolasi Zat Warna Ungu pada Ipomoea batatas Poir dengan Pelarut Air Anastasia Prima Kristijarti; Ariestya Arlene
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4890.281 KB)

Abstract

Zat warna banyak digunakan pada makanan, minuman, tekstil, kosmetik,peralatan rumah tangga dan banyak lagi. Penggunaan zat warna sangat diperlukanuntuk menghasilkan suatu produk yang lebih bervariasi dan juga menambah nilaiartistik produk tersebut. Masalah terjadi bila zat warna jenis sintetis digunakandalam bahan pangan. Zat warna yang terkandung di dalam akar tanaman ubi ungubernama antosianin.Kandungan antosianin pada ubi jalar ungu berkisar antara 14,68 – 210mg/100 gram bahan baku. Semakin ungu warna ungu pada ubi jalar, semakin tinggikandungan antosianinnya. Isolasi antosianin yang terkandung dalam ubi ungu inidapat dilakukan dengan cara ekstraksi padat cair. Ekstraksi padat cair atau biasajuga disebut leaching adalah suatu proses pemisahan satu atau lebih konstituen darisuatu padatan dengan mengontakkannya dengan pelarut cair. Prinsip dari ekstraksipadat-cair adalah komponen yang terlarut dari suatu padatan, yang mengandungmatriks inert dan agent aktif, diekstraksi dengan menggunakan pelarut.Proses ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi batch dengan pengadukan.Proses ekstraksi dilakukan dengan variasi pelarut, yaitu air, variasi F:S, yaitu 1:5,1:10, dan 1:20 serta variasi temperatur pengadukan, yaitu 30oC, 50oC, dan 70oC.Proses analisis hasil dilakukan menggunakan spektrofotometer dan FTIR. Kesimpulan dari hasil percobaan adalah F:S yang menghasilkan rendemen dan yield terbaik untuk pelarut air adalah 1:10. Temperatur yang menghasilkan rendemen dan yield terbaik untuk pelarut air adalah 50°C. Sinar matahari, temperatur dan tempatpenyimpanan, pH, serta penambahan oksidator menyebabkan perubahan konsentrasipada zat warna.