Syarbini, Khatib
Superintendent Mine Geotechnical Departement, PT. Amman Mineral Nusa Tenggara

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE IMPLEMENTATION OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE FOR REAL TIME PIT MONITORING AT BATU HIJAU SITE, INDONESIA Ezra Drieka; Fransiscus Cahya Kusnantaka; Khatib Syarbini
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2021: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v0i0.262

Abstract

Program pemantauan lereng merupakan bagian dari sistem pengelolaan lereng untuk memitigasi risiko keruntuhan lereng. Kehadiran instrumentasi pemantauan tidak hanya membantu identifikasi bahaya dan mengontrol risiko tetapi juga mengurangi kecemasan tenaga kerja dengan memastikan kondisi lapangan yang dipantau oleh personel yang berpengalaman dan kompeten. Radar stabilitas lereng telah muncul sebagai instrumen utama dalam pemantauan berkelanjutan kondisi pit karena dirancang guna mendeteksi deformasi lereng hingga skala milimeter.  Saat ini, dengan metode pemantauan radar yang ada, insinyur menetapkan nilai batas berdasarkan perpindahan atau kecepatan, yang biasanya bervariasi, tergantung pada karakteristik geoteknik daerah tersebut. Sementara itu, masalah muncul ketika nilai ambang yang terlalu konservatif diterapkan, menyebabkan banyak prediksi dan alarm yang salah. Penelitian ini mencoba mengatasi masalah ini dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan untuk mendapatkan prediksi yang lebih akurat dan lebih cepat. Kecerdasan buatan dalam bentuk regresi terawasi dan pengelompokan tanpa pengawasan digunakan untuk mengevaluasi data radar secara langsung. Model regresi linier digunakan untuk mengukur hubungan antara waktu dan pergerakan. Berdasarkan teori pergerakan inversi kecepatan, gerakan linier secara bertahap akan berubah karakteristiknya ke arah gerakan progresif. Oleh karena itu, model linier dipilih sebagai model yang tepat untuk mengidentifikasi pergerakan selama masih dalam fase linier sedini mungkin.  Hasil dari metode sebelumnya selanjutnya akan dikelompokkan menggunakan metode pengelompokan tanpa pengawasan. Ini adalah teknik pengelompokan fitur-ruang non-parametrik yang tidak memerlukan pengetahuan sebelumnya tentang jumlah klaster, dan tidak membatasi bentuk klaster. Kluster dengan jumlah piksel yang kurang dari jumlah ambang minimum piksel akan difilter sebagai prediksi palsu, dan sisanya tetap. Hasil uji coba menunjukkan bahwa metode ini mampu mengurangi prediksi palsu dan memiliki akurasi yang lebih baik dalam memprediksi pergerakan riil. Namun, pengalaman dan penilaian insinyur masih diperlukan untuk menentukan dengan benar parameter kecerdasan buatan serta memvalidasi hasil prediksi dengan kondisi riil. Peningkatan dengan mudah dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi akuisisi data, sementara penelitian lebih lanjut diperlukan dengan melakukan analisis beberapa variasi kerangka waktu.
Identifikasi Lapisan Akuifer Air Tanah menggunakan Metode Resistivitas di Dusun Puaringan, Desa Pelangan, Lombok Barat Erintina, Melinda Dwi; Sismanto, Sismanto; Ubaidillah, Aji Syailendra; Hidayat, Syamsul; Faesal, Andi; Munarfan, ZA; Hermansyah, Wahyu; Syarbini, Khatib; Dermawan, Iwan; Anggraeni, Juraedah Dwi; Gunawan, Hendra
Jurnal Ilmiah Giga Vol. 28 No. 1 (2025): Volume 28 Edisi 1 Tahun 2025
Publisher : Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47313/jig.v28i1.4241

Abstract

The aim of this study is to identify the groundwater aquifer layer using the resistivity method in Puaringan, Pelangan Village, West Lombok. The aquifer layer is a layer of rock that has the ability to store groundwater well. This layer also tends to have high porosity so that fluid/water is trapped in the layer. The resistivity method used is vertical electric sounding (VES). This method is effective in detecting the subsurface vertically. Data acquisition was carried out using two sounding points (S1 and S2). Sounding points S1 and S2 were processed using IP2WIN software to produce a picture of the subsurface rock layer. The results of the S1 point study showed that the groundwater aquifer layer was at a depth of 113-126 meters identified as a sandstone layer. The results of the S2 point study showed that the groundwater aquifer layer was at a depth of 105-198 meters identified as a sandstone layer.