Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) berperan aktif untuk membangun perdamaian di Aceh. Berbagai upaya yang dilakukan selama konflik dan periode paska bencana, termasuk meningkatkan kapasitas dan memberikan dukungan kepada berbagai institusi. Selama periode konflik, kegiatan OMS berfokus pada pemberdayaan masyarakat, pemantauan pelanggaran hak asasi manusia, dan melakukan advokasi untuk perdamaian. Selama masa rehabilitasi dan rekonstruksi tsunami, kegiatan yang dilakukan juga termasuk program kemanusiaan dan keadilan. Selama periode ini, sejumlah aktivis OMS di Aceh mengalami peningkatan keterampilan dan jaringan mereka. Hal ini dicapai secara langsung maupun tidak langsung melalui interaksi dengan berbagai organisasi internasional yang hadir di Aceh. Melalui pengalaman dan kapasitas yang diperoleh, OMS di Aceh memiliki peran strategis dalam pembangunan perdamaian di Aceh. Artikel ini membahas perubahan secara internal OMS di Aceh dengan dukungan organisasi eksternal. Isu-isu yang dieksplorasi terkait dengan tata kelola internal lembaga, independensi, dan kapasitas sumber daya manusia yang tersedia. Sementara pendalaman dukungan eksternal terkait dengan kebijakan, jaringan, dan respon terhadap isu-isu yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Lili Hasanuddin (2009), bahwa OMS dengan berbagai latar belakang, pendekatan dan cara kerja telah bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Aceh paska bencana. Dalam hal pembangunan perdamaian, Lederach (1997) menyatakan bahwa tiga tingkat kepemimpinan memiliki peran penting dalam pembangunan perdamaian. Terdiri dari kepemimpinan tingkat atas, kepemimpinan pada tingkat menengah, dan kepemimpinan pada akar rumput. Pada kepemimpinan menengah dan akar rumput, khususnya OMS, memiliki peran strategis. Tulisan ini didasarkan pada studi dokumen dan wawancara dengan sejumlah pengurus OMS di Aceh dan akademisi. Upaya ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait dengan respon yang harus dilakukan OMS di Aceh terhadap berbagai perubahan yang terjadi dalam pembangunan perdamaian di provinsi Aceh.Â