Anantawikrama Tungga A Atmadja
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Sertifikasi Guru : Memperkaya atau Menyejahterakan? (Perspektif Semiotika Komunikasi) Atmadja, Anantawikrama Tungga A; Atmadja, Nengah Bawa
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol 41, No 1 (2008): April 2008
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.653 KB) | DOI: 10.23887/jppundiksha.v41i1.1974

Abstract

Guru berperan amat penting dalam sistem pendidikan. Karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan sertifikasi yang bertujuan melahirkan guru profesional yang berlanjut pada perbaikan nasib guru. Masalahnya, apakah perbaikan nasib tersebut mengarah kepada memperkaya atau menyejahterakan guru? Berdasarkan perspektif ideologi dominan yang berlaku dalam masyarakat, yakni ideologi pasar, dikaitkatkan dengan hakikat manusia sebagai homo symbolicum sebagai titik tolak dalam perspektif semiotika, maka dapat dikemukakan bahwa sertifikasi guru tampaknya lebih banyak memperkaya daripada menyejahterakan. Berapapun besar gaji yang mereka terima, akan tetap dirasakan kurang, sehingga cita-cita menciptakan guru profesional tetap merupakan impian. Gejala ini memerlukan pemecahan antara lain menggunakan agama Hindu sebagai resep bertindak dalam kehidupan bermasyarakat.   Kata kunci : guru, budaya tontonan, konsumerisme, semiotika, agama Hindu
Sertifikasi Guru : Memperkaya atau Menyejahterakan? (Perspektif Semiotika Komunikasi) Anantawikrama Tungga A Atmadja; Nengah Bawa Atmadja
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol 41 No 1 (2008): April 2008
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.653 KB) | DOI: 10.23887/jppundiksha.v41i1.1974

Abstract

Guru berperan amat penting dalam sistem pendidikan. Karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan sertifikasi yang bertujuan melahirkan guru profesional yang berlanjut pada perbaikan nasib guru. Masalahnya, apakah perbaikan nasib tersebut mengarah kepada memperkaya atau menyejahterakan guru? Berdasarkan perspektif ideologi dominan yang berlaku dalam masyarakat, yakni ideologi pasar, dikaitkatkan dengan hakikat manusia sebagai homo symbolicum sebagai titik tolak dalam perspektif semiotika, maka dapat dikemukakan bahwa sertifikasi guru tampaknya lebih banyak memperkaya daripada menyejahterakan. Berapapun besar gaji yang mereka terima, akan tetap dirasakan kurang, sehingga cita-cita menciptakan guru profesional tetap merupakan impian. Gejala ini memerlukan pemecahan antara lain menggunakan agama Hindu sebagai resep bertindak dalam kehidupan bermasyarakat.   Kata kunci : guru, budaya tontonan, konsumerisme, semiotika, agama Hindu