Ishartono Ishartono
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN LANSIA Shinta Puji Triwanti; Ishartono Ishartono; Arie Surya Gutama
Share : Social Work Journal Vol 4, No 2 (2014): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.722 KB) | DOI: 10.24198/share.v4i2.13072

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan disetiap tahunnya, hal ini menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemiskinan, tindak kekerasan, pelanggaran hukum, terlantar sehingga lansia mengalami ketergantungan terhadap orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan lansia sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, dan sebagai lembaga primer keluarga mempunyai peran penting untuk membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pengaruh globalisasi mempengaruhi perubahan nilai dan peran di dalam keluarga, adanya perubahan struktur di dalam keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga kecil sehingga hal ini membuat keluarga lebih banyak yang menempatkan lansia di sebuah panti werdha dibandingkan tinggal dan dirawat oleh keluarga secara bersama-sama. Oleh karena itu, panti werdha memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lansia melalui pelayanan yang dilakukan. Pelayanan yang diberikan berupa pemenuhan kebutuhan fisik,psikis, maupun kebutuhan sosial yang tidak didapatkan ketika berada di dalam keluarga.Melalui pemenuhan kebutuhan yang diberikan oleh panti werdha maka hal ini dapatmembantu lansia untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
COPING STRES KARYAWAN DALAM MENGHADAPI STRES KERJA Wiari Utaminingtias; Ishartono Ishartono; Eva Nuriyah Hidayat
Share : Social Work Journal Vol 5, No 1 (2015): Share Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.345 KB) | DOI: 10.24198/share.v5i1.13123

Abstract

Potret kehidupan anak jalanan yang terjadi saat ini merupakan fenomena yang sering dijumpai di tengah-tengah kehidupan masyarakat, maka perlunya dilakukan pembinaan anak jalanan untuk mengurangi persebaran anak jalanan. Sehingga, rumah singgah menjadi salah satu alternatif kebutuhan terhadap pembinaan anak jalanan. Sebagai organisasi pelayanan sosial, rumah singgah juga memerlukan dana untuk dapat menjalankan setiap program-program pembinaan anak jalanan yang selama ini telah dikelola. Fundraising diperlukan dalam kegiatan pencarian sumber-sumber dana baik melalui donatur maupun dari sumber-sumber lain yang memiliki potensi dalam mengembangkan sebuah organisasi pelayanan sosial, dalam hal ini rumah singgah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana penerapan strategi fundraising yang dilakukan oeh rumah singgah Bina Anak Pertiwi. Studi ini menunjukkan bahwa rumah singgah ini menggunakan strategi fundraising dalam melakukan pembinaan terhadap anak jalanan serta menjalankan setiap programnya. Tiga strategi fundraising yang digunakan yaitu; Acquisition Strategies, Retension Strategies, dan Upgrading strategies.
HUKUM DALAM PERMASALAHAN PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA Andi Rezky Aprilianty Punagi; Ishartono Ishartono; Gigin Ginanjar Kamil Basar
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.297 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v2i1.13270

Abstract

Kebanyakan orang-orang yang menjadi korban trafficking itu miskin dan tidak cukup memiliki peluang ekonomi. Orang yang kurang pendidikan, kurang memiliki keterampilan, atau tersisih dari peluang ekonomi dikarenakan alasan-alasan lain (seperti deskriminasi) adalah pihak yang paling rentan. Perdagangan anak merupakan suatu masalah kompleks yang memerlukan pendekatan dari berbagai sisi. Pembuat undang-undang harus didesak untuk meneliti undang-undang/hukum nasionalnya secara kritis dengan maksud memperkuat atau melengkapi undang-undang tersebut akan membentuk suatu wujud perundang-undangan yang mampu melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi.Anak adalah mata rantai yang sangat menentukan wujud kehidupan suatu bangsa di masa depan. Agar mampu memikul tanggung jawab tersebut maka anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan potensinya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar dan optimal baik secara jasmani, rohani dan sosialnya. Kebutuhan dasar Maslow ada lima tingkatan yaitu kebutuhan sosiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.Hukum yang mengatur mengenai anak di Indonesia telah banyak dibuat. Beberapa diantaranya yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai masalah anak. Dan juga adanya Undang Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Akan tetapi, permasalahan perdagangan anak masih belum terselesaikan dengan baik dan menyeluruh dikarenakan para pelaku kejahatan yang tidak memiliki ketakutan akan hukum yang dibuat. Maka dari itu, sudut pandang rubah tidak hanya melihat dari pelaku tetapi juga melihat dari faktor-faktor pendukung terjadinya perdagangan anak.
COPING STRES KARYAWAN DALAM MENGHADAPI STRES KERJA Wiari Utaminingtias; Ishartono Ishartono; Eva Nuriyah Hidayat
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2016): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.167 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v3i2.13649

Abstract

Kemajuan era globalisasi menimbulkan berkembangnya industrialisasi di Indonesia. Banyak perusahaan-perusahaan berdiri di Indonesia bak perusahaan dalam negeri maupun perusahaan swasta. Semakin banyaknya perusahaan yang berdiri akan memicu persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Perusahaan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Karyawan merupakan ujung tombak dari sebuah perusahaan, karena karyawan merupakan aset bagi perusahaan untuk dapat menjalankan aktivitas perusahaan untuk mencapai kepentingan bisnis perusahaan. Karyawan dituntut unuk bekerja lebih giat, cepat, dan ulet untuk mencapai target bisnis perusahaan. Tidak jarang banyak perusahaan tidak sadar bahwa beban kerja yang diberikan kepada karyawan terlalu berat sehingga membuat karyawan mengalami stres kerja. Stres kerja akan menurunkan produktivitas karyawan sehingga akan merusak kinerja alam perusahaan itu sendiri. Coping merupakan upaya dalam menghadapi masalahnya, coping yang dilakukan setiap orang akan berbeda-beda. Dalam stres dikenal dengan coping stres, coping stres sendiri adalah upaya seseorang untuk mengatsi masalahnya yang dianggap sebagai stressor (sumber stres) untuk mengurangi atau menghilangkan rasa stres yang dirasakannya. Pekerja sosial Industri merupakan profesi yang dapat mengatasi masalah tersebut. Pada peneitian ini pekerja sosial dapat menjembatani antara kepentingan karyawan dengan perusahaan agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dipilih dengan berbagai pertimbangan yang akan terjadi pada saat dilapangan.
KONDISI PEKERJA ANAK YANG BEKERJA DI SEKTOR BERBAHAYA Eka Maulia Agustine; Ishartono Ishartono; Risna Resnawaty
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.62 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v2i1.13228

Abstract

Anak selayaknya dilindungi serta diperhatikan hak-haknya. Negara dalam hal ini sudah sewajarnya menjamin dan melindungi hak-hak anak, baik dalam aspek sosial, politik, budaya dan ekonomi karena hal tersebut sudah diatur dalan Undang-undang. Pada kenyataannya, negara dan keluarga belum mampu menjamin terpenuhinya hak-hak anak. Permasalahan yang menjadi sorotan adalah banyaknya pekerja anak yang bekerja di sektor berbahaya. Keluarga yang mengandalkan mereka untuk bekerja agar dapat memberikan kontribusi berupa materi kepada keluarga atau bahkan untuk biaya mereka bersekolah. Dan hal tersebut tidak hanya melanggar hak-hak anak namun juga memberikan dampak yang buruk atau negatif bagi anak sebagai calon generasi penerus bangsa. Jaminan masa depan anak akan menjadi taruhannya jika kondisi tersebut terus berlangsung di masa yang akan datang, anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak dan sesuai dengan apa yang seharusnya didapatkannya, seolah diputus untuk kepentingan ekonomi keluarga. Pekerja anak memang tidak sepenuhnya salah, namun ada batasan-batasannya, tidak seharusnya anak mendapatkan pekerjaan yang berat seperti memikul batu karena hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan fisiknya, sehingga menghambat tumbuh kembang pekerja anak tersebut.
PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN Dwi Putri Apriyan; Ishartono Ishartono; Maulana Irfan
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 2 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.829 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v2i2.13276

Abstract

Permasalahan di dalam lingkup pendidikan kini mulai bermunculan dikarenakan kenakalan remaja yang melanggar norma hukum. Salah satunya adalah tawuran remaja. Tindakan ini termasuk ke dalam tindakan kriminal, sebab telah banyak siswa yang menjadi korban dalam peristiwa ini. Perilaku menyimpang yang terjadi disebabkan oleh faktor internal yaitu yang berasal dari diri individu itu sendiri, dan faktor eksternal yaitu lingkup yang sering berhubungan dengan individu yaitu lingkungan sosialnya. Di dalam profesi pekerjaan sosial, ada salah satu cabang yang khusus memberikan pelayanan bagi para siswa disekolah, yaitu pekerja sosial di lembaga pendidikan (School Social Work). Dalam permasalahan ini, pekerja sosial memiliki peran penting dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Pihak sekolah bekerja sama dengan pekerja sosial untuk melakukan pendekatan terhadap pelajar untuk menanamkan nilai-nilai yang benar. Pelayanan pekerjaan sosial sebagai bagian dari program sekolah memberikan pertolongan terhadap anak-anak yang memiliki permasalahan sosial dan emosional yang menjadi penyebab kesulitan bagi mereka dalam penyesuaian di sekolahnya. Di negara maju, profesi ini sudah menjadi salah satu unsur dari sistem pendidikan. Tugasnya memberikan pelayanan konseling kepada para siswa yang mengalami problem, baik disekolah maupun di rumah. Namun sebaliknya, profesi pekerja sosial dalam bidang pendidikan belum cukup dikenal. Pekerjaan sosial sekolah perlu diakui eksistensinya oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan bidang pekerjaan sosial, utamanya pekerjaan sosial di dunia pendidikan. Peran pekerjaan sosial sekolah merupakan peran srategis yang penting ketika siswa menemui kendala-kendala dalam perkembangan sosialnya.
PEMENUHAN HAK ANAK DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN PROSTITUSI Dike Farizan Fadhlillah; Santoso Tri Raharjo; Ishartono Ishartono
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v2i1.13262

Abstract

Dewasa ini anak sejatinya investasi bagi sebuah keluarga. Ia diciptakan sebagai generasi penerus yang hendaknya diarahkan untuk menjadi pribadi yang siap menyongsong masa depan. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. Prostitusi dipandang negatif karena praktek prostitusi meresahkan masyarakat, khususnya masyarakat yang ada di sekitar lokasi prostitusi, selain itu keberadaan masyarakat di sekitar lokasi prostitusi yang tidak hanya orang dewasa saja melainkan anak–anak. Hal yang menjadi masalah adalah ketika Anak yang bertempat tinggal di lingkungan keluarga sekitar lokasi prostitusi, besar kemungkinan membawa pengaruh terhadap perkembangan psikologis anak, sehingga anak-anak akan terampas hak-haknya karena kekhawatiran yang berlebih pada orangtua yang takut anaknya terpengaruhi oleh lingkungannya tersebut. Selain itu mereka juga dihadapkan pada stigma masyarakat tentang lokasi prostitusi itu sendiri. juga pada masa anak-anak kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi.
PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN LANSIA Shinta Puji Triwanti; Ishartono Ishartono; Arie Surya Gutama
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 3 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v2i3.13591

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan disetiap tahunnya, hal ini menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemiskinan, tindak kekerasan, pelanggaran hukum, terlantar sehingga lansia mengalami ketergantungan terhadap orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan lansia sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, dan sebagai lembaga primer keluarga mempunyai peran penting untuk membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pengaruh globalisasi mempengaruhi perubahan nilai dan peran di dalam keluarga, adanya perubahan struktur di dalam keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga kecil sehingga hal ini membuat keluarga lebih banyak yang menempatkan lansia di sebuah panti werdha dibandingkan tinggal dan dirawat oleh keluarga secara bersama-sama. Oleh karena itu, panti werdha memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lansia melalui pelayanan yang dilakukan. Pelayanan yang diberikan berupa pemenuhan kebutuhan fisik, psikis, maupun kebutuhan sosial yang tidak didapatkan ketika berada di dalam keluarga. Melalui pemenuhan kebutuhan yang diberikan oleh panti werdha maka hal ini dapat membantu lansia untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK Sella Khoirunnisa; Ishartono Ishartono; Risna Resnawaty
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2015): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v2i1.13258

Abstract

Pendidikan pada dasarnya merupakan hak dari setiap anak tanpa terkecuali. Namun kenyataan yang ditemukan di lapangan, pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini dikarenakan tidak semua anak beruntung dilahirkan ditengah keluarga yang mampu secara fisik maupun finansial dalam memenuhi segala kebutuhan anak, beberapa anak justru terlahir di tengah keluarga dengan kehidupan yang serba berkekurangan sehingga tidak dapat menjamin terpenuhinya segala kebutuhan anak dan kesejahteraan anak. Keterbatasan tersebut mendorong anak untuk mengalami pengasuhan di luar keluarga, salah satu lembaga pelayanan sosial yang memang didesain khusus sebagai alternatif pengasuhan anak ialah panti sosial asuhan anak. Namun demikian keberadaan panti asuhan kerap dilanda berbagai issue terkait keterbatasan pelayanan panti asuhan seperti tidak adanya sumber dana tetap, keterbatasan fasilitas, dan kekurangan tenaga profesional seringkali menyertai keberadaan lembaga pelayanan sosial anak ini. Merujuk pada beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa pemenuhan hak dan kebutuhan pendidikan anak di panti asuhan belum maksimal dikarenakan seringkali terbentur dengan masalah pendanaan dari donatur yang tidak tetap, disisi lain anak panti juga seringkali mengalami kekurangan perhatiam dan kasih sayang dikarenakan jumlah pengasuh di panti yang hanya sedikit sehingga pendidikan anak panti seringkali tertinggal dibanding anak seusia mereka yang mengalami pengasuhan di dalam keluarga.
POLA ASUH ANAK OLEH IBU USIA DINI Enggal Wildan Prabowo; Ishartono Ishartono; Meilanny Budiarti S.
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2016): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jppm.v3i2.13646

Abstract

Penelitian ini memfokuskan pada pola asuh anak oleh ibu yang masih berusia dini dengan studi kasus yang terletak di desa Lengkongbarang. Dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana pola pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu yang masih berusia dini. Objek penelitian ini adalah bagaimana pola asuh anak oleh Ibu yang masih berusia dini atau remaja di Desa Lengkongbarang, dengan menggunakan metode deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen, arsip, buku-buku, atau pun jurnal-jurnal ilmiah. Penelitian ini menjelaskan fenomena yang cukup banyak terjadi di lingkungan masyarakat yaitu menganai pola asuh anak oleh Ibu yang masih berusia dini. Sesuai dengan sifat dari objek penelitian ini, maka pendekatan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menunjukkan bagaimana Ibu yang masih berusia dini, atau masih berusia remaja dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya. Dalam hal ini, masalah yang terjadi adalah apabila kebutuhan dasar anak tidak dapat dipenuhi oleh orangtua, terutama oleh Ibu yang masih berusia dini atau remaja. Masalah tersebut merupakan masalah yang harus segera diselesaikan agar tidak menimbulkan masalah lain pada anak. Masa anak-anak adalah masa dimana terdapat usia emas atau yang sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk itulah kebutuhan dasar anak harus dipenuhi dengan baik, agar tidak menggangu masa-masa pertumbuhan maupun perkembangan anak. Namun, pada kenyataannya hal tersebut dapat terhambat apabila Ibu yang masih berusia dini tidak dapat memberikan kebutuhan dasar anak secara maksimal dikarenakan usia Ibu yang masih dini. Hal ini juga dapat membuat keadaan anak cukup terancam karena cukup banyak anak yang ditelantarkan oleh Ibu yang masih berusia dini.