Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The History of Contemporary Indonesian Muslim Groups and Muslim Media Twediana budi hapsari
Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary Journal of Islamic Studies Vol 14, No 1: June 2018
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/AIIJIS.2018.0082.101-127

Abstract

Indonesia as the most populous Muslim country in the world is always interesting to be explored. Not only consist of more than 300 local ethnics, but also as the third most democratic country after India and USA. However, Indonesian Muslims are diverse into different groups, which started from the early 20s century, and also developed their own Muslim media channels. However, it seems that the political change in Indonesia has biggest influence to the growth of Muslim groups in Indonesia. Therefore, this article attempts to describe this influence into both Muslim groups and media from early 1900s to 2010.
PENGEMBANGAN PROGRAM APLIKASI BERBASIS ANDROID PADA MAJALAH SUARA AISYIYAH Twediana Budi Hapsari; Wahyudi Wahyudi
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2020: 10. Digitalisasi Dakwah Syiar Islam
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.826 KB) | DOI: 10.18196/ppm.310.389

Abstract

Perkembangan teknologi media digital saat ini juga telah menggerus eksistensi media cetak lainnya seperti surat kabar dan majalah tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Kondisi ini juga tidak dapat dihindari oleh Suara Aisyiyah, majalah wanita tertua di Indonesia yang telah esksis sejak 1924. Tantangan serius yang dihadapi majalah ini tidak hanya dalam pengembangan teknologi digital, tapi juga memperluas jangkauan pembaca pada generasi milenial, serta cakupan wilayah yang saat ini sekitar 64% masih berada di pulau Jawa. Oleh sebab itu dirasa perlu untuk mengembangkan majalah organisasi perempuan Muhammadiyah ini dengan teknologi digital yang mudah diakses dimana saja dan kapan saja tidak terbatas ruang dan waktu. Pemilihan aplikasi android sebagai bentuk pengembangan majalah Suara Aisyiyah dalam bentuk digital dengan dua pertimbangan, pertama adalah kemudahan akses dari layar gadget pembaca dengan mendownloadnya dari playstore. Kedua adalah keluasan jangkauan geografis, jika selama ini salah satu keluhan majalah ini adalah distribusi majalah yang tidak tepat waktu untuk pembaca di luar jawa, maka dengan aplikasi ini pembaca bisa langsung mengakses dari layar gadget yang mereka miliki. Sehingga bisa menghemat waktu untuk mendapatkan berita-berita terkini.
THE PERCEPTION OF THE WORSHIPERS OF MASJID GEDHE KAUMAN YOGYAKARTA ON MUI FATWA ABOUT CONGREGATIONAL PRAYERS DURING PANDEMIC Nur Aniyah; Twediana Budi Hapsari
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v15i1.1944

Abstract

The COVID-19 pandemic has an impact on various aspects of life, as well as in religious aspects. Carrying out congregational prayers at mosques during a pandemic requires strict health protocols. With the many questions from the public regarding the implementation of congregational prayers during the pandemic, MUI issued fatwa No. 31 of 2020 regarding the holding of congregational prayers to prevent transmission of the COVID-19 outbreak as a guideline. This study aims to determine the perception of the worshipers of Masjid Gedhe Kauman on MUI fatwa No. 31 of 2020 concerning congregational prayers during the pandemic and knowing whether there is a difference in perception between adult congregations (≤45 years) and elderly congregations (≥46 years). The method used was descriptive quantitative with data collection techniques using questionnaires and observations. The data analysis used was descriptive analysis and independent sample T-Test. The results show that the perception of the worshipers of the Masjid Gedhe Kauman on MUI fatwa concerning congregational prayers during the pandemic was positive, as indicated by the mean value of 3.0682. Research indicators consist of five indicators, namely indicators of giving more distance between shaf (line) during congregational prayers, using masks during prayer, implementing congregational prayers with health protocols, shortening the reading of letters during congregational prayers, and giving advice to worshipers who are sick when joining congregational prayers. The worshipers’ perception of each of the majority indicators is positive, with the highest total mean value of 3.22 on giving advice to worshipers who are sick when joining congregational prayers. Meanwhile, the Sig. t count from the independent sample T-Test is 0.9530.05, which indicates that there is no significant difference between the perceptions of adult worshipers (≤45 years) and elderly worshipers (≥46 years).
Audiens Framing : Peluang Baru dalam Penelitian Audiens Twediana Budi Hapsari
Jurnal ASPIKOM - Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1, No 6 (2013): Januari 2013
Publisher : Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.886 KB) | DOI: 10.24329/aspikom.v1i6.54

Abstract

The study of the audience is one of the key studies in communication science. Audience studies are growing along with the development of communication technology itself, from face to face communication to the use of digital technologies in communications. The audience can not be separated from its context as a member of society and social environment. Therefore it can be understood that many factors influence the process of framing the audience (frames) an issue of the media, not only from personal knowledge and experience possessed by individual audience itself, but also other factors of the environment such as the opinion of a reference group in which the individual also be part of technology use in accessing the media. The process of forming a frame issue in the minds of the audience referred to as the process of framing by the audience (audience framing).
Analisis Feminisme Islam dalam Video Dakwah Ustazah Oki Setiana Dewi (Model Semiotika Charles Sanders Peirce) Febriani, Estiparia; Hapsari, Twediana Budi
AT-TABSYIR Vol 10, No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/at-tabsyir.v10i1.19552

Abstract

Selama bertahun-tahun, perempuan seringkali menjadi korban penindasan baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak perempuan yang memperoleh perlakuan berbeda dibandingkan laki-laki. Fenomena ini bermula pada awal tahun 2022, Komnas HAM menyatakan Oki Setiana Dewi diduga mendukung tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian dengan metode kualitatif ini bertujuan mengetahui feminisme Islam dalam tiga video dakwah yang diposting oleh Oki Setiana Dewi, yaitu: 'Peran Wanita Dalam Keluarga', 'Muslimah Membawa Perubahan Menjadi Lebih Baik,' dan 'Sebaik-baik Perhiasan Dunia'. Hasil penelitian menunjukkan bahwa feminisme Islam dalam video dakwah tersebut telah sejalan dengan apa yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ketiga video dakwah ini membantah tudingan masyarakat bahwa Oki Setiana Dewi mendukung kekerasan dalam rumah tangga
Bimbingan Keagamaan pada Anak Jalanan di Panti Wilosoprojo Jetis Kota Yogyakarta Dwiyono, Hamid; Hapsari, Twediana Budi
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 18, No. 4 : Al Qalam (Juli 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v18i4.3643

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami cara pemberian bimbingan keagamaan kepada anak jalanan yang tinggal di Panti Asuhan Wilosoprojo, Jetis, Kota Yogyakarta. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode perbandingan dengan pendekatan fenomenologis-pedagogis. Informasi utama dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan sengaja memilih sejumlah anak jalanan yang tinggal di Panti Asuhan Wilosoprojo, Jetis, Kota Yogyakarta sebagai narasumber. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan mencakup data observasi, wawancara mendalam, dan studi literatur atau penelitian kepustakaan. Temuan dari penelitian ini menjelaskan bahwa anak jalanan yang tinggal di Panti Asuhan Wilosoprojo, Jetis, Kota Yogyakarta, memperoleh bimbingan keagamaan berupa bimbingan membaca Al-Qur’an dengan sistem CBSA yaitu cara baca siswa aktif menggunakan iqro’. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa metode bimbingan keagamaan yang diterapkan kepada anak jalanan di Panti Asuhan Wilosoprojo adalah melalui metode iqro' yang fokus pada pembelajaran membaca Al-Quran.
Optimalisasi Peran Penyuluh di Bidang Konseling Islam di KUA Wirobrajan Yogyakarta Dwiyono, Hamid; Hapsari, Twediana Budi
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 18, No. 1 : Al Qalam (Januari 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v18i1.3018

Abstract

Melihat sejauhmana optimalnya peran aktual dan peran ideal dari Penyuluh Agama Islam dari tinjauan Konseling Islam, adalah merupakan tujuan makalah ini, Tugas pokok Penyuluh Agama Islam adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama, sehingga berdasar tugas pokok dan fungsi penyuluh diatas, maka dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan agama Islam melekat fungsi-fungsi sebagai berikut; 1. Fungsi Informatif dan Edukatif, 2. Fungsi Konsultatif, dan 3. Fungsi Advokatif. Dalam penjabarannya, Fungsi pertama Informatif dan Edukatif; Penyuluh agama bertindak sebagai Dai yang berkewajiban mendakwahkan ajaran agama Islam, menyampaikan penerangan agama,dan sebagai Guru yang memberikan pendidikan agama kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Nabi. Sementara untuk Fungsi kedua Konsultatif, Penyuluh agama bertindak sebagai konsultan yang mana peran diri penyuluh bertindak untuk turut memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat, semua persoalan baik persoalan diri, keluarga, ataupun persoalan masyarakat yang  berkaitan dengan masalah pengamalan dan pelaksanaan agama Islam. Sementara fungsi ketiga Advokatif, Penyuluh agama berperan sebagai pembela (advokat) yang memberikan pembelaan terhadap masalah keagamaan, baik itu ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang dapat mendistorsi akidah, ibadah ataupun akhlak masyarakat dalam beragama Islam. Adapun rincian kegiatan Penyuluh Agama Islam secara berjenjang telah diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya, sebagaimana rincian Penyuluh Agama Ahli Pertama tertuang dalam 18 butir kegiatan, dan yang berhubungan langsung dengan kegiatan bimbingan konseling, sebanyak 4 butir kegiatan. Dan 14 butir kegiatan persiapan yang meliputi kegiatan mengolah data potensi wilayah, menyusun dan merumuskan rencana kerja, dan lain sebagainya. Ke 4 butir kegiatan Penyuluh Agama Islam yang berhubungan langsung dengan kegiatan bimbingan konseling yang telah diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara tersebut adalah peran ideal seorang Penyuluh Agama Islam, meliputi  1. Melaksankan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok masyarakat perkotaan, 2. Melaksankan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kepada kelompok binaan khusus, 3. Melaksanakan konsultasi secara Perorangan, 4. Melaksanakan konultasi secara kelompok. Metode yang dilakukan dengan melihat kegiatan Penyuluh Agama Islam baik dengan wawancara ataupun melihat langsung laporan kinerja penyuluh. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa Penyuluh Agama Islam telah melaksanakan peran sebagai penyuluh walaupun tidak se ideal sebagaimana tugas pokok Penyuluh, karena begitu banyaknya tugas yang harus diembannya.
Digital Preaching Rhetoric on Tiktok Media: Case Study of Habib Husein Ja’far Account Muhazzib, Naufal; Hapsari, Twediana Budi
MUHARRIK: Jurnal Dakwah dan Sosial Vol. 8 No. 1 (2025): Muharrik: Jurnal Dakwah dan Sosial
Publisher : Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/muharrik.v8i1.7553

Abstract

This study analyzes the rhetorical strategies employed in digital da'wah through Habib Husein Ja'far's TikTok account, focusing on integrating Aristotle's rhetorical elements: Ēthos, Pathos, and Logos. Using a qualitative content analysis approach, the study examined ten selected TikTok videos uploaded between June and August 2024. The data were analyzed using a thematic coding framework that identified verbal, visual, and emotional cues corresponding to each rhetorical element. The findings reveal that Habib Husein Ja'far constructs ēthos through consistent use of culturally resonant fashion and informal yet authoritative speech. Pathos is activated through emotionally charged thumbnails, personal narratives, and audio-visual editing that appeals to viewers' feelings. Logos appears in simplified language, analogies, and occasional textual references to Islamic sources, enhancing message clarity and coherence. Notably, the most viral video, garnering over 10 million views, illustrates the effective convergence of these rhetorical elements in a short, relatable format. This study underscores the significance of rhetorical literacy in digital da'wah and demonstrates how TikTok can serve as a powerful platform for religious engagement. The results suggest that future da'wah practices can benefit from a balanced, theory-informed rhetorical approach that adapts to platform-specific audience dynamics while preserving the core values of Islamic communication.