Irvan Setiawan
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbandingan Pemulihan Bising Usus pada Pasien Pascaoperasi Histerektomi per Laparotomi Menggunakan Analgetik Kombinasi Ketamin-Morfin dengan Morfin Intravena Irvan Setiawan; Ezra Oktaliansah; Cindy Elfira Boom
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1130.064 KB)

Abstract

Disfungsi gastrointestinal merupakan penyulit pascaanestesi yang sering terjadi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan pemulihan bising usus antara pemberian analgetika kombinasi ketaminmorfin dibandingkan dengan morfin. Penelitian dilakukan dengan uji klinis acak terkontrol buta ganda terhadap 36 pasien dengan status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I dan II yang menjalani operasi histerektomi per laparotomi di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada April–Agustus 2012. Kedua kelompok menerima dosis awal morfin 0,03mg/kgBB, lalu kelompok K diberikan infus ketamin 4 μg/kgBB/menit, dan kelompok M diberikan morfin infus 10 μg/kgBB/jam. Analisis data memakai uji-t dan Uji Mann Whitney, tingkat kepercayaan 95% dan bermakna bila p<0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan waktu pemulihan bising usus pada kelompok K lebih cepat dibandingkan dengan kelompok M dengan berbeda bermakna (p<0,05). Simpulan, pemulihan bising usus lebih cepat pada pemberian analgetika kombinasi ketamin dan morfin dibandingkan dengan morfin pada pasien pascaoperasi histerektomi per laparotomi.Kata kunci: Ketamin, morfin, pemulihan bising usus Comparison of Bowel Sound Recovery in Postoperative Hysterectomy per Laparotomy Patient Between Combination of Intravenous Ketamine - Morphine and MorphineGastrointestinal dysfunction is the most common post anaesthesia complication. The aim of this study is to compare the recovery of bowel sounds between combination of ketamine-morphine analgesia to morphine alone. This is a randomized controlled study on 36 patients with American Society of Anesthesiologist (ASA) physical status I and II who underwent hysterectomy per laparotomy at Dr. Hasan Sadikin Bandung during April–August 2012. Both groups received an initial dose of morphine 0.03 mg/kgBW, while K group received intravenous ketamine 4 μg/kgBW/min, and the M group received morphine 10 μg/kgBW/hr. The results were analyzed using t-test and Mann Whitney test with a confidence level of 95% and were considered significant if p<0.05. The results of this study showed that the recovery time of bowel sounds in K group was significantly faster than in the M group (p<0.05). In conclusion, recovery of bowel sounds is faster in analgesia using combination of ketamine-morphine than morphine in postoperative hysterectomy per laparotomy patients.Key words: Ketamine, morphine, recovery of bowel DOI: 10.15851/jap.v2n1.238
TARI DIBINGI: SEBUAH UPAYA PENGGALIAN DATA AWAL TARIAN TRADISIONAL YANG TERANCAM PUNAH DI KABUPATEN PESISIR BARAT, LAMPUNG Irvan Setiawan
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 10, No 2 (2018): PATANJALA Vol. 10 No. 2, JUNE 2018
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1166.47 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v10i2.374

Abstract

Kekayaan budaya Indonesia yang sangat beragam pada saat ini sedang menghadapi tantangan pelestarian akibat pengaruh budaya modern yang semakin mewabah pada sebagian besar generasi muda. Kesenian tradisional, salah satunya, merupakan unsur budaya yang sebenarnya dapat bertahan dengan cara mengkolaborasikan dengan gerak, tata panggung ataupun suara  dari kesenian lainnya yang menjadi senjata cukup ampuh minimal untuk mempertahankan jumlah peminatnya. Lain halnya dengan kesenian tradisional yang masih erat dalam memegang teguh prosedur adat seperti halnya tari dibingi sebagai sebuah tari tradisional yang ada di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Ketentuan untuk mengadakan tahapan baik sebelum dan setelah pergelaran, membuat seniman kesulitan untuk mempergelarkan tari dibingi. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini merupakan sebuah penggalian data awal sebagai salah satu upaya memperkenalkan kembali keberadaan tari dibingi di tengah masyarakat khususnya masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat.Indonesia's diverse cultural richness is currently facing the challenge of conservation due to the increasingly prevalent modern culture in most of the younger generation. Traditional art is one of them, which is an element of culture that can actually survive by collaborating with movements, stage performance, or the sound of other arts. It becomes a minimal powerful weapon to maintain the number of interested ones. It is different with the traditional arts that are still closely held to the traditional procedures, such as Dibingi Dance as a traditional dance in Pesisir Barat Regency, Lampung Province. The stages of rule to perform Dibingi Dance, both before and after, create difficulties for the artists. This qualitative descriptive research is an initial data extraction that attempts to reintroduce the existence of Dibingi Dance in the community, especially the people in Pesisir Barat Regency.
PENGOBATAN TRADISIONAL DI DESA LEMAHABANG KULON, KEC. LEMAHABANG, KAB. CIREBON Irvan Setiawan
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 10, No 1 (2018): PATANJALA VOL. 10 NO. 1, MARCH 2018
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.606 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v10i1.323

Abstract

Pengobatan Modern dan pengobatan tradisional merupakan dua jenis pengobatan yang kerap dipakai untuk mengatasi sakit yang diderita. Masing-masing jenis pengobatan memiliki keampuhan dan peminatnya. Indonesia sudah mensahkan obat tradisional sebagai media alternatif untuk mengobati masyarakat. Obat tradisional merupakan sebuah kearifan lokal dari generasi terdahulu yang didapat melalui berbagai proses untuk membuktikan keampuhannya. Penelitian yang menggunakan metode deskripsi kualitatif ini bertujuan untuk menggali sumber pengetahuan dan jenis pengobatan tradisional di lokasi penelitian. Diperoleh hasil bahwa garis keturunan dan keingintahuan menjadi latar belakang penyembuh dalam memeroleh pengetahuan pengobatan tradisional. Rasa percaya terhadap cara pengobatan, ikhlas, dan memasrahkan diri pada Sang Pencipta menjadi unsur utama yang harus dimiliki pasien dan penyembuh untuk mengobati penyakit yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat. Modern and traditional medicine are two types of treatment that are often used to overcome illness. Each type of treatment has the power and also the followers. Indonesia has legalized traditional medicine as an alternative media. Traditional medicine is a local wisdom of previous generations that gained through various processes to prove its ability. The research uses qualitative description method to explore and find the type of traditional medicine in the research location. The result is obtained that the lineage and curiosity become the background of the healer in obtaining knowledge of traditional medicine. Belief in the way of treatment, sincerity, and surrender to the Creator becomes the main element that must be possessed by the patient and the healer to treat the disease according to local socio-cultural conditions.
SATE MARANGGI: KULINER KHAS KABUPATEN PURWAKARTA Irvan Setiawan
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 2 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 2, JUNE 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.319 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i2.9

Abstract

Istilah khas pada sate maranggi adalah cara halus untuk menyembunyikan kata tradisional yang terkadang dimaknai secara sensitif oleh sebagian kalangan khususnya pada jenis kuliner tradisional. Strategi ini tidak lain diarahkan pada upaya mengundang daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang dan menikmati sate maranggi di Kabupaten Purwakarta. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengangkat salah satu kuliner tradisional Kabupaten Purwakarta dengan menitikberatkan pada sisi sejarah berikut asal mula penamaan sate maranggi, proses pembuatan dan upaya pelestarian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. Diperoleh data di lokasi penelitian sebuah hasil yang cukup positif dari upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kaupaten Purwakarta sehingga nama sate maranggi sudah bergaung dari tingkat nasional hingga ke mancanegara. Upaya kreatif baik dari segi variasi rasa, pola sajian, dan promosi yang gencar terbukti ampuh untuk mengangkat salah satu warisan budaya tak benda yang ada di Kabupaten Purwakarta.Kata kunci: Sate maranggi, kuliner, khas, Purwakarta.