Maria Margaretha Sri Hastuti
Sanata Dharma University, Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PROGRAM PEMANTAPAN PENYESUAIAN DlRI DENGAN BlMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT): MODEL PENDAMPINGAN MAHASISWABARU Hastuti, Maria Margaretha Sri; Sinaga, Juster Donal
Widya Dharma: Jurnal Kependidikan Vol 27, No 2 (2015)
Publisher : Widya Dharma: Jurnal Kependidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11680.957 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program Pemantapan Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru dengan Bimbingan dan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam bentuk eksperimen dengan menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Program Pemantapan Penyesuaian Diri terdiri dari 3 program secara berkesinambungan yaitu prokrastinasi akadernik, resiliensi terhadap stress, dan kecerdasan emosi. Subjek penelilian adalah mahasiswa Angkatan 2013 kelas A Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, TahunAkademik 20 13/20 14 yang berjumlah 43 orang. Dari total jurnlah tersebut, 14-23 orang mengikuti program Pemantapan Penyesuaian Diri. Empat kuesioner berbentuk skala Likert digunakan dalam penelitian ini: Prokrastinasi (Ferrari, Johnson, McCown, 1995; reliabilitas Cronbach A1pha=.92I), Resiliensi Terhadap Stress (Reivich & Shatte, 2002, reliabilitas Cronbach Alpba= .906), Kecerdasan Emosi (Goleman, 1995, reliabilitas Cronbach Alpha= .872), Penyesuaian Diri (Schneiders, 1964, reliabilitas Cronbach A1pha= .919). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Penyesuaian Diri Mahasiswa Barn dengan Bimbingan dan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) efektifuntuk memantapkan penyesuaian diri mahasiswa barn. Uji T dengan teknik Sample Paired Test menghasilkan SkOT t hitung 2, 553 (df 20), dengan tingkat signifikansi 0,019. Skot t hitung 2,553 > t tabe12,086.
PROGRAM PEMANTAPAN PENYESUAIAN DlRI DENGAN BlMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT): MODEL PENDAMPINGAN MAHASISWABARU Maria Margaretha Sri Hastuti; Juster Donal Sinaga
Widya Dharma: Jurnal Kependidikan Vol 27, No 2 (2015)
Publisher : Widya Dharma: Jurnal Kependidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program Pemantapan Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru dengan Bimbingan dan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam bentuk eksperimen dengan menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Program Pemantapan Penyesuaian Diri terdiri dari 3 program secara berkesinambungan yaitu prokrastinasi akadernik, resiliensi terhadap stress, dan kecerdasan emosi. Subjek penelilian adalah mahasiswa Angkatan 2013 kelas A Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, TahunAkademik 20 13/20 14 yang berjumlah 43 orang. Dari total jurnlah tersebut, 14-23 orang mengikuti program Pemantapan Penyesuaian Diri. Empat kuesioner berbentuk skala Likert digunakan dalam penelitian ini: Prokrastinasi (Ferrari, Johnson, McCown, 1995; reliabilitas Cronbach A1pha=.92I), Resiliensi Terhadap Stress (Reivich Shatte, 2002, reliabilitas Cronbach Alpba= .906), Kecerdasan Emosi (Goleman, 1995, reliabilitas Cronbach Alpha= .872), Penyesuaian Diri (Schneiders, 1964, reliabilitas Cronbach A1pha= .919). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa Program Penyesuaian Diri Mahasiswa Barn dengan Bimbingan dan Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) efektifuntuk memantapkan penyesuaian diri mahasiswa barn. Uji T dengan teknik Sample Paired Test menghasilkan SkOT t hitung 2, 553 (df 20), dengan tingkat signifikansi 0,019. Skot t hitung 2,553 t tabe12,086.
Online Media Usage in Guidance and Counseling Services during Covid-19 Pandemic Hastuti, Maria Margaretha Sri; Tyas, Prias Hayu Purbaning
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um001v6i22021p060-070

Abstract

Abstract: The Covid-19 pandemic has brought restraints into people’s activities. Consequently, during the pandemic, the school guidance and counseling services should be conducted online. Therefore, this study seeks to identify the types of online media frequently used by school counselors in classical guidance and individual or group counseling, as well as the rationale. This descriptive quantitative study involved 106 school counselors and used an Online Media Usage questionnaire to obtain the data. The results suggest that Google Form and Google Classroom have become the most used applications in classical guidance, while WhatsApp is the most popular application for individual or group counseling. These applications are selected due to the limited internet access, students’ technological literacy, students’ financial state, and privacy assurance, primarily for the counseling process. Therefore, the school counselors mainly provide asynchronous rather than synchronous services during the Covid-19 pandemic. Besides, these results can be the foundation for online guidance and counseling services development.Abstrak: Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk menyesuaikan diri agar tetap dapat beraktivitas walau dalam keterbatasan. Dalam bimbingan dan konseling, layanan yang diberikan oleh konselor sekolah saat ini harus dilakukan secara daring karena alasan kesehatan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui macam media online yang sering digunakan oleh konselor sekolah untuk pelayanan bimbingan klasikal dan konseling individual atau kelompok serta kondisi-kondisi yang melandasi pemilihannya. Penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain survei ini melibatkan 106 konselor sekolah sebagai responden. Pengumpulan data menggunakan Angket Survei Penggunaan Media Online. Hasil menunjukkan bahwa aplikasi Google Classroom dan Google Form sering digunakan sebagai media untuk bimbingan klasikal, dan aplikasi WhatsApp untuk konseling individual/kelompok. Sementara kondisi-kondisi yang melandasi pemilihan media online adalah keterbatasan jaringan internet, kemampuan pemanfaatan teknologi informasi peserta didik, kemampuan finansial peserta didik, dan terjaminnya kerahasiaan khususnya untuk konseling. Dari hasil studi ini, dapat diketahui bahwa pada masa pandemi Covid 19 ini pelayanan konselor sekolah cenderung lebih banyak asynchronous daripada synchronous. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian pengembangan pelayanan bimbingan dan konseling berbasis daring.
Mengenal Jejaring Bantuan Suku Lamaholot Lamanepa, Simon Nama Samon; Ruing, Marsela Mia Indrianti; Hastuti, Maria Margaretha Sri
SOLUTION Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sol.v1i2.3042

Abstract

Pada pelaksanaan konseling di Indonesia, guru Bimbingan dan Konseling/konselor perlu menyadari peran kepala suku adat atau tetua adat dalam penyelesaian masalah masyarakatnya. Masyarakat menaruh kepercayaan yang besar kepada kepala suku adat dapat menyelesaikan berbagai masalah, seperti keluarga, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya. Kemampuan berkolaborasi antara guru Bimbingan dan Konseling/konselor dengan kepala suku adat menjadi suatu kompetensi tersendiri.Suku Lamaholot di Flores Timur dijadikan fokus penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan suku Lamaholot tentang masalah, dan proses penyelesaian masalah secara adat atau ritual adat yang dilakukan oleh kepala suku adat atau tetua adat, dan mengetahui pentingnya seorang konselor memiliki kompetensi konseling multikultural. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara mendalam (in depth interview) dengan tetua suku. Hasil wawancara menemukan dua hal. Pertama, keyakinan suku Lamaholot bahwa masalah itu berasal dari masalah-masalah leluhur yang sampai sekarang belum terselesaikan hingga mendarah daging, atau dari kesalahan individu sendiri. Kedua, proses penyelesaian masalah melalui tahapan-tahapan: (1) orang tua menemui Atamola (orang pintar) untuk membicarakan masalah anggota keluarga, (2) orang tua menemui Atamua (orang yang melakukan pembersihan atas kesalahan leluhur) untuk mendapatkan informasi tentang materi-materi ritual adat apa saja yang harus dipersiapkan. Pertemuan ini dapat tanpa kehadiran anggota keluarga yang bermasalah, dan (3) orang tua kembali bertemu Atamua bersama anggota keluarga bermasalah untuk menjalani ritual pembersihan diri.