Hasanul Arifin
Faculty Of Medicine Universitas Sumatera Utara Medan, Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Anestesiologi Indonesia

Penatalaksanaan Anestesi pada Koreksi Atresia Esophagus dan Atresia Esofagus Fadli Armi Lubis; Hasanul Arifin
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 3 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.356 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i3.6312

Abstract

Pendahuluan : Atresia esofagus adalah suatu kondisi medis bawaan (cacat lahir) yang mempengaruhi saluran pencernaan. Cacat bawaan anatomi disebabkan oleh perkembangan embrio abnormal fistula esofagus membentuk tracheoesofageal. Bedah perbaikan adalah pengobatan definitif untuk EA dan TEF. Karena fistula, saluran napas diubah dan ahli anestesi harus menghadapi tantangan unik pada manajemen.Kasus : Seorang bayi laki-laki, masuk rumah sakit dengan keluhan utama muntah setelah disusui. Temuan fisik ditemukan ronki basah kasar pada suara napas. Intubasi menggunakan teknik intubasi sadar. Selama operasi, hemodinamik stabil, maintanance dengan sevofluran MAC 1 %, fentanil 4 mg / jam, dan rocuronium 0,5 mg / jam. Durasi operasi adalah sekitar 4 jam. Hemodinamik stabil selama operasi, dan menemukan TEF tipe C. Ketika desaturasi terjadi, kami menghentikan sejenak operasi, kami memeriksa posisi ETTat, memberikan ventilasi yang cukup, setelah beberapa saat saturasi naik dan kemudian operasi dilanjutkan. Meski demikan anastomose esofagus gagal dilakukan karena jarak antara cacat itu terlalu jauh. Setelah pasien operasi diambil dirawat di NICU dan 3 hari kemudian pasien meninggal.Ringkasan: Manajemen anestesi baik menggunakan "intubasi sadar" dan ventilasi yang baik adalah teknik yang dipilih dalam kasus ini. Operasi berlangsung 4 jam dengan hemodinamik stabil. Namun, karena operasi tidak berhasil memperbaiki cacat tersebut, maka hasil pasca operasi kurang baik. 
Keberhasilan Setelah Henti Jantung selama Torakotomi Emergensi disebabkan Luka Penetrasi Trauma Torak pada Kondisi Dengan Keterbatasan Fasilitas Mumya Camary; Akhyar H Nasution; Hasanul Arifin
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 6, No 1 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.67 KB) | DOI: 10.14710/jai.v6i1.6653

Abstract

Latar Belakang: Sebuah torakotomi darurat (kadang-kadang disebut sebagai torakotomi resusitasi) adalah torakotomi yang dilakukan untuk meresusitasi seseorang yang telah terluka parah setelah mengalami trauma berat pada rongga dada. Henti jantung dapat terjadi selama prosedur torakotomi yang memerlukan pijat jantung internal dan defibrilasi. Manajemen yang cepat dengan Kombinasi ramalan klinis, kemampuan untuk melihat perubahan tanda-tanda klinis, dan keberanian untuk melakukan prosedur bedah sederhana namun menyelamatkan nyawa dapat membawa perbedaan hasil bagi pasien luka dada bahkan di tempat dengan sumber daya terbatas.Kasus: Laki-laki, 31 tahun, berat badan perkiraan 70 kg dirawat di Rumah Sakit Haji Adam Malik dengan keluhan luka tusuk di dada kiri. Pemrisaan ronsen dada menunjukkan hemothorax luas di sisi kiri. Dokter bedah membuka dada yang terkena luka tusuk dan terlihat kolaps paru dengan darah diperkirakan 2.500 ml dari hemitoraks kiri, ahli bedah memutuskan untuk melakukan sternotomy dan kemudian menemukan robekan pada arteri mamaria interna kiri dan diligasi, ditemukan robek ventrikel kanan tetapi tidak ada pendarahan dari luka. Serangan jantung terjadi dan ahli bedah mulai pijat jantung internal dan resusitasi cairan, 15 menit setelahnya EKG menunjukkan VF, defibrilasi internal pada 20 joule, EKG menunjukkan sinus takikardia 145/min, setelah mengontrol perdarahan, prosedur operasi selesai dan dilakukan pemasangan selang dada. Pasien dipindahkan ke ICU untuk observasi. Pasien stabil dan tidak ada komplikasi pada pasca operasi . Pasien dipulangkan pada harike 8 pasca operasi.Ringkasan: Keputusan untuk melakukan torakotomi darurat melibatkan evaluasi yang cermat di bidang  ilmiah, isu-isu etika, sosial dan ekonomi. Manajemen yang cepat dengan Kombinasi ramalan klinis, kemampuan untuk melihat perubahan tanda-tanda klinis, dan keberanian untuk melakukan prosedur bedah sederhana namun menyelamatkan nyawa dapat membawa perbedaan hasil bagi pasien luka dada bahkan di tempat dengan sumber daya terbatasTabungan Waktu adalah tabungan hidup.